Surga, betapa indah menyebutnya. Tak ada yang terbayang kecuali kenikmatan dan keindahan. Mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya bahkan untuk terbetik dalam hati sanubari manusiapun, keindahan itu belum pernah terbayangkan.
Tapi surga hanya untuk orang-orang yang rindu kepadanya, yang mengaplikasikan makna rindu itu dengan amalan shalihnya, bukan dengan kemalasan dan berpangku tangan. Surga juga hanya untuk orang yang bertakwa, bukan untuk manusia-manusia zhalim lagi durhaka, yang selalu menentang dan sombong terhadap ketetapan Tuhannya.
Lalu kita pada kelompok yang mana, sementara kita selalu merasa diri telah menjadi seorang yang bertakwa, tapi benarkah pengakuan itu? Mari kita merenungi firman-firman Allah azza wajalla yang menyebutkan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa, Allah azza wajalla berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (١٥) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (١٦)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan).” (QS. Adz-Dzariyat: 15-16)
Allah menyifati orang-orang yang bertakwa itu dengan sifat ihsan, sedang kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ihsan itu adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatnya, dan jika engkau tidak melihatnya (dan itu pasti adanya) ketahuilah Allah melihatmu.
Ah, kita belum sampai pada derajat ini, bahkan untuk merekomendasikan diri sendiri bahwa kita telah sampai pada derajat imanpun masih belum bisa. Nampaknya kita baru sampai pada derajat islam, sebagaimana firman Allah kepada pengakuan orang-orang Arab Badui:
قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٤)
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah berisalam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 14)
Jika demikian, berarti kita telah kehilangan satu sifat orang-orang yang bertakwa itu, mereka adalah orang-orang yang baik, sedang kita belum mampu mengakui diri sebagai orang yang baik. Duh, adakah ayat yang bisa menyebutkan satu sifat bahwa kita sebagai orang yang bertakwa?
Allah azza wajalla melanjutkan sifat orang yang bertakwa itu, Dia berfirman:
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (١٧) وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (١٨)
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
Sifat ini pun jauh dari kita. Kita lebih banyak tidur di waktu malam, bahkan terlalu banyak kelalaian yang kita lakukan di malam hari. Jangankan untuk istighfar di waktu pagi, shalat subuhpun kita masih suka terlambat. Kita sudah kehilangan tiga sifat orang-orang yang bertakwa.
Wahai hati, tidak gelisahkah engkau, sementara akhir dari dunia ini hanya ada dua pilihan, neraka untuk orang-orang yang zhalim dan surga untuk orang-orang yang bertakwa. Duh Rab, adakah ayat yang bisa menunjukkan kami bertakwa hingga bisa masuk surga?
Allah kembali melanjutkan tentang sifat-sifat orang-orang yang bertakwa itu:
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (١٩)
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat: 19)
Termasukkah kita pada ayat ini, yang selalu mengeluarkan zakat akan harta-harta kita? Sebab Allah menitipkan hak-hak manusia pada harta-harta kita. Dari hasil dagang kita ada zakatnya, dari emas-emas kita ada zakatnya, dari hasil panen kita ada zakatnya, dari hasil bumi kita ada zakatnya, dari biji-bijian perkebunan kita ada zakatnya, dari hasil usaha kita yang telah tertabung dan sampai pada nishab emas serta haulnya ada zakatnya. Sudahkah kita mengeluarkannya? Jika belum kita kembali kehilangan satu sifat dari sifat-sifat orang-orang yang bertakwa.
Allah azza wajalla kembali menyebutkan sifat orang-orang yang bertakwa, Dia berfirman:
وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (٢٠) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ (٢١) وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ (٢٢)
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyat: 20-22)
Sudahkah kita mentadabburi, merenungi dan menghayati hingga dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah azza wajalla dari penciptaan langit dan bumi serta penciptaan diri kita sendiri? Ataukah kita termasuk orang-orang yang lalai akan hal ini sebagaimana firman Allah azza wajalla:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ (١٠٥)
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.” (Yusuf: 105)
Duh Rab, kuingat sabda Nabimu shallallahu ‘alaihi wasallam ketika turun padanya surah Ali Imran ayat 190, “Celakalah bagi orang-orang yang membacanya lalu tidak bertafakkur dengannya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/398)
Jika kita termasuk lalai dari sifat-sifat ini lagi, maka untuk kesekian kalinya kita sudah kehilangan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa. Lalu ayat mana lagi yang dapat mengatakan kita sebagai seorang yang bertakwa?
Mari kita renungi firman Allah azza wajalla dalam surah Ali Imran, Allah kembali menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa, Dia berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 134-135)
Saudaraku, apakah kita adalah orang-orang yang gemar bersedekah disaat kita memiliki harta dan disaat kita merasa sempit yang sedang butuh harta? Ataukah orang-orang yang banyak mengeluh dan mencela nasib serta takdir tatkala kita berada dalam kesempitan? Jika kita adalah orang yang suka mengelauh itu, maka lagi-lagi kita adalah orang yang kehilangan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa itu.
Saudaraku, apakah kita adalah orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan memaafkan orang lain ataukah kita adalah orang-orang yang mudah marah, enggan memaafkan orang lain bahkan suka mengungkit-ungkit kesalahan orang lain yang telah bertaubat darinya dan membicarakannya di hadapan manusia? Jika kita adalah orang yang mudah marah dan enggan memaafkan serta suka mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, maka ketahuilah kita kembali kehilangan sifat orang-orang yang bertakwa.
Saudaraku, apakah kita adalah orang-orang yang bertaubat dari melakukan perbuatan keji dan aniaya ataukah kita adalah orang-orang yang terus-terusan melakukan perbuatan keji itu? Mampukah kita menjaga mata dari melihat yang haram, mampukah menjaga lisan dari berkata buruk, dusta dan ghibah? Mampukah telinga berhenti mendengar aib-aib orang lain yang dibicarakan? Jika masih belum dan masih melanjutkan sifat-sifat itu, maka ketahuilah, kita kembali kehilangan sifat-sifat orang-orang yang betkawa.
Dari semua ini, sudah berapa sifat orang-orang bertakwa yang kita tidak miliki? Lalu adakah ayat yang dapat menjadi modal bagi kita agar Allah bisa mengampuni segala kelalaian dan kezhaliman kita hingga menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa agar dapat masuk ke dalam surga?
Saudaraku, jika kita tidak memiliki semua sifat-sifat orang yang bertakwa tadi, maka hilangkanlah keputus asaan dari dirimu, karena sesungguhnya Allah azza wajalla memiliki rahmat yang sangat luas, Dia berfirman:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 2-3)
Saudaraku, jika engkau kehilangan segala sifat-sifat baik orang-orang yang bertakwa itu, maka ketahuilah engkau masih memiliki satu sifat dari mereka, yaitu keimanan kepada yang ghaib. Baik itu Allah yang Maha ghaib, atau hari kiamat yang merupakan sesuatu yang ghaib ,serta hal-hal ghaib lainnya. Karena itu, jangan sia-siakan keimanan ini yang merupakan modal untukmu masuk ke dalam surga.
Mohon ampunlah, berhentilah dari segala kezhaliman itu, mulailah beristighfar dan memohon ampun, jadikan keimanan itu sebagai wasilah agar Allah mengampunimu, karena itulah sifat-sifat orang yang bertakwa. Allah azza wajalla berfirman:
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (١٥) الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٦)
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (Mereka yang bertakwa itu adalah) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 15-16)
Saudaraku, jangan lupakan kami dalam kebaikan doa-doa kalian, dan jika engkau tidak menemukanku di surga mohon mintalah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam surga bersamamu.
Al-Faqiru Ila Maghfirati Rabbihi
Oleh Ust Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy