إخوة يوسف عندما كانت لهم مصلحة مع أبيهم
قالوا: 《أخانا》….(فأرسل معنا أخانا)..
Ketika saudara-saudara Yusuf memiliki hajat yang merupakan maslahat bagi mereka, mereka berkata pada Ayahnya tentang saudaranya dengan sebutan, “Akhaanaa” (Saudara kami).
Sebagaimana firman Allah فأرسل معنا أخانا yang bermakna, “Utuslah saudara kami bersama kami”.
وعندما انتهت المصلحة
قالوا: 《ابنك》….(إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ)..
Akan tetapi, ketika maslahat yang mereka inginkan itu telah habis, dalam penyebutan terhadap saudaranya tidak menggunakan kata “Saudara” lagi. Mereka menyebutnya dengan kata, “Anakmu” sebagaimana firman Allah azza wajalla إن ابنك سرق yang artinya, ” Sesungguhnya anakmu telah mencuri.”
عند الكثيرين يتغيّر الخطاب بتغير المصالح،
Demikianlah kebanyakan manusia, ucapannya akan berubah ketika maslahat yang dipandangnya juga telah berubah.
حين يمرض من نحب نقول «ابتلاء»
وحين يمرض من لا نحب نقول «عقوبة»
Ketika seorang yang kita cintai menderita sakit, kita katakan, “Ini adalah ujian”. Namun ketika seorang yang tidak kita cintai menderita sakit, kita katakan, “Ini adalah hukuman”.
وحين يصاب من نحب بمصيبة نقول «لأنه طيب»،
وحينما يصاب بمصيبة من لا نحب نقول «لأنه ظلم الناس».
Ketika seorang yang kita cintai mendapatkan musibah, kita berkata, “Karena dia orang baik”. Namun ketika orang yang tidak kita cintai juga mendapat musibah, kita berkata, “Yang demikian itu karena dia telah menzhalimi manusia”.
احذر من توزيع أقدار الله على «هواك»،
كلنا حاملون للعيوب ولولا رداء من الله اسمه 《الستر》 لإنحنت أعناقنا من شدة الخجل ..!
Berhati-hatilah dalam menyebutkan takdir-takdir Allah yang dalam pembagiannya kau menyebutnya sesuai hawa nafsumu. Setiap diri kita memiliki aib-aib yang tersembunyi. Jika saja bukan karena pakaian Allah yang bernama as-Sitru (Yang Menutupi/Melindungi) niscaya leher-leher kita akan menunduk karena merasa sangat malu.
—–
Alih bahasa: Abu Ukasyah al-Munawy