SE-KOTA PANGKEP
Gaulku, gaulmu, gaul kita bersama, demikian bunyi tema kegiatan Dialog Remaja yang berlangsung Ahad, 27 Dzulqa’dah 1427/ 17 Desember 2006 lalu.
Acara yang diadakan oleh Forum Mahasiswa Muslimah Pangkep yang bekerjasama dengan kelompok pengajian SMU Negeri 1 Pangkep yang tergabung dalam Refleksi Generasi Uswatun Hasanah (REMAS RELIGIUS) ini menghadirkan pemateri Ust. Drs. Herman Hasyim dan dipandu oleh al akh Faisal dari radio Swara Al-Wahdah. Dari absen peserta yang di edarkan tercatat ada 54 akhwat dan 11 ikhwa yang mengisi registrasi, namun sumber lain menyebutkan sekitar 100-an orang yang turut hadir dan dominan dari kalangan pelajar dan mahasiswa serta guru di kota yang terkenal dengan Ikan Bandeng dan Sop Saudara-nya ini.
Antusiasme dari peserta Pengajian Remaja ini tampak ‘hidup’ terutama ketika memasuki sesi tanya-jawab seputar Problematika Pergaulan Remaja ini, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang masuk ke meja moderator dalam bentuk lembaran-lembaran kecil pertanyaan dari peserta akhawat. Dalam pengantarnya, pemateri banyak mengangkat data-data dan fakta dilapangan tentang akibat buruk hubungan asmara diluar pernikahan model pacaran ini. Beliau juga menyebutkan hasil data poling pendapat dari beberapa perguruan tinggi di kota besar Indonesia yang cukup memprihatinkan tentang hubungan seks bebas pelaku pacaran. Dampak buruk pergaulan model pacaran yang paling sering muncul dan terlalu sering diangkat oleh media massa adalah bahwa pacaran merupakan faktor pemicu tindakan kriminal; perzinahan yang tak dapat dihindari, perkelahian, bunuh diri, hamil diluar nikah, perceraian karena tidak siap mental dan materi, dan lain-lain. Namun disisi lain media juga terlalu sering memprovokasi penonton dengan berlomba-lomba menayangkan acara-acara sinetron, ghibah (gosip), infotainment, dan reality show serta nyanyian-nyanyian yang melalaikan. Karenanya, kegiatan-kegiatan Rohis (Kerohaniaan Islam) seperti ini merupakan salah satu alternatif yang terbaik yang perlu difollow up oleh para orangtua, praktisi pendidikan, pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan menghargai setiap usaha para remaja Islam yang mempunyai ghirah yang tinggi untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman mereka dalam penampilan dan prilaku mereka, bukan sebaliknya mencurigai dan bersikap acuh tanpa memberikan solusi yang lebih baik