WASPADA KESYIRIKAN: HARAMNYA PERSEMBAHAN SESAJEN KEPADA JIN

Date:

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

Jamaah Jumat yang berbahagia…

Tidak ada kata yang pantas kita ucapakan di hari yang mulia ini melebihi kalimat pujian dan syukur kita kepada Allah Jalla jalaluhu. Dialah Ilah, satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah. Rabb semesta alam yang telah memberikan kita berjuta nikmat dan karunia, yang mana, jika kita menghitung seluruh nikmat-nikmat yang Allah berikan itu, niscaya kita tidak akan pernah mampu untuk menghitungnya.

Diantara nikmat-nikmat itu adalah nikmat keimanan serta ketakwaan kita kepada Allah Azza wajalla. Keberadaan kita di masjid ini pun tidak lain untuk melaksanakan shalat Jumat yang merupakan bagian dari konsekuensi keimanan  serta ketakwaan kita kepada-Nya.

Hanya saja, iman dan takwa itu, ia biasa bertambah dan juga bisa berkurang. Bertambah karena ketaatan kita kepada Allah dan berkurang karena kemaksiatan yang kita lakukan pada-Nya.

Maka, kami selaku khatib pada Jumat kali ini, melalui mimbar yang mulia ini, mengajak kepada jamaah sekalian dan terkhusus untuk diri kami pribadi, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Azza wajalla. Karena Allah mencintai, menyayangi dan memberikan rahmat kepada orang-orang yang bertakwa.

“Baca Juga: Khutbah Jum’at – Optimisme Dalam Kehidupan

Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi kita tercinta, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi suri tauladan yang Allah utus sebagai penutup para Nabi.

Jamaah sholat Jumat rahimakumullah…

Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan malaikat dan jin. Ketika Allah azza wajalla menciptakan Adam, maka diperintahkanlah seluruh malaikat untuk sujud kepada Adam.

Allah Azza wajalla berfirman:

وَإِذْ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 34).

Para ulama menjelaskan bahwa perintah sujud ini merupakan sujud dalam rangka pemuliaan dan pengagungan kepada Adam, bukan untuk menyembah kepadanya. Sebab, salah satu cara pemuliaan zaman dahulu terhadap sesuatu sebelum diutusnnya Nabi Muhammad ﷺ adalah dengan cara sujud kepadanya.

Kemuliaan yang dimiliki manusia itu tidak stagnan. Ia bisa bertambah atau bahkan berubah menjadi kehinanaan yang tingkatnya lebih rendah daripada hewan-hewan ternak. Hal itu jika seorang manusia tidak menjadikan hati, mata dan pendegarannya untuk memahami, melihat dan mendengarkan ayat-ayat Allah.

Allah Azza wajalla berfirman:

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf: 179).

Dapat dipahami bahwa manusia akan kehilangan kemuliaannya dan berubah menjadi hina jika ia tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan Al-Qur’an. Hati yang terkunci oleh sifat sombong merupakan kunci kehinaannya. Sifat sombong itu menjadikan hati laksana batu-batu gunung bahkan lebih keras darinya. Padahal, batu-batu gunung akan ketakutan bahkan pecah jika Al-Qur’an diturunkan kepadanya. Adapun hati manusia yang terkunci oleh sifat sombong, niscaya tidak akan mampu menerima petunjuk Al-Qur’an yang mulia, menganggapnya sebagai penghalang bahkan suatu ajaran kesesatan.

Beda halnya dengan makhluk yang menerima Al-Qur’an, Allah akan memuliakan dan mengagungkan mereka. Diantara contoh nyata akan hal ini adalah kisah para jin yang mendengar al-Qur’an, lalu merekapun beriman kepadanya. Kisah mereka, Allah abadikan sebagai pemuliaan terhadapnya dan pelajaran bagi seluruh manusia.

Allah Azza wajalla berfirman:

قُلۡ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٞ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَقَالُوٓاْ إِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡءَانًا عَجَبٗا ١  يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ فَآمَنَّا بِهِۦۖ وَلَن نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدٗا ٢ وَأَنَّهُۥ تَعَٰلَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا ٱتَّخَذَ صَٰحِبَةٗ وَلَا وَلَدٗا ٣

Artinya : “Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak”. (QS. Al-Jin: 1-3).

Itulah para jin, keturunan-keturunan Iblis terkutuk dan terlaknat. Namun mereka justru menjadi makhluk mulia, tidak sebagaimana nenek moyang mereka, karena penerimaannya terhadap al-Qur’an. Lalu bagaimana dengan sikap kita terhadap al-Qur’an, jamaah Jumat rahimakumullah? Apakah keimanan kita bertambah setelah membaca al-Qur’an? Adakah rasa tunduk dan takut kepada Allah semakin bertambah setelah kita membaca al-Qur’an? Jika tidak, maka mari kita perbaiki hati ini.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Azza wajalla….

Jin yang telah menjadi mulia itu ternyata terkejut heran dengan sikap sebagian manusia yang menjadikan bangsa mereka sebagai tandingan bagi Allah. Mereka mengadakan ritual pemohonan perlindungan pada bangsa jin agar terhindar dari mudarat dan mengharap kemaslahatan. Keheranan mereka Allah abadikan di dalam al-Qur’an sebagai pelajaran bagi manusia.

Allah Azza wajalla berfirman:

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا ٦

Artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin: 6).

Dalam kitab-kitab tafsir, seperti tafsir Imam ath-Thabari, Tafsir Imam Ibnu Katsir, Tafsir Imam al-Qurthubi dan lainnya, disebutkan bahwa dahulu jika manusia ingin melewati satu lembah atau tempat-tempat yang angker atau tempat yang menakutkan, maka mereka akan meminta perlindungan pada jin yang menempati tempat itu, lalu para jin itu menambah dosa untuk mereka.

Perbuatan buruk ini kemudian menjadi satu tradisi yang dipelihara dan dijaga oleh sebagian manusia. Mereka menganggapnya sebagai kebaikan dan budaya yang sangat perlu untuk dilestarikan.

Lihatlah perbuatan sebagian orang ketika mereka ingin memasuki rumah baru, bercocok tanam, berharap gunung tidak meletus, hujan tidak menyebabkan banjir dan lain sebagainya, mereka akan mengadakan ritual meminta perlindungan pada jin dengan memberikan sesajian berupa makanan-makanan, buah-buahan dan lain sebagainya terhadap mereka. Harapan mereka, agar kemudaratan dan bala tidak menimpa mereka.

Perbuatan ini, sungguh telah diingkari oleh al-Qur’an sebagai perbuatan dosa! Al-Qur’an pula yang mengabarkan tentang pengingkaran para jin terhadapnya.

Allah Azza wajalla berfirman:

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا ٦

Artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin: 6).

Ketika menjelaskan tafsir ayat ini, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata: “Sesungguhnya dahulu manusia beribadah kepada jin dan meminta perlindungan pada mereka ketika merasa ketakutan.” (Tafsir as-Sa’di: 1051)

Imam asy-Syaukani rahimahullah ketika menjelaskan ayat ini juga dalam tafsirnya berkata: “Dahulu, yang pertama melakukan permintaan perlindungan kepada kaum jin adalah orang-orang dari negri Yaman. Setelah mereka, lalu diikuti oleh orang-orang dari Bani Hanifah. Perbuatan ini kemudian tersebar di seluruh jazirah Arab. Setelah datangnya Islam (yang kemudian melarang hal itu), maka mereka meminta perlindungan kepada Allah dan meninggalkan kebiasaan buruk itu.” (Fathul Qadir: 1538)

Sungguh sangat menyedihkan, kaum muslimin yang dahulu telah berhenti dari perbuatan itu, kini justru sebagian orang malah ingin mencoba melakukannya kembali, bahkan dviralkan, wal’iyadzu billah.

Oleh karena itu, Jamaah Jumat rahimakumullah, tidak pantas bagi kita mengadakan ritual-ritual semacam ini untuk meminta keselamatan. Tidak pantas bagi kita seorang muslim melakukan pemujaan-pemujaan kepada jin. Tidak pantas bagi kita yang meyakini bahwa Allah sebagai Rabb, penguasa alam semesta, yang memberi maslahat dan mudarat meminta perlindungan dari kemudaratan dan berharap kemaslahatan kepada makhluk-makhluk yang lemah tersebut. Karena sejatinya, tidak ada yang bisa mendatangkan maslahat ataupun mudarat kecuali atas izin Allah azza wajalla. Jika kita meyakini bahwa ada dzat lain yang bisa memberi kemaslahatan dan menjauhkan kita dari bala dan kemudaratan, maka sungguh itu merupakan keyakinan yang salah, ia adalah perbuatan kesyirikan.

Jamaah Jumat yang berbahagia. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dosa syirik adalah dosa yang paling besar, tidak ada dosa yang lebih besar daripadanya. Betapa beratnya dosa kesyirikan ini sampai disebutkan di dalam al-Qur’an bahwa seorang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah dari perbuatan syiriknya, maka ia tidak akan diampuni oleh Allah Azza wajalla dan bahkan diharamkan untuknya surga.

Hal ini berdasarkan firman Allah Azza wajalla:

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢

Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al Maidah: 72).

Maka kita berharap semoga Allah melindungi kaum muslimin dari dosa kesyirikan ini  Kita memohon semoga Allah menunjuki kita dan kaum muslimin seluruhnya pada jalan-Nya yang lurus sehingga mampu memurnikan ibadah dan ketundukan hanya kepada-Nya semata.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Jamaah Jum’at, hafizhakumullah…

Marilah kita kembali kepada al-Qur’an, membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur’an, karena inilah kitab suci yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tinggalkan kepada kita. Siapa yang berpegang teguh padanya niscaya dia akan selamat, namun siapa yang meninggalkannya niscaya ia akan celaka.

Allah Azza wajalla berfirman:

فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ ١٢٤

Artianya: “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Taha: 123-124).

Jamaah jum’at rahimakumullah…

Pada hari Jumat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak sholawat kepadanya. Siapa yang bersholawat kepadanya sebanyak satu kali, maka Allah akan membalas sholawatnya sebanyak sepuluh kali.

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ                                                                                                                                          رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

      رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَأَنْتَالْوَهَّابُ

                  رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

               رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ                                                            سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Oleh : Ustaz Muh. Ode Wahyu, S.H.

(Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar)

DOWNLOAD

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Spesial! Angkat Tema “Bahagia”, PSR di Makassar Hadirkan Enam Pemateri Doktor Lulusan Timur Tengah

MAKASSAR, wahdah.or.id - Bulan Ramadan 1446 H/2025, kehadirannya kini...

Musyawarah Kerja Ke-XIV, Pejabat Bupati Apresiasi Peran Wahdah Islamiyah Bone di Bidang Keagamaan dan Sosial

BONE,wahdah.or.id - Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) ke-XIV Wahdah Islamiyah...

Dihadiri Hingga 450 Peserta, Muslimah Wahdah Islamiyah Kendari Gelar Daurah Serentak di Depalan Kecamatan

KENDARI, wahdah.or.id - Menyambut bulan suci Ramadan 1446 H,...

Bupati Morowali Melalui Kabag Kesra: Wahdah Islamiyah Mitra Masyarakat dan Pemerintah

MOROWALI, wahdah.or.id - Sukses menggelar Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda)...