Keutamaan Tegar di Sunnah
Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“.
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar bagi orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Oleh karena itu, Imam Ibnu Majah mencantumkan hadits ini dalam kitab “Sunan Ibnu Majah” pada Bab: “(Keutamaan) orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia)”.
Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata, “Orang muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia)”.
Salah satu sunnah yang dianggap asing di zaman ini adalah hijab syar’i bagi wanita muslimah dengan menutup wajah dengan cadar.
Diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam Bersabda :
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” HR.Bukhari : 5096 dan Muslim 2740
Mengapa Bercadar ?
Apa kamu tidak takut nanti tidak mendapatkan pekerjaan karena pakaianmu itu ?
Mengapa bercadar ?
Apakah akhlakmu sudah baik, lebih baik perbaiki akhlak dulu ?
Mengapa Bercadar ?
Bagaimana laki-laki akan melihat wajahmu. Apa kamu tidak takut bila nanti tak ada laki-laki yang akan menikahimu.
Mengapa Bercadar?
Tidak perlu terlalu fanatik, bukankah aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan ?
Mengapa Bercadar ?
Bagaimana orang-orang bisa melihat raut wajahmu. Apakah marah atau sedang tersenyum.
Mengapa Bercadar ?
Sudah seberapa tinggi pengetahuan agamamu, bacaan al-quranmu, hafalanmu. Kalau baru awam lebih baik tidak usah bercadar.
Mengapa dan Mengapa lainnya.
Diluar sana telah banyak perempuan bercadar yang memiliki kehidupan lebih baik setelah memutuskan untuk berhijrah, bahkan memutuskan untuk mengenakan cadar. Pekerjaan yang layak dan pendamping yang menerima mereka serta meletakkan cintanya atas dasar bersama dalam taat. Bukankah Allah telah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Baik jodoh, rejeki, bahkan ajal. Meskipun kita bukanlah keturunan dari ustadz atau pun ustadzah, kita tetap berhak memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Dalam setiap perubahan, kita akan selalu dihadapkan dalam pilihan-pilihan sulit. Namun ketika kita meletakkan pilihan itu kepada Allah maka Allah akan pilihkan yang terbaik, yang baik-baik.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa bercadar ? Tanggapilah dengan kepala dingin, dengan senyuman, dengan prasangka baik.
Jadikan setiap perkataan yang memungkinkan hati menjadi panas, atau bersedih menjadi kekuatan untuk terus memperbaiki diri.
Bukan untuk mundur dan tidak istiqomah.
“Nilaiku sebagai wanita tidak diukur dari lingkar pinggang dan jumlah pria yang menyukaiku. Nilaiku sebagai manusia diukur dengan derajat yang lebih tinggi : kebijakan dan kesalehan. Tujuan hidupku, tidak peduli apapun yang dikatakan majalah wanita, adalah sesuatu yang lebih mulia dari sekedar tampil cantik di depan pria.”
Cadar Tidak Akan Mencuri Cantikmu ?
Justru cadar disyariatkan untuk menutupi yang karenanya sebagian ulama mewajibkan memakai cadar. Meskipun aurat perempuan terkecuali wajah dan telapak tangan. Adapun kecantikan, harta, tahta dan garis keturunan adalah perkara yang akan sirna dan akan hilang bekasnya.
al Iman Ibnul Qoyyim al Jauziyah rahimahullah berkata : Suatu hari aku masuk menemui salah seorang teman kami disaat ia mengalami suatu rasa suka cita yang membuatnya menangis.
Aku pun bertanya kepadanya tentang hal itu,
Ia pun menjawab : “Aku teringat karunia Allah kepadaku berupa : Sunnah dan mengenalinya dan aku terbebas dari syubhat kaum dan kebatilan kaidah-kaidah mereka. Serta aku (dikaruniai) bisa menyepakati akal yang benderang dan fitrah yang lurus dari apa yang dibawa Rasulullah. Maka mengingat hal itu menjadikanku bahagia sehingga membuatku menangis.” Tangisan bahagia di atas Sunnah.
Ingatlah masa keresahan dan kegelapan sebelum mengenal sunnah dan bandingkan nikmat kedamaian setelah mengenalnya. Dan tidaklah mungkin engkau bisa berpegang pada Sunnah kecuali apabila engkau mengenalinya.
Sungguh, jika engkau telah mengenalnya. Maka hanya nikmat yang akan dirasakan.
Betapa banyak fitnah bagi laki-laki saat ini, termasuk fitnah perempuan. Dan betapa banyak penghuni neraka ialah perempuan. Diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam Bersabda :
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR.Bukhari : 5096 dan Muslim 2740)
“Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sungguh fitnah pertama kali di kalangan bani israil adalah masalah wanita.” (H.R Muslim : 2742)
Asy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan Hafizhahullah berkata “Fitnah-fitnah ini layaknya banjir bandang, tidak ada yang bisa selamat darinya melainkan dengan berpegang pada sunnah.”
Mengapa Bercadar ?
Karena Iman itu manis, Ujiannya itu manis, dan Sunnah itu manis.
Jika engkau tak percaya, cobalah. Maka engkau akan merasakan nikmatnya.
Syaikh bin Baz rahimahullah berkata,”Engkau sangat butuh kepada hidayah Allah sekalipun engkau orang yang paling berilmu dan paling bertaqwa. Engkau tetap membutuhkan hidayah sampai engkau mati.”
Untuk tegar di atas sunnah itu perlu kekuatan yang bersumber dari rasa ikhlas dan niat yang lillah. Seperti batu karang yang harus tetap kuat dengan kuatnya hempasan ombak. Bahkan ujian itu kadang lebih kuat dari hempasan ombak dan kita pun haruslah lebih kuat dari batu karang. Maka salut bagi perempuan yang tetap teguh meski dipaksa terjatuh, yang tetap bertahan meski ditinggalkan, yang lebih peduli akan kecemburuan Allah dibanding cemohan manusia.
Mengutip perkataan Bilal setelah ketahuan imannya oleh Umayyah:
“Ya, Umayyah. Jika saya diuji dan disiksa karena keimanan saya itu berarti Allah ingin melihat kesabaran saya. Maka engkau akan melihat sabar saya lebih kuat dari sabarnya orang arab, saya akan lebih sabar dari laki-laki arab dan akan lebih kuat dari gunung uhud.” Sungguh indah perkataan Bilal
Mengapa bercadar ?
Karena Islam dan Sunnah tidak ditempuh dengan cara yang mudah.
فمَن رغب عن سنَّتي فليس منِّي
Artinya: “Barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku.” (HR. Bukhari [5063] dan Muslim [1401])
Dan kita pun belajar, alangkah nikmatnya iman.
Penulis : Dian Rahmana Putri