VALENTINE’S DAY
Oleh : Reo Adi Syahputra, S.Si.
(Kepala SMAS Ibnu Abbas, Sekolah Binaan Wahdah Islamiyah Muna)

Pernahkah anda mendengar kata valentine’s day ? Tahukah kita apa makna dan substansi dibalik acara itu ? Tahukah anda asal muasal hari tersebut ? Atau hanya sekadar ikut-ikutan doank ???

Sejarah Valentine’s Day
Valentine’s day adalah hari yang diperingati sebagian manusia pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Namun ketahuilah bahwa hari ini sendiri terkait dengan seorang pastur bernama Valentine yang dihukum mati pada tanggal 14 Februari 269 M. The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine, menuliskan bahwa ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua, menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang telah menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998). Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain).

Disisi lain dijelaskan dalam The World Book Encyclopedia (1998) bahwa adanya Perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Ta’ala. Adapun Cupid si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita tapi ketahuilah bahwa ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Naudzubillah.

Dari fakta ini jelas menyatakan bahwa kegiatan yang bertepatan dengan tanggal 14 Februari tiap tahunnya bukanlah bagian dari ajaran Islam dan sangat jelas berupa ajaran kesyirikan, paganisme dan merupakan ajaran Nashrani Romawi kuno untuk penyembahan selain Kepada Allah Ta’ala.

Valentine’s Day, Memeriahkannya dapat Mengikuti Sifat Syaithon
Menjelang hari Valentine sebagian orang menyibukkan diri untuk membeli cokelat, bunga mawar merah, pakaian dan saling memberi hadiah. Jikalau hal ini dikhususkan pada tanggal 14 Februari maka bisa mengantarkan pada sifat pemborosan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon” (Terj. QS. Al Isra: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas Radhiallahu anhum mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru”.

Valentine’s Day, Menyambutnya Mengantarkan pada hal yang tidak Bermanfaat
Ketika kita menyambuat acara ini maka akan banyak waktu, uang dan pikiran yang akan kita buang sia-sia saja tanpa ada pahala di dalamnya. Hendaklah kita sebagai seorang muslim yang baik memanfaatkan waktu kita dengan hal-hal yang mengantarkan ibadah pada Allah Yang Maha Kuasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Diantara tanda kebaikan ke-Islaman seseorang: jika ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat” (Terj. HR. Tirmidzi).

Valentine’s Day, Merayakannya sama saja dengan Mengikuti Orang-Orang Kafir
Agama kita memiliki karakteristik khusus sehingga tidak boleh mengikuti style dari orang-orang kafir. Bahkan jika kita mengikutinya, kita pun masuk dalam agama dan/atau kelompok tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (Terj. HR. Ahmad dan Abu Dawud). Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Valentine’s Day, Berpartisipasi dengannya Mengantarkan pada Kemerosotan Iman
Sebagai muslim yang baik seyogyanya tidak berpartisipasi dalam perayaan-perayan yang dibuat oleh selain ajaran Islam. Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya” (Terj. QS. Al Furqon: 72). Ibnul Jauzy Rahimahullah mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik.

Valentine’s Day, Melakukannya dapat Membuat Kita Berkumpul di Akhirat bersama Dewa Cinta Romawi
Tahukah anda bahwa di akhirat kelak kita akan berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai. Jika kita mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau maka In Syaa Allah kita akan berkumpul bersama beliau di kemudian hari. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai” (Terj. HR. Bukhari). Maka bagaimana jadinya jika hari ini orang-orang mencintai si Valentine yang merupakan seorang tokoh nashrani.

Valentine’s Day, Memberikan Ucapan dengannya Mengantarkan pada Dosa
Sejarah mencatat bahwa hari yang dikhususkan pada 14 Februari adalah hari yang termasuk perayaan agama Nashrani dan mengandung penyembahan pada Dewa Romawi kuno maka kita pun tidak boleh memberikan ucapan selamat akan hal itu. Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah Ta’ala. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah Ta’ala dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya

Olehnya kami ingatkan agar kaum muslimin tidak berpartisipasi dalam acara pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Jagalah sanak saudara kita, anak-anak kita, kawan-kawan kita, tetangga dan seluruh umat Islam dari hari valentine ini. Akhirnya, semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Artikulli paraprakWahdah Islamiyah Jajaki Kerjasama Dengan DLHK Sultra
Artikulli tjetërInilah Hari Kasih Sayang dalam Islam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini