Kehidupan dunia ini hakikatnya merupakan perjalanan untuk mengumpul bekal. Setiap manusia menjalani hidupnya mulai dari siang hingga malam, ia melakukan amalan-amalan, dengannya ia melakukan jual beli dengan Rabbnya. Hasil dari jual beli itu kemudian menjadi bekal di akhirat nanti.
Seorang yang cerdas tidak akan mau mengumpulkan kayu bakar sebagai bekal dirinya, lalu kemudian kayu bakar itu justru untuk membakar dirinya.
Allah azza wajalla mengingatkan dan berwasiat dan di dalam al-Qur’an agar setiap manusia mengumpulkan bekal yang baik, Allah berfirman:
وتزودوا فإن خير الزاد التقوى
“Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Dahulu imam syafi’i rahimahullah pernah bersyair:
تزود من التقوى فانك لا تدري….اذا جن ليل هل تعيش الى الفجرِ
Berbekallah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui
Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar
فكم من فتى امسى واصبح ضاحكا … وقد نسجت اكفانه وهو لا يدري
Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa
Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya
وكم من صغار يرتجى طول عمرهم…وقد ادخلت اجسادهم ظلمة القبرِ
Betapa banyak anak-anak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang
Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur
وكم صحيح مات دون علة … وكم من سقيم عاش حينا من الدهرِ
Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab
Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang panjang
وكم من عروس زينوها لزوجها …. وقد قبضت ارواحهم ليلة القدر
Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya
Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qadar
النفس تبكي على الدنيا ….وقد علمت ان السلامة فيها ترك مافيها .
Jiwa menangisi dunia
Sementara ia mengetahui bahwa tuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnya.
Ooh, dunia betapa ia amat melalaikan.
Saudaraku…
Mari merenung sejenak, kita beriman walau sesaat saja.
Muhibbukum fillah.
Oleh Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy