Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Manusia adalah makhluk sosial dimana manusia lain memiliki pengaruh atau andil terhadap hidupnya. Sehingga wajar apabila seorang manusia membuat hubungan komunikasi atau tindakan terhadap manusia lain agar tujuan tujuan yang sedang diusahakan dapat tercapai. Ketika proses sosialisasi tersebut sedang berlangsung, manusia akan menghadapi berbagai macam konflik atau penghambat sehingga proses sosialisasi tersebut menjadi cacat.
Islam yang merupakan pedoman hidup manusia hingga akhir zaman ini bahkan sangat memperhatikan hal hal yang terkait dengan hubungan sosial antar manusia, baik itu perilaku dan kebiasaan dalam tindakan dan komunikasi. Salah satunya adalah adab ketika sedang bertiga. Hal ini dapat kita lihat dari apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu’alahiwasallam,
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ – رضي الله عنه -قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً, فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ, حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ.
Dari Ibnu Mas’ūd beliau berkata: Rasūlullāh bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbicara/berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” (HR. Imām Bukhāri dan Imām Muslim dan lafazhnya adalah terdapat dalam Shahīh Muslim).
Keadaan atau pola bertiga tersebut merupakan bentuk hubungan sosial dimana akan terjadi interaksi komunikasi, tindakan, konflik, jual beli, dan lain sebagainya. Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam adalah orang yang sangat peka masalah sosial, sehingga beliau tahu persis kemungkinan konflik yang akan terjadi dalam pola ini. Dalam hadis ini masalah yang dapat terjadi adalah dari pola interaksi. Interaksi yang dilakukan antara dua orang saja dengan mengabaikan satu orang lainnya ini sangat dapat membuka pintu konflik yang berasal dari proses hasutan syeithan laknatullah.
Bagaimana tidak, ketika dua orang sedang berbicara dengan mengabaikan kehadiran satu orang lainnya dapat membuat hati orang yang satu tersebut menjadi sedih. Hadis ini juga menunjukkan suatu etika sopan santun dalam posisi sedang bertiga dimana seorang muslim harus membangun sikap menghormati dan menjaga harga diri muslim lainnya.
Situasi yang digambarkan oleh hadist, di mana ada tiga orang berkumpul, sementara dua orang saling berbisik tanpa diketahui oleh orang ketiga apa yang dibicarakan, maka akan dapat menimbulkan berbagai macam perasaan buruk bagi orang ketiga. Mungkin saja akan timbul perasaan sedih dalam dirinya, kenapa dia tidak diajak bicara, kenapa pembicaraan dirahasiakan dari dirinya, dan berbagai dugaan-dugaan lainnya. Hal semacam ini betul-betul diperhatikan dalam Islam dimana kita diajarkan agar menjaga perasaan saudara sesama muslim dan tidak menyakiti serta membuatnya bersedih.
Ada berbagai macam alasan, selain menimbulkan perasaan sedih, berbisik-bisik seperti itu juga dapat menghadirkan berbagai prasangka atau sū-uzhan (persangkaan-persangkaan yang buruk). Bisa jadi orang ketiga itu berpikir bahwa dua saudaranya sedang menggosip tentang dirinya, mengghībahi , atau bahkan sedang menjelek-jelekkannya. Yang hal ini sejatinya adalah persangkaan-persangkaan yang timbul atas hasutan setan laknatullah kepada orang ketiga itu.
Apabila dalam kondisi berkumpul beberapa lebih orang, maka tidak mengapa dua orang berbicara sendiri, sedang yang lain bisa berbicara pula dengan yang lainnya. Sehingga, tidak ada orang yang merasa ditinggalkan, diabaikan atau tidak diajak berbicara oleh saudaranya.
Akan tetapi apabila berkumpul beberapa orang, namun mereka tetap mengobrol dengan meninggalkan salah satunya, maka keadaan ini masih dianggap melanggar sebagaimana yang dimaksud dalam hadits tersebut. Karena menurut para ulama, meskipun pada lafal hadits disebutkan “Jika kalian bertiga kemudian dua orang ngobrol dan satunya tidak diajak”, namun maknanya mencakup jumlah yang lebih dari itu. Dimisalkan, ada empat orang dimana yang tiga orang di antaranya saling mengobrol, sedangkan salah seorang di antara mereka tidak diajak, atau mereka saling berbisik bertiga saja, maka hal ini juga termasuk dalam hadits ini. Perilaku ini termasuk dalam larangan karena bisa menimbulkan kesedihan bagi orang yang keempat. Demikian pula apabila ada lima orang, kemudian empat orang di antaranya memiliki forum sendiri dengan meninggalkan orang kelima, maka hal ini mutlak dilarang karena dapat membuat sedih orang yang kelima dan seterusnya.
Begitulah mulianya agama islam bahkan hingga masalah perasaan dalam interaksi sosial pun diperhatikan hal ini tak lain merupakan bentuk proteksi pencegahan terjadinya konflik dalam hubungan sosial.[]
Ahmad Daud