Tingkatkan Partisipasi Dakwah, Kuatkan Ukhuwah serta Tumbuhkan Semangat Ekonomi
(Wahdah Sebar 28 Dai ke Berbagai Daerah)
Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP WI), Ahad 12 Syawal 1429 H/12 Oktober 2008 gelar Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Wahdah Islamiyah, pengurus, anggota dan simpatisan di Masjid Darul Hikmah Kompleks Kantor DPP Jl. Antang Raya No.48 Makassar.
Ceramah silaturahmi dibawakan langsung oleh Ketua Umum DPP WI Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. Ustadz dalam sambutannya memberikan arahan agar kita sebagai kaum muslimin hendaknya meningkatkan partisipasi dalam dakwah, selalu memperkuat ukhuwah dan mempererat silaturahmi antara sesama ummat Islam, serta menumbuhkan semangat ekonomi.
Meningkatkan Partisipasi Dakwah
Dalam ceramah silaturahmi yang dihadiri ribuan peserta ini, Ustadz Zaitun menyampaikan bahwa sebagai realisasi hasil dari Ramadhan, hendaknya kita semua meningkatkan partisipasi dan konstribusi sesuai kekhususan bidang masing-masing dalam dakwah dan perjuangan. “Marilah setiap orang melihat bidang masing-masing, kemampuan apa yang bisa dilakukan untuk mendukung, mempercepat dakwah dan pembinaan”, imbau Ustadz.
Lanjut Ustadz, dakwah ini membutuhkan rijal. Memang Islam ini agama Allah, yang kalau Allah menghendaki agama ini menang, pasti menang. Tapi Allah Maha Adil, Maha Pengasih, Maha Penyayang, juga menghendaki Dien ini ditegakkan dengan rijal. Karena itu diutuslah para Rasul, dan kepada Rasul diberikan Hawariyyun pendukung dan murid-murid setia untuk bersama berjuang. Para rijal ini, ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah Subhaanahu Wataala.
Selain itu, refleksi kehidupan ramadhan ini, adalah menghilangkan semaksimal mungkin penyakit-penyakit materialisme, yang terlalu cinta dunia. Semestinya kita jauh memandang ke depan yakni kehidupan ukhrawi. Kita mesti siap bersusah-susah dalam perjuangan ini, baik dalam bentuk kekurangan harta benda, ketakutan dari ancaman bahkan pengorbanan jiwa, untuk kemudian bersenang- senang di akhirat nanti di sisi Allah Azza wa Jalla.
“Hendaknya kerinduan kita terhadap akhirat semakin kuat dan kerinduan akan kejayaan Islam. Namun kerinduan ini tidak sekedar romantisme dalam hati, tapi lahir dalam bentuk gerak dan aktivitas. Sehingga dengannya bisa mewujudkan keadaan ke depan yang lebih baik, hidup dalam ketemtraman Syariat Islam untuk kita dan kelak buat anak cucu kita kemudian”, tegas Ustadz memotivasi peserta silaturahmi.
Ustadz mengajak segenap Keluarga Besar Wahdah Islamiyah dan simpatisan untuk bersama membangun perjuangan ini. “Mari kita bersama membangun perjuangan kita lebih besar ke depan walaupun banyak kendala tapi kita punya tekad untuk terus mengupayakannya, insya Allah. Jangan ada yang merasa tidak punya sesuatu untuk ikut andil dalam perjuangan ini. Setiap kita semua punya sesuatu, kalau kita mau dan bersungguh sungguh”, ujar Ustadz.
Kuatkan Ukhuwah Eratkan Persatuan
Pelajaran lain dalam Ramadhan adalah mengajar kita untuk terus memperkuat ukhuwah, karena betapa banyak ukhuwah yang rusak penyebabnya hanya hal sepele, penyebabnya adalah aksi reaksi yang tidak terkontrol. “kesalahpahaman lalu diberikan reaksi apalagi berlebihan akhirnya semakin membesar dan menyebabkan perselihan dan akhirnya perpecahan“, kata Ustadz.
Kalau ada saudara kita yang bersalah bukan satu-satunya jalan menyelesaikan adalah membalas, begitu banyak jalan untuk menyelesaikannya, di antaranya kesabaran. “Kesabaran bisa menyelesaikan masalah, karena kadang-kadang seseorang yang bersalah kepada kita, baik sengaja apalagi tidak sengaja dia kemudian bisa menyadari kesalahannya ketika kita menghadapinya dengan baik“, tambahnya.
Karena itu dalam Alquran Allah Subhaanahu wataala secara tegas dan jelas mengingatkan orang-orang beriman, agar tidak terlalu cepat memberikan reaksi, apalagi memberi balasan yang buruk terhadap orang yang salah terhadap diri mereka. Bahkan kalau bisa disikapi dengan cara yang terbaik, yang dengannya dapat menghasilkan suasana yang kondusif, yakni tiba-tiba orang yang punya permusuhan dengan kita, seolah-olah seperti sebagai saudara yang sangat erat dan sangat akrab.
“Jadi keliru, kalau kita selalu katakan, kalau tidak dijawab maka dia semakin menjadi-jadi atau kalau tidak diberi pelajaran akan kurang ajar terus dan tidak menghargai, tidak selamanya begitu. Yang boleh seperti itu adalah musuh, yang memusuhi dien kita, yang harus kita tunjukkan izzah kepada mereka disaat kita mampu. Tapi kepada saudara kita orang beriman tidak perlu kita menunjukkan izzah kepada mereka, bahkan AlQu’ran menunjukkan agar kita tawadhu, rendah hati kepada saudara beriman”, ujar Ustadz memberi gambaran.
Tegas Ustadz, bahwa betapa kita sangat membutuhkan ukhuwah itu, baik sebagai pribadi orang beriman terlebih-lebih lagi sebagai seorang pribadi yang rindu akan masa depan Islam yang lebih baik, rindu akan kejayaan Islam.
“Mari dalam suasana Syawal ini, kita bersihkan segala ketidakenakan, segala masalah antara kita dan saudara kita, mari kita bersihkan semua itu. Kita memang manusia biasa tidak terlepas juga yang namanya rasa marah, rasa benci, rasa tidak enak. Tapi mari kita berusaha, ini saat yang baik setelah puasa dan kita buka lembaran putih di hati kita untuk semua saudara kita, baik yang kita kenal maupun yang tidak kenal dari kaum muslimin yang pernah bersalah kepada kita. terlebih-lebih lagi bagi seorang mukmin yang memiliki kerinduan dan harapan untuk masa depan Islam yang jaya. Mereka mesti lebih peduli lagi dengan ukhuwah, karena ukhuwah, persaudaraan punya kaitan erat dengan keberhasilan perjuangan. Sebagaimana ditegaskan Allah Subhaanahu Wataala dalam surat al Anfal, jangan bertengkar, jangan berselisih, jangan bercerai berai, karena hal tersebut merupakan sebab kelemahan kekuatan, akhirnya kegagalan dalam perjuangan”, imbau Ustadz kepada para jamaah.
Mudah-mudahan puasa yang lalu kita mendidik kita dalam mewujudkan ukhuwah Seperti yang pernah diwujudkan sahabat dan para ulama salafusshaleh.
Sebagai contoh, ada seorang Ulama pernah mendapat ujian, dimana ada seseorang yang melakukan sesuatu yang buruk padanya di hadapan murid-muridnya. Tapi sang Ulama tidak menjawab apapun, hanya diam dan membiarkan orang yang mencelanya menyelesaikan apa yang ingin dia katakan, lalu pergi. Setelah malam hari, Ulama itu mendatangi rumah orang yang telah mencelanya. Beliau datang tidak berpanjang lebar, beliau hanya mengatakan :"jika yang engkau katakan benar semoga Allah mengampuniku dan kalau yang engkau katakan salah, semoga Allah mengampunimu, wassalam".Apa yang terjadi, orang yang mencela tadi mengejar dan memeluk kaki Ulama tadi untuk mohon maaf atas kekeliruannya. Suatu penyelesaian yang begitu indah, yang dimulai dengan kesabaran.
“Mari kita perkuat kesabaran kita mengahadapi saudara kita, jangan mengatakan bahwa dia ini ikhwah, sudah lama dibina, dia ini akhwat sudah lama tarbiyah pakai cadar lagi, semua manusia bisa salah. Di antara sahabat Nabi ada yang bersalah tapi kemudian pintu maaf yang segera dibuka ,agar kemudian kita mendapatkan iman yang dalam dan surga Allah Subhaanahu Wataala serta kemenangan dalam perjuangan ini, insya Allah”, harap Ustadz.
Harap Ustadz kemudian, mudah-mudahan puasa Ramadhan, menunjukkan bahwa sesungguhnya kalau kita ingin berubah ke yang lebih baik kita bisa, bahwa ummat kita ini punya potensi bisa berubah kepada yang lebih baik kalau mereka punya keyakinan, tekad dan mereka mau. Sebelum datang ramadhan 1 milyar lebih kaum muslimin punya kebiasaan makan dan minum di siang hari. Begitu datang Ramadhan, lebih dari 1 milyar kaum muslimin ini terjadi perubahan dari diri mereka, sama-sama tidak makan dan minum di siang hari. itu semua dilakukan karena keyakinan akan menuju yang lebih baik.
Olehnya itu siapapun kita, ikhwan dan akhwat dan kaum muslimin yang punya kebiasaan buruk, kelalaian, kelemahan masa lalu, bisa kita perbaiki kalau kita mau, walaupun ada kesulitan-kesulitan pada awalnya, seperti juga puasa saat awal ramadhan agak berat, tapi setelah itu sudah biasa. Jadi merubah kebiasaan dengan kebiasaan pula.
“Hendaknya kita punya kesiapan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri kita dan lingkungan kita termasuk di lembaga perjuangan kita, mari lakukan perubahan-perubahan yang lebih baik ke depan, termasuk yang lebih spesifik, menguatkan tekad untuk berubah untuk lebih banyak mengamalkan syariat Islam. Kita ajak ummat ini bahwa puasa, shalat adalah syariat Islam, hukum-hukum yang lain juga syariat Islam yang harus diamalkan dalam seluruh lini kehidupan”, terang Ustadz.
Menumbuhkan Semangat Ekonomi
Puasa memberikan pelajaran dalam bidang ekonomi, diantaranya ada semangat menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi Islam. Ekonomi ini sangat penting peranannya dalam kehidupan kaum muslimin. Mudah-mudahan ada semangat menumbuhkan ekonomi Islam, semangat mencari rezki yang halal agar kemudian ummat Islam dapat hidup yang pantas dan sewajarnya sekaligus yang dengannya mereka bisa mengembalikan izzul Islam wal muslimin.
“Dalam kesempatan ini saya mengingatkan bahwa perhatian kita masalah ekonomi baik secara pribadi maupun lembaga, setiap ikhwan dan akhwat yang punya kesempatan ekonomi jangan disiasiakan selama tidak menggangu aktivitas perjuangan kita, selama tidak menggangu hal yang lebih penting dalam ibadah dan perjuangan. Jangan sampai semangat ilmu syari, semangat dakwah dan perjuangan yang ditanamkan, ikhwan dan akhwat tidak memperhatikan peluang ekonomi itu. karena ini merupakan tugas kita, apalagi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beri contoh baik dari pribadi beliau maupun taqrir, beliau sendiri pernah menjadi pedagang, beliau juga memberi taqrir kepada sahabat yang berusaha memimjam dana kemudian mengembangkan dana tersebut. Selanjutnya peringatan beliau, apabila diantara kamu yang di tanganmu ada benih, dan dia tahu kiamat datang besok, hendaknya dia menanamnya. Artinya bahwa setiap ada kesempatan produksi atau ada income jangan dilupakan. Dan di kalangan salafush shaleh kita juga banyak contoh, mereka adalah Ulama, Mujahid tapi mereka juga pedagang. diantaranya Abdullah bin Mubarak rahimahullah. jadi tidak bertentangan dengan semangat yang kita tanamkan untuk menuntut ilmu syari, berdakwah, berjuang di jalan Allah dengan semangat untuk melihat peluang-peluang ekonomi baik dikerjakan sendiri maupun lembaga yang saat ini berusaha menciptakan lapangan investasi untuk perjuangan saat ini dan yang akan datang”, papar Ustadz lebih jauh lagi akan pentingnya menumbuhkan semangat ekonomi ini.
Bahkan Ke depan kita ingin kalau bisa Dai, Ustadz, Murabbi yang selama ini menunjukkan kesungguhan tajarrud mereka dalam dakwah dan perjuangan, kita ingin mereka mempunyai sumber-sumber ekonomi walaupun mungkin secara tidak langsung mereka yang terjun, akan tetapi menyerahkan kepada orang lain dan mereka tetap konsentrasi dengan dakwah. kebanyakan orang kaya di dunia ini adalah orang-orang yang memulai dari nol.
Ustadz selanjutnya mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan ini , memanfaatkan kesempatan untuk melengkapi apa selama ini kita lakukan, yaitu semangat ilmu syari, semangat berdakwah, semangat juang, lalu dilengkapi dengan semangat ekonomi yang harus ditumbuhkan dengan memanfaatkan peluang-peluang, dan jangan selalu berpikir bahwa usaha itu harus saya yang kelola, harus saya yang modali, usaha bisa juga saya yang jadi sumber informasinya. Apalagi pada zaman sekarang ini informasi juga sebagai peluang usaha.
“Jika kita memiliki sumber dana yang lebih besar yang dapat diandalkan dibandingkan infak dan shedekah,maka kita akan lebih mudah mengatur strategi perjuangan, mengatur program dakwah dan pembinaan, membesarkan lembaga-lembaga pendidikan, yaitu diantara poin visi misi adalah membangun kurang lebih 100 tahfidz, 100 tadribut duat dan 100 sekolah”, jelas Ustadz tentang pentingnya sumber dana dalam menopang dakwah dan perjuangan ini.
Wahdah Sebar 30 Dai ke Jawa, Sumatra dan Indonesia Timur
Wahdah Islamiyah sebagai salah satu ormas Islam yang konsen dalam bidang Dakwah dan Pembinaan Ummat, Ahad 12 Oktober 2008 di acara Silaturahmi Akbar Kelurga Besar Wahdah Islamiyah melepas lagi secara resmi 28 alumni Ma’had ‘Aly Al Wahdah (Stiba) angkatan III ditambah dua Dai yang pindah tugas. Da’I ini disebar ke beberapa Cabang, Binaan dan Daerah rintisan dakwah di Indonesia. Pelepasan ini bertempat di Masjid Darul Hikmah Kantor DPP WI Jl.Antang Raya No.48 Makassar.
Dua Dai diantaranya mendapat kehormatan dan kepercayaan menjadi tenaga pengajar di Ma’had Sekolah Tinggi As Sunnah Medan, setelah sebelumnya Ma’had As Sunnah meminta tenaga pengajar ke Wahdah. Daerah tujuan lainnya adalah Aceh, Toba Sumut, Samarinda, Balikpapan, Tarakan, Pontianak, Manado, Kupang, Maluku, Kendari, Toli-toli, Semarang.(Rincian Daerah Tugas)
Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc dalam pengantarnya mengatakan kesyukurannya terhadap kesedian semua alumni untuk ditugaskan oleh lembaga. " Karena keimanan dan kesadaran akan amanah dari Allah mereka siap diarahkan ke berbagai tempat tugas dakwah dan perjuangan, "Ungkap Ketua Umum DPP WI dua periode ini.
Lanjut Ustadz menjelaskan, tujuan utama pengiriman Dai ini adalah mengembangkan cabang yang sudah eksis, juga sekaligus merintis dakwah di daerah baru.
Menurut Ustadz secara kuantitas, Wahdah masih merasa kekurangan jumlah Dai. “Ini hanya sebagian dari permintaan yang begitu banyak untuk alumni-alumni Stiba, puluhan, ratusan daerah dan berbagai lembaga menyampaikan permintaan untuk dilayani, diberikan tenaga pengajar dan Dai, namun sampai saat ini alumni masih sangat terbatas”, terang Ustadz di hadapan peserta.
Olehnya itu Ustadz mengajak kita semua harus ada upaya yang lebih keras, menjadikan Stiba sebagai lembaga yang lebih kuat dari saat ini, dimana kalau bisa paling lambat tahun 2010 Stiba sudah memiliki 1000 orang mahasantri yang dibebaskan biaya kuliah dan mengupayakan tempat belajar yang kondusif.
"Sesuai Visi 2015 WI insya Allah Target kurang lebih 800 orang alumni Stiba, Lipia, Madinah disiapkan untuk cabang dan daerah binaan di seluruh Indonesia", terang Ustadz.
Alumni ini sebelum diberangkatkan, dibekali dan ditempah secara intensif selama satu bulan di Pusdiklat Da’I Kantor DPP WI. Insya Allah sebelum akhir Oktober ini semua Dai sudah berangkat ke daerah tugas. Semoga Allah memudahkan pelaksanaan tugas-tugas yang diamanahkan.
Pembangunan Pusat Dakwah Muslimah (PDM)
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Juga mengingatkan kepada peserta silaturahmi, khususnya kepada Panitia PDM supaya dapat melaksanakan tugas mencari dana dengan sungguh-sungguh dalam penggalangan dana Pusat Dakwah Muslimah, yang sudah sangat mendesak pembangunannya. “Kalau kita komunikasikan ada saja yang ingin berpartisipasi”,ungkap Ustadz.
“Kita menyebarkan kupon jangan memakai bahasa yang terkesan minta-minta, kita juga mesti jaga izzah, dimulai dengan bahasa dakwah dalam artian menawarkan atau membuka kesempatan dan peluang dalam berinvestasi akhirat”, tambah Ustadz dalam memberikan arahan
Menurut Dr.Yahya Ali Yahya, Sebetulnya yang perlu berterimah kasih pada hakekatnya adalah orang yang menyumbang, karena kita yang membuka peluang bagi mereka untuk beramal. Walaupun demikian, seyokyanya kita juga mengucapkan terima kasih, sejalan dengan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, siapa yang tidak berterimah kasih kepada manusia maka tidak berterimah kasih kepada Allah.