Berita duka menyelimuti kader dan anggota Wahdah Islamiyah se Indonesia. Da’i muda, ketua DPC WI Batui Sulawesi Tengah, Pejuang Tauhid Batui Sulawesi Tengah, pegiat kemanusiaan, ustadz Ismail Syahril meninggal dunia.
Pantauan wahdah.or.id pada percakapan beberapa grup internal kader Wahdah, beliau meninggal di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Kebon Jeruk Jakarta Barat, hari ini, Ahad (20/01/2019) sekitar pukul 15.30.
Sepanjang hidupnya ustadz Ismail rahimahullah dikenal sebagai aktivis dakwah yang gigih berdakwah dan membimbing umat. Kiprah dakwah dan perjuangannya menyebar di penjuru Kabupaten Luwuk Banggai Sulawesi Tengah.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DP WI), Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin menyebut beliau sebagai salah satu kader terbaik Wahdah Islamiyah.
“Keluarga besar Wahdah Islamiyah hari ini kembali berduka. Kami kehilangan salah satu kader terbaik. Da’i tangguh yang telah menjadi wasilah tersampaikannya hidayah. Aktif berdakwah dan membina hingga pelosok-pelosok pedalaman. Tidak terkenal di muka bumi, tapi bisa jadi namanya masyhur di kalangan penghuni langit. Yaa Allah, rahmatilah saudara kami Ust. Ismail Syahril. Ampuni kesalahannya dan tempatkanlah di surga yang paling tinggi di sisi-Mu”. Ujar Ustadz Zaitun melalui Fan Page resmi @Zaitunrasmin, Ahad (20/01/2019) malam.
Para murid, guru, temah kuliah al marhum juga menyampaikan testimony serupa.
“Sejak saya kuliah Ustad Ismail Syahril & beberapa Ustad dari Luwuk di STIBA sudah menjadi pejuang & mengawal dakwah bagi pemuda Kab. Banggai termasuk kami. Banyak perjuangan beliau yang patut kita teladani”, tulis Alkap Ijo disertai emoji sangat sedih.
Kesaksian senada juga dituliskan oleh Ali Akbar.
“Diantara potongan waktu yang paling indah, ketika mengenal beliau di akhir Oktober tahun lalu. Perjumpaan yang sangat singkat memang. Tapi menyimpan kesan mendalam tentang sosoknya.
Sosok seorang guru yang sangat dekat di hati murid dan kawan-kawannya.
Seorang muridnya bahkan bercerita, bahwa ia sosok yang tak mengenal lelah. Dan itu saya saksikan sendiri.
Hari ini saya mendengar kepergiannya, saya sangat sedih.
Ya Allah, saya diantara saksinya, yang menyaksikan langsung kerja tak kenal lelahnya.
Pelajaran paling utama yang saya ambil dari sepotong waktu bersamanya: keikhlasan selalu meminta yang terbaik, dari setiap kerja kebajikan yang kita persembahkan kepada Allah.
Rahimahullah rahmatan wasi’ah. Ya Rabb, lapangkan rahmatMu untuknya. Untuk da’i tak kenal lelah ini, Ustadz Ismail Syahril rahimahullah….”.
Muhammad Muadz menulis dalam Facebooknya;
“Akhi….!! antum berdakwah tak kenal lelah….. dari tanah leluhur antum Batui hingga ke pedalaman Morowali.
Kadang saya lelah melihat postingan antum yang selalu berpindah dan berubah tempat sbg tanda antum tak pernah istirahat berdakwah.
Saya bersaksi bahwa antum orang baik akhi.
semga Allah menempatkanmu di tempat terbaik disisinya.
Banyak yg mau saya tulis hati ini tak mampu akhi.
ana cinta antum karena Allah”.
Ustadz Ismail rahimahullah transit di Jakarta dari perjalanan Umrah. Sejak di tanah suci beliau telah mengalami demam. Sampai di Jakarta beliau masuk Rumah sakit, namun qaddarallah. Allah memanggil beliau dalam keadaan tenang (insya Allah).[]