JAKARTA, wahdah.or.id–Sekumpulan ibu ibu yang sementara nunggu anaknya sekolah ditawari untuk belajar membaca al-Qur’an. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca al-Qur’an, mereka diminta memperdengarkan bacaan al-Fatihah dan penyebutan huruf hijaiyah.
Dari sini diketahui bahwa mereka sangat jauh dari standar bacaan al-Qur’an. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh sang guru ngaji untuk menawarkan program pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Gayung bersambut, maka mereka pun siap untuk belajar membaca Alquran dengan metode Dirosa (Pendidikan Alquran Orang Dewasa) yang digunakan untuk membantu para orang tua murid tersebut.
Kisah ini diungkap ustadz Abdurrahman di sela-sela mengikuti pelatihan TOT pengajar Dirosa, yang diadakan selama tiga hari di anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jumat-Ahad, 31 Agustus – 2 September 2018.
Ustadz Abdurrahman yang mengungkap kisah ini adalah alumni Tadribut Duat (Sekolah Dai) Wahdah Islamiyah tahun 2011. Ia telah berkiprah selama tujuh tahun sebagai dai ormas Wahdah Islamiyah dengan daerah tugas pertama di Kolaka Utara Sulawesi Tenggara.
Menurut ustadz Abdurrahman cara efektif untuk mengajak masyarakat belajar membaca al-Qur’an adalah dengan ‘menjemput bola’ dan tidak menunggu mereka yang mau datang belajar. (AA)