Syarah Kitab Ta’lim Muta’allim (1) Pengantar
Kemuliaan Orang Berilmu
Ta’lim Muta’allim Thariq At-Ta’allum karya Az-Zarnuji merupakan kitab yang tidak asing di kalangan pencari ilmu (thullab ‘ilm) atau santri di tanah air dan di dunia Islam. Mayoritas penuntut ilmu, khususnya santri di Pesantren tradisional di tanah air umumnya mempelajari kitab ini. Sebab Ta’lim Muta’allim merupakan salah satu rujukan dalam adab pencari ilmu.
Ta’lim Muta’allim disusun oleh penulisnya sebagai respons atas persoalan yang dialami oleh para pelajar di zaman Az-Zarnuji. Persoalan tersebut adalah, kebanyakan pelajar tidak sampai kepada hakikat ilmu yang sebenarnya, sehingga mereka tidak memperoleh faedah dan buah dari ilmu yang mereka pelajari.
Hal itu kata Ulama yang bergelar Burhanuddin ini disebabkan karena mereka salah jalan dalam belajar dan meninggalkan syarat-syaratnya. Sebab orang yang salah jalan akan sesat dan tidak akan memperoleh apa yang dicita-citakannya.
Sekilas tentang Penulis Kitab
Nama panggilan beliau adalah Az-Zarnuji. Atau masyhur dengan Burhanuddin Az-Zarnuji atau Burhanul Islam Az-Zarnuji. Az-Zarnuji adalah nisbat kepada kota tempat mukin beliau, yaitu kota Zarnuj. Menurut Imam Al-Qarasyi, penulis kitab Al-Jawahir Al-Mudhiiah,[1] Zarnuj termasuk wilayah Turki. Namun menurut Imam Yaqut al-Hamawi dalam kitab Mu’jamnya,[2] Zarnuj termasuk kota terkenal di wilayah wara’an nahr dekat kota Khaujanda yang masuk wilayah administrasi Turkistan.
Muqaddimah Kitab
Az-Zarnuji mengawali kitab Ta’lim Muta’allim ini dengan hamdalah dan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan …..
الحمدلله الذي فضّل بني آدم بالعلم والعمل على سائر العالم والصلاة والسلام على محمد سيّد العرب والعجم وعلى آله وأصحابه ينابيع العلوم والحكم
Segala puji bagi Allah yang memuliakan anak cucu Adam (manusia) atas seluruh alam[3] dengan ilmu dan amal. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, pemimpin bangsa Arab dan non Arab (seluruh manusia).[4] Semoga keselamatan dan kesejahteraan juga terlimpahcurahkan kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang meruapakan mata air-mata air ilmu dan hikmah.
Manusia Diistimewakan dengan Ilmu dan Amal
“Segala puji bagi Allah yang mengistimewakan manusia atas seluruh alam dengan ilmu dan amal”.
Manusia mulia dan diistimewakan oleh Allah karena ilmu dan amalnya. Kemuliaan dan keistimewaan orang berilmu bukan hanya dilebihkan atas manusia. Tapi diistimewakan dari seluruh makhluk di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an kemuliaan manusia atas makhluk lainnya dinyatakan secara tegas oleh Allah, “Dan kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang Kami Ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. (Qs. Al-Isra: 70).
Secara umum ayat ini adalah dalil tentang kelebihan dan kemuliaan manusia dari makhluk lainnya. Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Berdasarkan ayat ini dijadikan dalil atas kelebihan bangsa manusia dari Malaikat”. Dan kelebihan manusia atas makhluk lainnya adalah akal yang merupakan saluran ilmu. Imam Qurthubi mengatakan, “Kelebihan manusia karena akal yang merupakan standar dan sandaran taklif, yang dengan akal manusia mengenal Allah dan dapat memahami firman-Nya serta membenarkan Rasul-Rasul-Nya”.
Manusia itu dimuliakan oleh Allah dari seluruh makhluk karena ilmu dam amalnya. Tentu Ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah. Ilmu yang amaliah maksudnya ilmu yang membuahkan amal. Sedangkan amal yang ilmiah artinya amal yang dibangun di atas landasan ilmu.
Jika manusia dimuliakan dari makhluk lainnya karena ilmunya, demikian pula kelebihan manusia atas manusia lainnya juga karena ilmu. Karena itu Allah meninggikan derajat orang beriman dan berilmu beberapa derajat sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mujadilah ayat 11.
Ibnu Abbas mengatakan, “Orang-orang berilmu memiliki kedudukan 700 derajat di atas orang-orang beriman, jarak antara setiap derajat sejauh perjalanan 500 tahun”. [5]
Syaikh Wahbah Az- Zuhaili mengatakan, Allah mengangkat derajat para ulama beberapa derajat dalam kemuliaan dan posisi yang tinggi di dunia dan akhirat sebab berpadunya ilmu dan amal mereka. Jadi kemuliaan manusia bukan karena sekadar berilmu pengetahuan. Tapi ilmu yang melahirkan amal. Karena amal adalah dari ilmu yang bermanfaat.
Keluarga dan Sahabat Nabi Sebagai Sumber Ilmu
Para keluarga dan sahabat Nabi adalah saluran ilmu yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Az-Zarnuji menyebut mereka sebagai ‘’yanabi’ (mata air-mata air) ilmu dan hikmah”. Sebab mereka adalah orang terdekat Nabi dan mengambil ilmu langsung dari Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyebut para Sahabat Nabi sebagai orang-orang yang mendalam ilmunya. Sebab mereka adalah murid-murid Nabi serta manusia pilihan. Mereka dipilih oleh Allah untuk mendampingi Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. []
Bersambung Insya Allah
[1] Al-Jawahir al-Mudhiiah 2/312 sebagaimana dikutip oleh Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam Syarh Ta’lim Muta’allim, hlm. 5
[2] Mu’jamul Buldan 4/387 sebagaimana dikutip dalam Syarh Ta’lim Muta’allim, hlm. 5
[3] Ada yang mengatakan bahwa alam adalah nama bagi setiap yang memiliki ilmu dari kalangan Malaikat dan tsaqalaian (jin dan manusia). Artinya manusia berilmu diistimewakan dari Malaikat dan jin serta manusia lainnya yang tidak berilmu. Dikatakan juga alam mencakup segala sesuatu selain Allah. Sehingga dikatakan alam Malaikat, alam manusia, alam jin, alam falak, alam tumbuh-tumbuhan, dan alam hewan.
[4] Sebagaimana ditunjukkan oleh sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku adalah pemimpin anak cucu Adam”.
[5] Sebagaimana dikutip oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin
Syukron ustad
Jazakumullah
Ditunggu kelanjutannya
Afwan…