Waspada Pemanasan Global
Global warming adalah penyebab terjadinya perubahan iklim. Saat ini, tidak ada satu negara pun yang tidak terkena dampak global warming. Para ahli sudah berkesimpulan bahwa fenomena global warming ini bisa menjadi ancaman terbesar bagi kemanusiaan di masa depan.
AL QUR’AN BERBICARA TENTANG GLOBAL WARMING
Adakah ayat dalam Al Qur’an yang mengisyaratkan terjadinya global warming?
Al Qur’an telah berbicara tentang fenomena tanda-tanda kiamat. Ada dua hal yang menarik: Pertama, dalam surah At-Takwir ayat 6 Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,
وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ
“Dan apabila lautan dipanaskan.”
Dan di dalam surah selanjutnya, surah Al Infithar ayat 3, Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,
وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ
“Dan apabila lautan dijadikan meluap.”
Bentuk kata kerjanya adalah pasif, “dipanaskan”, “dijadikan meluap” sebagai akibat dari sebelumnya. Dua tanda hari kiamat ini sangat persis dengan fenomena global warming.
Dampak utama global warming ada dua, pertama adalah kenaikan suhu bumi. Kedua, kenaikan permukaan air laut. Selebihnya adalah dampak dari dua poin tersebut.
Penyebab utama terjadinya global warming adalah emisi yang menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2 (karbondioksida). Manusia bisa dikata spesies karbon, artinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki isinya karbon. Termasuk genetik kita, DNA kromosom kita faktor pengikatnya dari 40 unsur utamanya berasal dari karbon.
Manusia mengonsumsi makanan yang berasal dari karbohidrat. Ada pula makanan yang diolah menggunakan minyak goreng yang juga berasal dari karbon. Dalam konsumsi tidak langsung, seperti transportasi atau industri, kita menggunakan bahan bakar sebagai sumber energi, juga berasal dari karbon.
Untuk menghasilkan energi listrik 1 kWh pembangkit listrik yang menggunakan batubara mengemisikan sekitar 940 gram CO2. Minyak bumi: 1 kWh = 798 gram CO2. Gas alam 1 kWh = 581 gram CO2(Ajero 2003 dalam KLH 2004).
CO2 ikatannya sangat kuat dan berusia sangat lama, ratusan tahun. Jadi orang bisa berandai-andai bahwa perubahan iklim yang terjadi sekarang adalah akibat akumulasi orang-orang yang membuang CO2 ratusan tahun yang lalu. Metana lebih berbahaya 21 kali CO2, tapi umurnya singkat, hanya 15 tahun.
Intinya, karbon merupakan elemen penting kehidupan. Jadi, apakah hal itu berarti global warming adalah fenomena yang tidak bisa dicegah?
Memang tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi. Karbon sebagai sumber energi, pada dasarnya ada di dalam tanah. Lalu manusia mengeksplorasinya, dikonsumsi, lalu dibuang ke atmosfer sebagai tempat sampah pembuangan. Dan itulah yang selama ini terjadi dan kita tidak bisa pungkiri walaupun oleh para ahli yang tidak setuju dengan global warming sekalipun.
Setelah kita buang karbon itu ke atmosfer, maka berlakulah gas rumah kaca. Kebanyakan orang tidak mengerti apa itu gas rumah kaca. Sebagai contoh sederhana, ibu-ibu yang memiliki microwave untuk memanggang makanan, maka gas rumah kaca mirip itu. Dalam microwave itu, dipancarkan energi yang panjang gelombangnya sama dengan panjang gelombang seperti ikatan atom di air, hydrogen dan oksigen sehingga dia bereksitasi, bergetar. Makanya, di microwave itu, bukan makanannya yang panas, tapi air yang dikandung makanan itu yang bergejolak. Itu sama persis dengan karbon yang ada di atmosfer.
Kita kenal ada radiasi matahari yang spektrumnya luas. Ada gelombang-gelombang tertentu yang bereksitasi dengan ikatan-ikatan karbon ini, terutama CO2, metana, freon. Energi matahari yang harusnya terpantulkan, malah terserap. Hal ini mengakibatkan energi tidak keluar dari atmosfer bumi.
Demikian pula kita mengenal hukum kekekalan energi dan massa. Energi tersebut mengawang-ngawang di atmosfer. Semestinya dia keluar tapi tidak bisa, yang kemudian terserap oleh lautan di bumi ini.
Gas rumah kaca ini sebenarnya alamiah. Kalau tidak, bumi ini tidak bisa didiami karena lebih dingin. Tapi yang jadi masalah, manusia membuang karbon ke atmosfer dengan laju yang sangat cepat.
DAMPAK-DAMPAK GLOBAL WARMING
Dua hal yang terpenting, yaitu kenaikan suhu bumi dan air laut naik. Kenaikan suhu bumi itu dampaknya macam-macam. Misalnya, nyamuk malaria yang biasanya hidup di dataran rendah, sekarang bisa hidup di daerah pegunungan, karena suhu di atas semakin hangat. Dampak yang lain, terjadi gonjang-ganjing iklim. Misalnya, tahun ini seharusnya kemarau basah, namun daerah selatan seperti Jawa tidak.
Jadi daerah tropis sebenarnya mengembang. Maka jika ada hadits yang mengatakan jika tanah Arab akan hijau kembali, ini bisa dijelaskan. Dan orang bisa mengerti fenomena itu jika ia mengerti climate change (perubahan iklim).
Memang sebenarnya, tanah Arab dulu hijau, terlihat dari bukti batu-batuan yang digali, bahwa tanah di sana pernah subur. Mengapa bisa hijau kembali? Sebabnya adalah perubahan iklim. Arab bisa menjadi daerah tropis baru.
Dampak lainnya adalah badai cyclone. Cyclone itu sebenarnya sederhana saja penjelasannya. Energi di atmosfer kekal, tidak bisa kemana-mana, namun hanya bisa berubah-ubah bentuknya. Salah satunya adalah berubah menjadi energi kinetis, yaitu cyclone. Karena perubahan iklim, cyclone menjadi lebih banyak dan garang. Misalnya, tiba-tiba saja Jakarta menjadi kering beberapa minggu, padahal waktu itu adalah pertengahan musim hujan. Dari satelit nampak sekali terlihat udaranya tertarik sangat kuat.
Dampak lain yang kelihatan adalah perbedaan suhu antara siang dan malam menjadi sangat ektrim. Akibatnya, kebutuhan akan AC dan air minum menjadi semakin banyak. Ini akan berdampak pada dunia tenaga kerja, misalnya kebutuhan terhadap air minum, mode pakaian, jumlah jam kerja.
Di bidang pertanian, dibutuhkan model tanaman yang bisa menyesuaikan dengan iklim baru.
Kemudian terhadap nelayan, perubahan iklim tersebut juga sangat memengaruhi hasil tangkapan mereka. Ikan yang biasanya berada pada posisi mudah ditangkap, karena suhu yang menghangat, turun ke kedalaman laut di mana para nelayan sudah tidak bisa menjangkaunya lagi.
Adapula fenomena rusaknya terumbu karang dengan sendirinya. Dampak-dampak lainnya adalah semakin berkurangnya luas lahan dan produktivitas tanaman, perubahan tata guna dan fungsi hutan, berkurangnya kuantitas dan kualitas air, kawasan pesisir tenggelam dan berubah fungsi, kepunahan spesies dan kerusakan habitat.
Sebenarnya, kejadian El Nino 1997 itu seharusnya menjadi pelajaran. Perubahannya sangat cepat terjadi sehingga banyak kejadian alam, seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit tanaman, yang semuanya berdampak sangat kompleks.
Ulah manusia memanaskan satu arah, padahal alam itu mempunyai sifat kesetimbangan. Kalau kita desak naik dengan kecepatan tinggi, maka akan punya resiko alam membalik dengan kecepatan tinggi pula. Inilah sunnatullah!
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan kaena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).Wallahu A’lamu bis-shawab
Diolah dari berbagai sumber
(Al Fikrah Edisi Khusus No.01/17 Rabiul Awal 1430 H)