Segala puji bagi Allah yang menjadikan sholat sebagai ibadah yang menyejukkan bagi hamba-hamba-Nya yang sholeh. Sholawat serta salam tercurah selalu kepada Nabi kita tercinta yang telah bertitah untuk sholat sesuai tutorial yang beliau ajarkan.
Mungkin ada yang bertanya, “kenapa saya sudah sholat tapi masih saja berbuat dosa? Apakah ada yang salah dengan sholat saya atau saya yang masih salah dalam memaknai sholat yang Allah perintahkan?”
Sholat adalah tiang agama. Sholat adalah doa yang disertai dengan gerakan, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan di tutup dengan salam. Sholat adalah ibadah yang sudah ditentukan waktunya oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا
Artinya: “Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)
Sudah sholat tapi masih maksiat. Apakah sholat yang dikerjakan tidak mempan untuk menghentikan seseorang dari perbuatan keji dan mungkarnya? Padahal Allah swt sudah berfirman bahwa sholat akan menjadi perisai seseorang agar terhenti untuk melakukan kekejian dan kemungkaran.
Firman-Nya,
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ
Artinya: “Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuautan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan satu perkataan Abdullah bin Mas’ud, kata beliau:
” لاَ تَنْفَعُ الصَّلاَةُ إِلاَّ مَنْ أَطَاعَهَا “
“tidak bermanfaat sholat kecuali bagi orang yang mentaatinya” setelah mengatakan ini, beliau pun membaca ayat di atas, “sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan kemungkaran”.
Apa maksudnya, “kecuali bagi yang menaatinya?”
Janji Allah dengan firma-firman-Nya adalah benar. Sholat adalah senjata untuk menyelamatkan hamba agar terhenti dari perbuatan keji dan mungkar. Bagi siapa sholat itu bermanfaat? Bagi siapa sholat itu akan mencegahnya dari perbuatan buruk? Jawabannya adalah bagi orang-orang yang memenuhi rukun-rukun sholat, syarat sah, syarat wajib dan hal-hal yang menyempurnakan ibadah sholat.
Ada yang sholat, justru sholat tersebut tidak menambah kebaikan padanya melainkan dia tambah jauh dari Allah. Bagaimana bisa sholatnya membuatnya semakin tambah jauh?
Al Hasan berkata,
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, shalat tersebut belum mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka tak akan ada yang bertambah dengan sholat tersebut melainkan ia semakin jauh dari Allah .” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan)
Apa maksud dari perkataan di atas? Jangan sampai perkataan di atas menjadikan seseorang berhenti untuk sholat karena ternyata tidak ada yang ia dapatkan melainkan semakin bertambah jauh ia dengan Allah. Tidak demikian saudaraku. Sholat tetaplah sholat dan sholat tetap akan menjadi penyetop seseorang dari perbuatan keji dan kemungkaran.
Jika ada yang sudah rajin dan semangat dalam melaksanakn ibadah yang mulia ini, namun ternyata di sisi lain ia masih juga melakukan keburukan. Bukan sholatnya yang di kambing hitamkan atau di salahkan kemudia dia tinggalkan. Tidak. Maksud dari perkataan di atas adalah jiak ia tidak segera memperbaiki sholatnya, maka ia akan semakin jauh tertinggal dengan sholat tersebut. Dia sudah rajin melakukannya, disisi lain ternyata ia bertambah jauh karena semakin ia sholat dengan hari-hari yang berputar silih berganti tanpa memperhatikan dan memperbaiki sholatnya, maka sejauh itu juga ia telah terlalu jauh karena tidak memperhatikan hal-hal yang membuat sholatnya sempurna.
Dahulu, ada seseorang yang datang kepada Nabi kemduian meminta perihal pendapat terhadap seseorang yang sholat di malam harinya namun siang hari dia mencuri.
Dari sahabat Abu Hurairah berikut ini, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,
:جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ
“إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ”
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Dari riwiayat di atas kita sudah bisa menarik kesimpulan, bahwa sholat akan menghentikan seseorang dari perbuatan buruknya. Sampai kapan ia sholat dengan perbuatan dosa yang berjalan seiringan? Sampai ia terhenti dari perbuatan tersebut dengan sholat yang ia laksanakan.
Lalu, sholat yang seperti apa yang membuat Sang Hamba bisa terhenti dari perbuatan keji dan mungkar?
Jawaban dari pertanyaan ini sudah sedikit di singgung di atas, yaitu ketika sholatnya memenuhi syarat-syarat yang sesuai yang di gariskan dalam syariat ini. Seperti kata Nabi, “sholatlah kalian seperti kalian melihat aku sholat.” Nah, hal ini yang harus kita pelajari, bagaimana sifat sholat Nabi yang membuat beliau merasa betah dengan sholat yang beliau kerjakan. Hingga beliau pernah berkata kepada Bilal, “wahai Bilal, israhatkkan kami dengan sholat.”
Agar sholat tersebut membekas dalam kehidupan sehari-hari kita, minimal hal ini yang harus kita perhatikan:
- Memenuhi rukun-rukun, syarat sah dan syarat wajib dan hal-hal yang sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah sholat.
- Menghadirkan hati dan jiwa pada saat sholat dan bukan hanya raga atau badan saja.
- Tidak menolehkan mata kepada hal-hal yang sia-sia atau memperbanyak gerakan-grakan yang bisa menghilangkan ke khsuyuan terlebih lagi yang bisa membatalkan sholat.
- Memahami makna gerakan dan bacaan yang ada dalam sholat
- Memgetahui maksud ibadah sholat dan dengannya kita ber’azam untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sudah sholat, tapi masih maksiat! Bukan sholatnya yang di kambing hitamkan, tapi kita sendiri yang memperbaiki diri dalam memahami makna sholat yang kita kerjakan. Semoga Allah menjadikan sholat sebagai penyejuk hati-hati kita. Aamiin…
Wallaahu ta’ala a’lam bish showwab…
__
Penulis: Absa’id
Editor: Syaibani Mujiono
Masyaa Allah