Valentine’s day bukan tradisi masyarakat muslim indonesia

Date:

Setiap kelompok masyarakat memiliki keunikan budaya sendiri sesuai dengan konsepsinya tentang dunia. Perbedaan Bahasa, letak geografis, dan genetis mewujudkan konsepsi kultural yang berbeda pula. Hari kasih sayang atau lebih dikenal dengan sebutan valentine’s day adalah salah satu budaya yang sebagian manusia dianggap sebagai hari spesial. Hari yang jatuh pada tanggal 14 februari setiap harinya ini menyimpan berbagai tradisi di beberapa Negara di dunia khususnya Negara-negara barat di Amerika dan Eropa.

Di Amerika,selama bertahun-tahun perayaan valentine ditandai dengan saling bertukar kartu, kartu-kartu itu dihias dengan indah dan berisi kata-kata cinta untuk diberikan pada orang-orang tercinta. Di Inggris, para gadis-gadis yang masih jomblo bangun lebih pagi pada hari valentine. Mitosnya, pria pertama yang mereka lihat hari itu yang akan menjadi pendamping hidupnya. Di Jerman ada tradisi bagi pria muda dan kekasihnya untuk saling menunjukkan kasih sayang mereka dengan mengirim bunga serta kartu yang berisi kata-kata indah kepada pasangannya. Di Negeri-negeri matahari terbit, seperti jepang dan korea dalam setahun valentine’s day di rayakan sebanyak dua kali. Tepatnya pada 14 februari dan 14 maret atau yang disebut white day.

Mengenai asal-usul budaya perayaan valentine’s day ditemukan bahwa akar budaya dari perayaan ini berasal dari tradisi kaum paganis (kaum penyembah berhala) yang mereka rayakan untuk ritual pengorbanan kepada dewa-dewi mereka sebagai bentuk pendekatan (taqarrub) kepadanya. Dari berbagai versi tentang asal-usul tradisi ini, hampir semuanya sepakat bahwa tradisi itu bermula dari bangsa Yunani-Romawi yang kemudian hari di warisi oleh kaum Nasrani hingga akhirnya menjadi budaya khas bangsa Eropa.

Awalnya tradisi valentine’s day ini ditolak dan dicap sebagai perayaan bid’ah oleh kaum Nasrani. Namun, karena kuatnya pengaruh Helenisme Yunani terhadap kaum Nasrani, maka sebagai akibat dari benturan budaya tersebut agama Nasrani tidak mampu membendung arus masuknya budaya ini ke dalam agama mereka. Dan dimasa kekeristenan inilah hari perayaan kaum paganis itu berubah menjadi hari berkasih sayang. Walaupun demikian, masih didapati beberapa Institut gereja/Sekte yang melarang perayaan itu seperti Christian churches of god, advent dll. Mitos tentang eksekusi mati terhadap St valentinus pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Claudius II (265-270 M) yang bertepatan dengan hari perayaan kaum paganis itu mungkin menjadi sebab perubahannya dari hari ritual keagamaan mereka menjadi hari berkasih sayang yang selalu diperingati setiap tahunnya oleh sebagian manusia khususnya para remaja dalam bentuk yang bermacam-macam dan yang umumnya adalah pengungkapan cinta dalam bentuk seks bebas.

Di Barat budaya free sex and prostitusi merupakan hal biasa buat mereka, karena Sejak dulu budaya seks bebas dalam tradisi bangsa mereka khususnya bangsa Yunani dan Romawi sudah menjadi bagian dari kehidupannya, hal ini terlihat dari berbagai peninggalan budaya mereka, seperti buku-buku legenda dan sastra yunani yang berisi cerita tentang kehidupan seks dewa-dewi mereka dan perselingkuhannya dengan manusia. Begitu pula di Romawi ada sebuah kota kuno dekat gunung Vesuvius bernama pompey, dari hasil penyelidikan oleh beberapa ahli pada reruntuhan kota tersebut ditemukan berbagai gambar, tulisan-tulisan, pahatan-pahatan dan patung-patung serta simbol-simbol yang mencirikan bahwa dahulu kota itu merupakan tempat dimana penduduknya tenggelam dalam kehidupan seks bebas dan prostitusi.

Sama halnya dengan kaum Nasrani, berbagai cerita perselingkuhan, perzinahan dan pelacuran dalam teks alkitab perjanjian lama (old testament) sudah cukup menjelaskan bahwa seks bebas bukanlah persoalan yang mesti dianggap aib oleh mereka, walaupun salah satu dari 10 perintah dalam kitab kejadian (book of genesis) ada larangan berzina namun dalam kitab itu pula memuat sejumlah cerita tentang perzinahan tapi dianggap biasa dan bukan celaan buat mereka seperti cerita tentang perzinahan lot dengan kedua putrinya dll. Jadi bagi orang-orang Barat dan kaum Nasrani pada umumnya, mereka menganggap bahwa budaya zina itu bukanlah hal yang perlu untuk di permasalahkan.
Pertanyaannya, apakah budaya valentine sesuai dengan tradisi masyarakat indonesia? Sebab saat ini hari valentine yang sering di manfaatkan sebagai momen untuk menyampaikan rasa cinta kepada kekasih lebih banyak merujuk pada pengungkapan cinta lewat seks bebas. Bukan hanya di negara barat, di Indonesia sendiri budaya seks bebas sering disalurkan saat valentine’s day. Kalau budaya ini dimasukkan dalam tradisi bangsa kita, maka bisa dikatakan bahwa tradisi perayaan valentine’s day dapat merusak nilai-nilai tradisi dan etika moral masyarakat muslim Indonesia yang terkenal sangat menjaga adat istiadat dalam membatasi pergaulan bebas antar lawan jenis.

Menurut Umar Musni sosiolog universitas Indonesia (UI) seperti dikutip laman harian depok 2013, bahwa valentine yang diperingati setiap 14 februari adalah bentuk kebebasan berbudaya yang diambil dari budaya barat. Sayangnya, masyarakat kurang memahami bahwa akibat dari diterapkannya budaya valentine ini justru menjadi pemicu kerusakan moral bangsa. Valentine’s day ini tidak hanya merusak moral bangsa tapi juga melanggar norma kesusilaan dalam bermasyarakat, dan yang lebih penting lagi perayaan itu merusak aqidah dan akhlak umat islam indonesia yang merupakan agama mayoritas di Negara ini dan asas (pondasi) yang sangat mendasar dalam ajaran islam.

Dari sini kita bisa menilai bahwa valentine’s day merupakan produk budaya barat yang kemudian hari dijual kepada masyarakat muslim sebagai salah satu bentuk usaha hegemoni peradaban barat untuk menerapkan budaya dan pola hidup mereka pada masyarakat muslim Indonesia secara khusus dan di dunia islam secara umum. Olehnya, hendaklah kita berhati-hati dan jeli melihat setiap produk/barang dari tradisi-tradisi atau budaya yang masuk termasuk hari valentine ini, sudahkah sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral ajaran islam? Ataukah sudah sesuai dengan kultur kehidupan masyarakat muslim Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan sosial seperti ini harus segera diatasi dengan upaya mengingatkan masyarakat terutama para remaja untuk tidak terlibat dalam merayakan hari yang kata mereka sebagai momen untuk “berbagi kasih sayang itu”. Allahu A’lam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Optimalisasi Fungsi Masjid Berdayakan Umat Lewat Event Bazar dan Kegiatan Keislaman Akhir Pekan

MAKASSAR, wahdah.or.id - Sudah dua pekan Program Masjid Berdaya...

Gelar Workshop Kehumasan, Upaya Memperkuat Brand dan Popularitas Wahdah Islamiyah

KARANGANYAR, wahdah.or.id - Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama...

Rapat Kerja Pertama One Wakaf Usung Tema “Kolaborasi dan Inovasi Untuk Kemaslahatan Umat”

MAKASSAR, wahdah.or.id – One Wakaf sukses menggelar Rapat Kerja...