Array

Teliti Wahdah, Dosen Unifa Gelar Doktor Bidang Sosial

Date:

Teliti Wahdah, Dosen Unifa Gelar Doktor Bidang Sosial

  • Judul Desertasi: Komunikasi Dakwah dan Dinamika Kelompok Wahdah Islamiyah di Sulawesi Selatan

Setelah sebelumnya Mahasiswa Pascasarjana UNM (Universitas Negeri Makassar)  dan UIN (Universsitas Islam Negeri) Makassar menyelesaikan program doktoralnya dengan obyek penelitian Wahdah, kini giliran Dr.H.Hadiati, M.Si Dosen Kopertis Universitas Fajar (Unifa) menyelesaikan Program Doktoralnya bidang Sosial pada Pascasarjana Fisip Unhas Program Studi Ilmu Sosiologi.

 

Desertasi istri dari Dekan FBS UNM Dr.H. Mansur Akil, M.Pd ini mengangkat judul tentang Komunikasi Dakwah dan Dinamika Kelompok Wahdah Islamiyah di Sulawesi Selatan. (The Preaching Communication and Group Dynamics of Wahdah Islamiyah in South Sulawesi). Dipaparkan dalam Ujian Promosi, Selasa 4 Januari 2011 di gedung PKP Unhas.

Bertindak Sebagai Promotor adalah Prof.Dr.H.Hafied Cangara, M.Sc, Kopromotor oleh Prof Dr.HM.Tahir Kasnawi, SU dan Prof.Dr.H.Ahmad M.Sewang, MA. Tim Penguji: Prof.Dr.Andi Alimuddin Unde, M.Si, Prof.Dr. Darmawan Salman, MS, Prof Dr.H.Abu Hamid, dan Prof.Dr.Abdul Salam, M.Si

Dalam awal presentasenya, Peneliti mengungkapkan bahwa latar belakang Dertasinya ini, bahwa era modern saat ini, memberikan dampak positif dan negatif. Dampat negatif yang terlihat adalah nilai agama termarginalkan dengan paham sekulerisasi yang berujung pada dekadensi moral. Dengan adanya fenomena ini, Wahdah Islamiyah sebagai salah satu organisasi agama berupaya untuk mengembalikan nilai agama ke tengah masyarakat.

Menurutnya, dalam perkembangan dakwahnya, WI tidak serta merta diterima di masyarakat, ada kendala sosial budaya ,politis yang senantiasa menghambat dan mengancam eksistensi dakwah, akan tetapi melihat kondisi ini , WI mengalami perkembangan yang pesat sebagai ormas Islam yang muncul di luar Jawa, bahkan bisa bersaing dengan ormas lainnya di Indonesia.

Peneliti mengungkapkan bahwa eksistensi ini sangat didukung dengan kekuatan internal dalam wujud Strategi Komunkasi Dakwah, Jaringan komunikasi Dakwah, dan Dinamika Kelompok

Dalam sesi pertanyaan, banyak hal menarik yang dimunculkan para panelis, diantaranya tentang perubahan  pola pendekatan dakwah dari komprontatif ke persuasif, konsep kepemimpinan di  Wahdah sampai wacana Wahdah akan jadi partai politik ditanyakan ke Peneliti.

Prof Dr.HM.Tahir Kasnawi, SU yang memberikan tanggapan awal, mengomentari tentang perubahan dakwah WI dari Komprontatif menjadi persuasif seperti yang tertulis di desertasi, Prof menanyakan sejak kapan perubahan ini terjadi. Peneliti dalam jawabannya mengutarakan bahwa masa komprontatif ini dilakukan pada awal-awal dari para pemuda penggiat dakwah saat itu,sehingga banyak pihak yang mengangap ekstrim WI waktu itu,pada saat masih berbentuk Yayasan Fathul Muin.

Sebelum melanjutkan komentarnya yang kedua, Prof Tahir dalam hal ini sempat mengistilahkan Wahdah saat ini sudah “Ramah Lingkungan” dan “lagi mesra-mesranya” dengan aktifitas dalam bidang sosial dan pendidikan.

Tanggapan kedua Prof . Tahir kepada peneliti, tentang adanya wacana Wahdah akan menjadi Partai Politik agar misi dakwah lebih kuat. Prof menanyakan apakah wacana ini akan mendukung aktivitas WI atau sebaliknya akan melemahkan.

Dalam jawabannya, peneliti berpendapat bahwa kalau WI jadi Parpol justru akan melemahkan visi misi WI, karena akan ada keberpihakan pada suatu kelompok . pernyataan ini langsung dipotong Prof.Tahir, “kalau berpihak kepada kepentingan ummat, why not?” sehingga bisa mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah. Menjawab, yang terakhir ini, peneliti menegaskan bahwa kalau untuk mempengaruhi kebijakan tidak mesti jadi parpol, tapi bisa memberikan konstribusi pemikiran-pemikiran yang positif kepada yang berwenang . “ saya khawatir ada kepentingan politis yang sifatnya tidak berpihak kepada masyarakat, yang pada akhirnya melenceng dari tujuan awal Wahdah Islamiyah,”tegasnya.

Hal menarik lainnya yang ditanyakan oleh Prof.Dr.Andi Alimuddin Unde, M.Si, tentang kepemimpinan di Wahdah Islamiyah, yakni pemimpin puncak tidak diganti kecuali meninggal atau udzur. Prof Alimuddin, menanyakan dalam kaitannya dengan kondisi alam demokrasi saat ini, apakah hal ini bisa bertahan jika diperhadapkan dengan kondisi keterbukaan.

Dalam jawabannya, peneliti mengemukakan bahwa berdasarkan hasil wawancara, di Wahdah ada dua sistem kepemimipinan yang diterapkan yakni sistem khilafah dan kepemimpinan modern. Kepemimpinan pertama diterapkan pada tataran  pimpinan puncak di pusat. Menurutnya , jika konsisiten, kepemimpinan ini tidak akan tergoyahkan karena sendi-sendi yang digunakan terikat pada norma agama. “Walaupun demikian Wahdah tidak melupakan sistem regenerasi, manusia itu ada akhirnya, sehingga Wahdah Islamiyah akan tetap eksis,” paparnya. Ketetapan seperti ini tidak diatur secara tertulis namun diterima secara konvensi oleh semua unsur kelompok.

Pada desertasinya, kepemimpinan modern dilihat pada mekanisme pemilihan pimpinan dan Sub Struktur lainnya yang diatur berdasarkan AD/ART. Kepemimipnan ini bersifat kolektif melalui musyawarah dalam membuat keputusan dan kebijakan organisasi. 

Pada kesempatan tersebut, peneliti juga mengemukakan tentang dampak sekularisme, bahwa realita sosial yang jauh dari nilai agama. “kadang kita asing dengan budaya Islam tapi tidak asing dengan budaya Barat, yang memisahkan nilai agama di Masyarakat,” tuturnya. Melihat hal ini WI,  tidak diam, akan tetapi melakukan pembinaan Aqidah, dan mulai dari hal-hal kecil, sebagai upaya menentang proses sekularisme.

Obyek yang diteliti Dr.Hadiati meliputi  empat hal, Pertama, Strategi Komunikasi Dakwah, dalam hal ini Komunikator dakwah (Dai-Daiyah), Pesan Dakwah yang disampaikan, media dan pendekatan dakwah serta sasaran dakwah.

Kedua, tentang jaringan Komunikasi Dakwah, meliputi Jaringan Makro atau eksternal dan jaringan mikro.

Ketiga, tentang Dinamika kelompok, meliputi motivasi berkelompok, hubungan interpersonal antar anggota kelompok, Komunkasi Internal Organisasi, Mekanisme Kepemimpinan dan gerakan-gerakan sosial Wahdah Islamiyah.

Keempat, tentang Implikasi Komunikasi Dakwah dan Dinamika  kelompok terhadap eksistensi Wahdah Islamiyah, berisi  penelusuran sejarah perkembangan dan persepsi tokoh-tokoh masyarakat terhadap keberadaan Wahdah Islamiyah.

Ada tiga kesimpulan yang didapatkan peneliti dalam desertasinya, yakni pertama, sebagai sebuah sistem sosial, WI telah membangun interaksi dengan lingkungannya melalui mekanisme strategi dan jaringan komunikasi.

Kedua, Wahdah Islamiyah telah membangun kondusifitas dinamika melalui peningkatan kualitas dan pelembagaan interaksi internal sistem serta penerapan norma-norma dalam struktur dan mekanisme sistem.

Ketiga, Wahdah Islamiyah dapat memperkuat eksistensinya, karena didukung oleh kondusifitas dinamika internal sistem dan kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan melalui mekanisme strategi dan jaringan komunikasi yang kuat.

Dikutip dari desertasi tersebut, sebuah kelompok atau organisasi sosial apapun hanya bisa mempertahankan eksistensinya, jika mampu mengelola dirinya sebagai sebuah sistem yang dinamis dan terbuka, jika tidak maka organisasi atau kelompok tersebut akan mengalami entropi atau kehancuran.

Desertasi ini melibatkan 711 koresponden dari tiga kelompok marhala kajian dan sumber dari informan kunci dari DPP yakni Sekjen Ustadz Muh.Qasim Saguni, Ketua DPD Ustadz Iskandar Kato, Ketua Departemen Pendidikan Ustadz Mahmud dan dua pengurus LM,Ketua LM Ustadzah Nurinsani dan Sekretaris LM Ustadzah Megawati serta enam Ketua DPC yakni Makassar, Palopo, Pinrang, Sidrap, Bone, dan Bulukumba.

Desertasi ini cukup tebal, tampak seperti empat kali ukuran skripsi S1,  terdiri dari 450 halaman terdiri dari 313 isi dan 137 lembar lampiran, termasuk lampiran transkrip wawancara dari informan kunci.

Berdasarkan tinjaun pustaka, ada beberapa penelitian tentang Wahdah Islamiyah yang pernah dilakukan, diantaranya oleh Tajuddin, dengan dua penelitian “Contemporary Islamic Movement in Indonesia tahun 2006 dan “Gerakan Islam Kontemporer di Sulawesi Selatan.

Pada tahun yang sama Guhung melakukan penelitian tentang Wahdah Islamiyah dalam upaya penegakan Syariat Islam di Sulawesi Selatan. Selanjutnya oleh Syarifuddin Jurdi tahun 2006, menulis buku “ Sejarah Wahdah Islamiyah: Sebuah Geliat Ormas Islam di Era Transisi dan buku “ Islam dan Politik Lokal”.

Peneletian lainnya, oleh Moh.Salim Al Jupri, Kepala Kementerian Agama Wilayah Provinsi Gorontalo, Alumni Program Doktor UIN Alauddin, menyoroti tentang  “Corak Pemikiran dan respon Masyarakat terhadap Wahdah Islamiyah, khususnya daerah Gorontalo.

Penelitian berikutnya oleh Uswatun Hasanah, Dosen STAIN Pare-Pare Alumni Program Doktor UNM, tentang solidaritas sosial kelompok Wahdah Islamiyah, yang menghasilkan model solidaritas baru dalam masyarakat yaitu Neo Mechanic Sosial Solidarity.yaitu suatu bentuk modifikasi solidaritas sosial Durkheim.(*)
 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Ustadz Yusran Anshar Sebut Dakwah dan Tarbiyah Adalah Jihad yang Utama Sekarang

MAKASSAR, wahdah.or.id - Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Ustaz...

Hadiri Mukernas XVI Wahdah Islamiyah, Prof Waryono Dorong LAZ Lebih Optimal dalam Gerakan Zakat dan Wakaf

MAKASSAR, wahdah.or.id – Prof Waryono Abdul Ghafur, selaku Direktur...

Kepala BKSDN Kemendagri: Wahdah Islamiyah Wujud Representasi Civil Society, Jembatan Umat dan Pemerintah

MAKASSAR, wahdah.or.id - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri...

Dukung Kemerdekaan Palestina, Wahdah Sulsel dan WIZ Pasangkayu Donasi Milyaran Rupiah

MAKASSAR, wahdah.or.id - Perang antara pejuang Palestina dan Israel...