Potongan ayat ini memang pendek. Tapi, makna, ibrah dan pelajaran yang ada di dalamnya  tidak sependek teksnya. Untuk pengguna gadget smartform, kamu bisa mengunduh aplikasi yang stau ini di HP android kamu. Silahkan buka playstore kemudian search Quran for Andorid. Namanaya juga Smartform, pemiliknya harus lebih smart dhonk dalam menggunakannya.

Potongan ayat ini tertera pada halaman 371 pada juz 19, tepatnya pada ayat yang ke-101. Berikut bunyi ayat dengan makna “tidak ada lagi teman akrab”,

وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٖ

Artinya: “dan tidak pula mempunyai teman yang akrab.” (QS. Asy-Syu’ara: 101)

Ayat yang ringkas namun penuh makna yang terletak pada Surah Asy-Syu’ara ini adalah surah Makkiyah. Ayat ini di dahului oleh dua ayat sebelumnya yang menceritakan tentang penyesalan mereka (penduduk Neraka) yang dulu ketika di dunia, mereka salah menjadikan seseorang sebagai teman akrabnya. Mereka merasa di sesatkan oleh orang-orang yang berdosa, hingga membuat mereka pun ketika di dunia menjadi orang yang melakukan dosa bersama mereka.

وَمَآ أَضَلَّنَآ إِلَّا ٱلۡمُجۡرِمُونَ

Artinya: “Dan tidak ada yang menyesatkan kita kecuali orang-orang yang berdosa.” (QS. Asy-Syu’ara: 99)

Sungguh, penyesalan yang tidak akan bisa di perbaiki lagi dan tidak ada pengulangan lagi untuk memperbaiki apa yang sudah tertoreh.

Ketika di dunia, jadikanlah orang-orang sholeh sebagai teman terbanyakmu. Karena orang-orang yang sholeh mempunyai syafa’at atas izin Allah swt. penduduk Neraka yang Allah ceritakan pada ayat ini, mereka mencari dan berharap akan ada orang yang memberikan pertolongan dan syafa’at untuk mereka.

فَمَا لَنَا مِن شَٰفِعِينَ

Artinya: “Maka (sekarang) kita tidak mempunyai seorang pun pemberi syafaat (penolong).” (QS. Asy-Syu’ara: 100)

Tidak ada yang bisa memberikan syafaat pada hari itu. Bahkan teman akrab dahulu ketika di dunia, kini sudah tidak ada lagi. Bahkan jika ada, mereka hanya akan menjadi musuh bagi satu sama lain.

Berteman dengan orang-orang sholeh, orang-orang yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hendaknya kita jadikan prioritas. Insya Allah bersama mereka, membersamai mereka akan menjadikan iman kita akan bertambah, minimal iman itu stabil dan tidak menghilang dari diri kita.

Ketika orang-orang yang sholeh, orang-orang yang beriman di masukkan oleh Allah ke Surga-Nya. Mereka kelak akan bertanya tentang orang-orang yang dahulu pernah mereka kenal, orang-ornag yang pernah membersamai mereka.

Dalam kitab tafsir Ma’alim at-tanzil oleh Al Baghawi, beliau mencantumkan satu riwayat dari Jabir bin Abdillah, beliau mendengarkan Nabi bersabda,

,إن الرجل لَيقولُ في الجنة: ما فعل صديقي فلانٌ؟ وصديقُه في الجحيم

 فيقول الله تعالى: أخرِجوا له صديقه إلى الجنة

“Sungguh, seseorang di Surga kelak dia akan berkata: “apa yang sekarang di lakukan oleh temanku?” Dan pada saat itu, teman yang dia maksud ada di dalam Neraka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “keluarkan untuk dia temannya dan masukkan temannya tersebut kedalam Surga.”

Penduduk Neraka yang lain yang melihat kejadin tersebut di dera penyesalan yang sangat besar, hingga mereka bertanya-tanya, “apa gerangan yang membuat si fulan yang sebelumnya di Neraka bisa di keluarkan darinya dan bahkan di pindahkan ke dalam Surga?” Ternyata, hanya sebab kecil. Sebab itu adalah karena salah pertemanan dahulu di dunia bisa berujung kesengsaraan yang tak berujung jadinya.

Merekapun mengungkapkan penyesalan yang tak ada solusinya kala itu.

.فَمَا لَنَا مِن شَٰفِعِينَ. وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٖ

Artinya: “Maka (sekarang) kita tidak mempunyai seorang pun pemberi syafaat (penolong). dan tidak pula mempunyai teman yang akrab.” (QS. Asy-Syu’ara: 101-100)

Ayat yang begitu ringkas ini mengajarkan kepada kita bahwa, teman akrab hari ini tidak menjamin keselamatan kita kelak di akhirat jika pertemanan, persahabatan itu tidak di bangun di atas ketakwaan kepada Allah swt. Jangan sampai senyum, gelak tawa kita bersama hari ini menjadi penyesalan terbesar bagi kita. Khususnya pertemanan akrab dengan yang tidak seaqidah dan tidak seiman dengan kita.

Jangan sampai…

Naudzu billah bin zalik…

Di dalam surah yang lain, Allah menggambarkan seseorang yang hanya bisa menggigit jari di dalam neraka karena dahulu dia salah berteman. Agama teman akrabnya tidak menjadi ukuran baginya. Akhirnya penyesalan itu pun datang.

وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا. يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا

Artinya: “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).” (QS. Al-Furqan: 27-28)

Ayat di atas, dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir di ceritakan tentang penyesalan orang zhalim yang sebelumnya sudah ikut dengan hidayah yang di bawa oleh Nabi. Namun karena temannya yang menariknya kembali, akhirnya dia pun kembali menjadi musyrik. Di sebutkan bahwa orang tersebut bernama Umayyah bin Khalaf atau saudaranya, Ubay bin Khalaf.

Agama teman, sahabat siapapun mereka yang kita akrabi. Hendaknya agama itu yang akan menjadi sebab kita bersama menuju Surga-Nya. Rasulullah menyuruh kita untuk memperhatikan agama seseorang yang akan menjadi teman dekat kita. Karena agama seseorang akan sesuai dengan agama temannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan sesuai dengan agama teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

 

___

Oleh: Tim Website wahdah.or.id

Referensi:

Kitab Tafsir Ibnu Kastir, via aplikasi Quran for Android

https://www.alukah.net/sharia/0/149332/#ixzz77FqYVAMv

 

Artikulli paraprakKETUA DAI DAN ULAMA ASIA TENGGARA BEBERKAN TRIK KETAHANAN KELUARGA DI ERA NEW NORMAL
Artikulli tjetërKajian Akbar Nasional Bersama Ustadz Zaitun Rasmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini