Makassar, wahdah.or.id – Berbagi hadiah diantara kita, pasti sudah sering dilakukan. Hadiah itu bisa berupa apa saja. Namun, hadiah yang spesial terkadang kita dapati hanya pada moment-moment spesial. Seperti hadiah spesial yang satu ini, mushaf al Quran. Ya, ini adalah hadiah yang sangat spesial dan di moment spesial pula.
Tentang hadiah spesial di moment spesial. Ada yang menarik di Event Nasional Wahdah Islamiyah yang digelar di Aula Gedung ‘Aisyah STIBA Makassar, Jum’at (19/08/2022). Moderator yang memandu Dialog Kebangsaan tak disangka-sangka berbagi hadiah berupa mushaf mini ukuran saku untuk semua pemateri.
“ini ukurannya kecil Pak, Mushaf al Qur’an” sambil mengangkat Mushaf mini yang dipegangnya, Moderator berdiri dan menyamperin Pak Ponco Ardani. “Insya Allah, ini akan mencegah seluruh bentuk teroris” Pak Ponco selaku Narasumber yang memberikan presentase pertama menerima hadiah spesial itu dengan wajah yang dipenuhi senyuman.

Kalimat Moderator ketika menyerahkan hadiah al qur’an ukuran saku kepada Pak Ponco, memiliki power yang sangat kuat. Betullah apa yang ia katakan, Al qur’an ketika dijadikan pedoman akan mencegah siapa saja untuk tidak melakukan keburukan, khususnya teror.
Firman-Nya,
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (Qs. Al-Baqarah: 185)
Ayat diatas mungkin lebih familiar ketika bulan Ramadan. Tapi, bagi seorang Muslim, ayat diatas akan selalu familiar karena ia adalah merupakan ayat-ayat yang dibacanya setiap hari.
Berbagai bentuk kekerasan, terorisme, radikalisme, extrimisme dan bentuk kejahatan dan kerusakan lainnya dipermukaan Bumi ini akan teratasi ketika seseorang menjadikan al qur’an sebagai pegangan dan pedoman kehidupan. Didalam hadiah kecil yang istimewa tersebut, tercantum pula peringatan dari Sang Pencipta alam ini, agar semua makhluk tidak melakukan kerusakan.
Firman-Nya,
وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.” (Qs. Al-A’raf: 56)
Hadiah dari sang Moderator tak hanya diberikan kepada Pak Ponco. Selain Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri Kombes. Pol yang menerima hadiah, Kepala SKPT Sulses Prof. Dr. Muammar Muhammad Bakry pun mendapatkan hadiah yang sama.
“namun mohon izin Pak Kiyai, mohon maaf” Moderator dengan kostum Jas hitam dengan songkok Nasional yang sudah mempersilahkan pemateri berikutnya itu, minta izin untuk menyerahkan hadiah yang sama, yaitu al qur’an ukuran saku untuk Kepala SKPT Sulsel.
“Muammar adalah seorang Imam. Ya, bahkan imam kita semua di Makassar ini. Saya tau, al qur’an sudah ada didalam dadanya. Tetapi saya ingin mendapatkan pahala dengan berserikat pada saat dia mengulang hafalan qur’annya” ujar Moderator sembari menyerahkan mushaf mini yang dibawanya.

Prof. Muammar yang menerima hadiah tersebut sangat bahagia. Ia menerimanya dengan penuh senyuman bahkan mencium mushaf yang ada ditangannya tersebut.
Moderator yang dikenal dengan jiwa puitisnya ini merupakan Founder dari Al Qur’an Memorization Training (AMT Centre) Makassar dan beliau juga adalah ketua Dewan Syuro Wahdah Islamiyah, beliau adalah Ust. Muh. Ikhwan Abdul Jalil, Lc., M.H.i
“saya tau semua nilai-nilainya insya Allah sudah bersemayam dalam hati dan jiwa Ustaz. Namun, saya ingin berserikat dalam pahala dengan Ustaz” Ust. Ikhwan berdiri mendekati K.H. Sodikun selaku pemateri dari MUI, kemudian menyerahkan hadiah yang sama.

Sebagai peserta yang hadir di event atau sebagai pembaca, mungkin kita melihat apa yang dilakukan oleh sang Moderator sangatlah sederhana. Namun, apa yang beliau tampilkan dipanggung saat event, mengajarkan kepada kita beberapa hal
Pertama, cerdas dalam melihat situasi dan kondisi ketika ingin memberikan sesuatu. Kedua, cerdas dalam memilih barang atau sesuatu yang ingin kita bagi atau hadiahi. Dan ketiga, apa yang kita lakukan hendaklah menjadi pipa pundi penambah amalan, agar ketika kita telah meninggal dunia, amalan-amalan kita tetap mengalir dan tidak pernah putus.
Semoga hadis berikut menjadi pengingat dan penyemangat untuk kita semua agar menjadi manusia-manusia cerdas.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
1. Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
2. Anak shalih yang ia tinggalkan.
3. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
4. Masjid yang ia bangun.
5. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
6. Sungai yang ia alirkan.
7. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.
Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 242; Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Al-Mundziri. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Oleh: Absaid