Umat Yahudi hidup dengan damai di Andalusia (Spanyol) selama umat Islam berkuasa di sana. Mereka banyak belajar dari ilmuwan-ilmuwan Islam bahkan ikut membangun peradaban di Semenanjung Iberia tersebut.
Pada tahun 1492, ketika Granada yang menjadi kota Islam terakhir di Semenanjung Iberia itu jatuh ke tangan kaum Kristen di bawah pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, kaum Yahudi Andalusia beserta umat Islam dipaksa masuk agama Kristen jika tidak ingin dibunuh. Sebagian besar dari mereka memilih keluar dari Andalusia, tanah yang telah mereka tempat selama ratusan tahun.
Pemerintah Dinasti Utsmaniyah yang ketika itu memimpin dunia Islam, menerima dengan baik ribuan pengungsi Yahudi yang lari Andalusia. Pemerintah Utsmaniyah mengeluarkan undang-undang yang melindungi mereka, bersumber dari syariat Islam yang menegaskan perlindungan dan penghormatan bagi ahlu adz-dzimmah.
Ketika Sultan Bayazid II menjadi khalifah Dinasti Utsmaniyah, dua orang rahib Yahudi Eropa datang dan meminta kepadanya agar mengizinkan mereka hijrah ke negara Turki Utsmani. Sang Sultan pun mengizinkannya.
Kebanyakan orang Yahudi tinggal di wilayah Turki Utsmani di sebelah timur. Tidak sedikit pula yang tinggal di negara-negara besar lainnya seperti Baghdad, Aleppo, Damaskus, Kairo, dan Yaman. Ketika pasukan Turki Utsmani menaklukkan negara-negara tersebut dan memasukkannya ke dalam wilayah kekuasaan mereka, otomatis orang-orang Yahudi yang tinggal di dalamnya menjadi warga negara Turki Utsmani sebagai penduduk ahlu adz-dzimmah.
Seorang penulis Yahudi Amerika, Ben Halbirin, mengungkapkan, “Orang-orang Yahudi adalah rakyat sultan di dalam imperium Utsmaniyah. Mereka menikmati kebebasan yang sempurna, baik untuk masuk ke Palestina atau keluar darinya. Mereka bebas bepergian di seluruh penjuru wilayah imperium yang terbentang dari Afrika Utara hingga Balkan. Pemerintah Utsmaniyah adalah pemerintahan yang paling ramah menyambut mereka yang lari dari Eropa Kristen.”
Kemudian di negeri Utsmaniyah itu, orang-orang Yahudi mulai merambah berbagai lapangan bisnis dan industri. Mereka lalu menjadi pemilik toko-toko besar di Azmir, Salanik, dan Istanbul. Mereka juga memiliki kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan terhormat.
Sebagian dari mereka, untuk mewujudkan cita-citanya, berpura-pura masuk Islam dan berganti nama dengan menggunakan nama Islam. Mereka inilah yang disebut dengan Yahudi Dunamah, orang-orang Yahudi yang mengungsi dari Andalusia. Di kemudian hari, orang-orang Yahudi Dunamah inilah yang meruntuhkan kekhilafahan Islam di Turki.
Peran Barbarosa Bersaudara
Khaeruddin Barbarosa pahlawan Islam di Laut Mediterania dengan armada lautnya yang kuat ikut menyelamatkan orang-orang Yahudi dari Mahkamah Inkuisisi di Spanyol. Menyelamatkan mereka dari pembantaian orang-orang Kristen di sana lalu membawa mereka ke wilayah kekuasaan Turki Utsmani dan menempatkan mereka di bahwah perlindungan negara Turki Utsmani.
Antara tahun 1504 sampai 1510 M, Aruj Barbarosa saudara dari Khaeruddin Barbarosa berhasil memindahkan ribuan orang Islam dan Yahudi di Andalusia ke Aljazair, Afrika Utara. Ia juga berhasil membebaskan daerah pesisir Aljazair, yakni Tilmisan dari pasukan Kristen Spanyol setelah itu ia mengumumkan diri sebagai penguasa di Aljazair. Pasukan Spanyol tidak tinggal diam dengan pergerakan Aruj di Aljazair, pada 1528, pasukan Spanyol berjumlah 15 ribu pasukan menyerang Tilmisan dan berhasil menembus wilayah Aljazair.
Dalam penyerangan itu, Aruj disandera lalu dibunuh pada tahun 1528. Setelah kesyahidan Aruj, perjuangannya digantikan oleh saudaranya, Khairuddin. Khairuddin pun meminta bantuan kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni, yang saat itu menggantikan Sultan Salim yang meninggal dunia. Sultan Sulaiman pun memberinya bantuan berupa pasukan dan persenjataan. Dengan bantuan itu, Khairuddin menuju Spanyol untuk menyelamatkan ummat Islam dan yahudi di sana dari penindasan ummat Kristen Spanyol.
Penulis: Mahardy Purnama, pemerhati sejarah Islam