Tanggapan Pemberitaan di Fajar

dan
Pemuatan Hasil Tanggapan

 

Kepada Yang Kami Hormati
Redaksi Harian Fajar
Makassar

Segala puji bagi Allah yang telah melapangkan hati ini untuk Sunnah NabiNya, cinta pada keluarga dan sahabatnya, semoga tercurah salam sejahtera untuk mereka semua

Sungguh merupakan hal yang patut disyukuri ketika media memberi perhatian pada kegiatan keislaman yang memberi pencerahan pada masyarakat, namun yang perlu diwaspadai adalah pemberitaan yang tidak valid dan tidak berimbang.

    Reportase dialog terbatas tentang ”Titik Temu dan Perbedaan Sunni Syi’ah tentang Sahabat” yang diadakan PPS UIN Alauddin, menyisakan beberapa catatan penting dan krusial sebagai berikut :

 

1.Pada Fajar, Sabtu 7/2, pemberitaan dengan judul : Dari Dialog Terbatas Sunni-Syiah (1) Susahnya Mendamaikan Dua Mazhab, halaman 10 Kolom ketiga baris 20-21 dikatakan:”Wahdah yang menganut paham Wahabi ini….”

       Pernyataan ini sama sekali salah, Wahdah Islamiyah tidak pernah menyatakan diri berpaham Wahabi, baik tertulis maupun lisan. Kami juga tidak tahu dari mana sumber informasi Fajar tentang tudingan ini?! Mohon konfirmasi redaksi tentang hal ini.

    Kami mendudukkan para ulama di tempat terhormat dengan tidak mengkultuskan siapapun dari mereka, termasuk Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab – rahimahullah.

2.Pada lanjutan pemberitaan dialog tersebut, Fajar Minggu 8/2, halaman 12. Reportase tentang pemaparan Prof.Jalalaluddin Rahmat (JR) yang dimuat sebanyak 7 paragraf (termasuk prolog berita) dirasa sangat tidak berimbang dengan reportase pemaparan Ustadz Rahmat Abdurrahman (bukan Muhammad Rahmat Abdurrahman)  yang cuma 4 paragraf .

    Belum lagi tidak dimuatnya sanggahan atas beberapa info yang tidak benar- jika tidak dapat dikatakan menyesatkan-  yang dilontarkan JR dan Dr.Muhammad Zain. Justru yang dimuat adalah info tersebut dan diblow up, tanpa ada bandingan

    Diantara hal tersebut adalah tudingan bahwa Khallid sang Pedang Allah meniduri istri orang sebelum masa iddah sebagaimana ditegaskan seorang peserta dari Wahdah  (Ustadz |Muhammad Ikhwan) adalah suatu kedustaan dan itu dapat dibuktikan dengan penelitian isnad riwayat-riwayat itu.

    Poin Penting yang diungkapkan oleh Ustadz Rahmat, yang sama sekali tidak diungkap oleh Fajar adalah bahwa : Upaya untuk mendiskreditkan dan menuding para Sahabat adalah akan mengakibatkan kita memotong jalur sampainya agama Islam ini kepada generasi setelah mereka termasuk kita. Jika demikian, dari mana sumber kita mengambil agama ini? Al Qur’an pun sampai kepada kita melalui periwayatan sahabat Nabi–Radliyallahuanhum.

            Kami berharap kiranya pihak Fajar dapat memuat tanggapan kami ini. Terima kasih atas perhatiannya. 

    Semoga Allah senantiasa memberi hidayah dan inayahnya bagi kita semua.

                                Makassar, 09-02-2009

Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah

 

Ir.H.Muhammad Qasim Saguni

Sekretaris Jendral

Hasil Tanggapan yang dimuat di Fajar


WI Bantah Berpaham Wahabi

(Harian Fajar/Selasa, 10 Februari Hal. 6)

Makassar-Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP-WI) mengklarifikasi berita yang menyatakan WI menganut paham Wahabi. Dalam rilis yang difax ke redaksi Fajar, Senin, 9 Februari, Wahdah Islamiyah menegaskan tidak pernah menyatakan diri berfaham Wahabi, baik tertulis maupun lisan.

“Pernyataan itu salah. Kami mendudukkan para ulama di tempat terhormat dengan tidak mengkultuskan siapapun dari mereka. Termasuk Syekh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahumullah, “sebut Sekjen DPP WI, Muhammad Qasim Saguni yang menandatangani rilis tersebut.

Klarifikasi ini disampaikan WI menyusul pemuatan berita di Koran ini mengulas dialog terbatas Sunni-Syiah yang digelar di Aula PPs UIN Alauddin, Jum’at 6 Februari. Dialog ini mengangkat tema “Titik Temu dan Letak Perbedaan Sunni-Syiah Tentang Sahabat”. Penganut Syiah di Indonesia di wakili IJABI (Ikatan Ahlul Bait Indonesia). Sementara, Wahdah Islamiyah mewakili kelompok Sunni.
Dialog ini menampilkan tiga pemateri, yakni Prof Dr KH Jalaluddin Rakhmat (Ketua Dewan Syuro DPP IJABI), ustadz Rahmat Abdurahman (DPP Wahdah Islamiyah) dan Dr Muhammad Zain (peneliti sejarah sahabat Nabi saw).

Selain itu, WI juga bermaksud menyampaikan pendapatnya mengenai Khalid bin Walid, salah satu sahabat Rasulullah saw. Untuk diketahui, dalam dialog tersebut, kelompok Syiah menyatakan bahwa Khalid bin Walid tidak bias dijadikan rujukan ajaran Islam karena pernah membunuh seorang muslim lalu meniduri istri muslim yang dibunuhnya itu.

Fakta sejarah yang diungkapkan kelompok Syiah itu juga diperkuat oleh ulasan Muhammad Zain, seorang peneliti sejarah dan kehidupan sahabat Rasulullah saw. Zain juga menambahkan bahwa ada beberapa sahabat Nabi saw yang melenceng dari mayoritas Islami.

Namun, knhusus kisah Khalid bin Walid yang diungkap golongan Syiah, WI menegaskan bahwa kisah tersebut bohong. Sebaliknya, WI menyatakan Khalid bin Walid meruapakan salah satu sahabat Nabi saw yang dijuluki pedang Allah karena ketegasannya dalam menegakkan ajaran Islam.

“Upaya mendiskreditkan para sahabat akan berakibat pada terpotongnya ajaran Islam kepada generasi. Sebab dari mana kita mengambil sumber agama ini? Al Qur’an sampai kepada kita melalui periwayatan sahabat Nabi Radiallaahu ‘Anhum” tandas Muhammad Qasim.

 

Artikulli paraprakTim KNRP Terus Berusaha Masuk Gaza
Artikulli tjetërPelatihan Ustadz/ah Pengajar al-Qur’an Metode Tilawati LP3Q Gowa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini