Solusi Masalah Pasutri di Masa Pandemi

Date:

Masa pandemi  Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 lalu menimbulkan dampak dalam berbagai aspek dan level kehidupan. Dalam level kelompok masyarakat terkecil, Pandemi Covid-19 melahirkan masalah baru dalam kehidupan rumah tangga. Tidak sedikit pasangan suami istri yang menghadapi masalah baru dalam kehidupan rumah tangga.

Masa pandemi yang mengharuskan  aktifitas BDR (Belajar dan Bekerja dari Rumah) menyebabkan  tugas dan tanggung jawab istri  di rumah bertambah. Diantaranya pekerjaan istri menjadi lebih banyak.  Mulai dari tugas rutin seperti menyiapkan makanan, menyiapkan berbagai kebutuhan keluarga, memasak lebih banyak dari biasanya, rumah lebih sering berantakan karena semuanya kebanyakan di rumah.

Karena  pekerjaan bertambah, maka bisa saja menjadi beban berat dan menyebabkan depresi apalagi jika anggota keluarga yang lain tidak membantu. Selain itu tugas istri juga bertambah  berat karena  pengeluaran cenderung bertambah, seperti kebutuhan makan bertambah banyak, kebutuhan protokol kesehatan dan lain – lain sedangkan pemasukan berkurang.

Ketika situasi mulai berat, suami tidak cepat tanggap, istri kurang sabar,  apalagi sampai ngomel maka bisa mengakibatkan pertengkaran dan berujung pada perceraian. Apalagi jika suami tidak sabar dan tidak cakap mengatasi masalah tersebut.

Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan yang menjadi sebab hubungan pasutri pada masa pandemi tidak harmonis. Diantaranya, pada asalnya sebelum pandemi hubungan pasutri memang tidak kokoh, karena beberapa faktor, seperti;   (a) Perbedaan chemistry yang tidak diatasi, (b) kurangnya komunikasi, dan (c) kurangnya empati suami pada istri.

Lalu, apa solusi dan jalan keluar  agar harmoni dan kemesraan suami istri tetap terjaga di masa pandemi?  Berikut penjelasannya:

Bagaimana Menjaga Kemesraan dengan Pasangan di Masa Pandemi

  1. Membuat Pola Kebersamaan dan Interaksi Antara Suami dan Istri

Kebersamaan dan interaksi tanpa pola yang jelas kadang membuat hubungan pasutri terasa hambar. Seolah hanya formalitas saha. Jangan sampai kondisi kebersamaan kita seperti perkataan orang Arab:

ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﻤﺴﺎﺱ ﺗزيل ﺍلإﺣﺴﺎﺱ

Seringnya bergesekan bisa menghilangkan sensitifitas/kepekaan”

Karena banyak  berinteraksi dengan pasangan hingga perasaannya menjadi kurang peka. Padahal idealnya, semakin sering bersama semakin menjadi dekat dan mesra.

  1. Pembagian Waktu

Setiap pasangan suami istri hendakanya mengatur waktu kebersamaan bersama pasangam dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan fungsinya waktu kebersamaan pasutri dapat dibagi empat; me time (terutama untuk istri), couple time, family time and social time.

Me time adalah saat menikmati waktu sendiri,  terutama untuk istri.

Sedangkan Couple time adalah  waktu berdua dengan pasangan. Couple time bisa dilakukan di masa pandemi misal dengan jogging berdua, minum teh hangat di malam hari sambil ngobrol hal – hal yang menyenangkan.

Sementara Family time merupakan waktu bersama seluruh anggota keluarga

Adapun Social time adalah waktu bagi pasutri dan anggota keluarga lainnya bergaul dalam lingkungan sosial masyarakat, baik dengan kerabat maupun lingkungan sekitar (tetangga).

  1. Pembagian tanggung jawab di rumah diantara pasutri dan anak – anak
  2. Selalu komunikasi dan musyawarah

Kata kunci ada pada komunikasi…komunikasi….dan komunikasi… disertai  dengan musyawarah agar tidak sekedar komunikasi.

  1. Memahami Peran Suami Istri untuk Saling Melengkapi
  2. Peran Suami Pemimpin

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيّٗا كَبِيرٗا

 

“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’alaagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (An Nisa: 34)

وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه)

Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya.Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin dalam artian pengayom bukan pemimpin diktator yang  hanya mau di layani saja. Pemimpin pengayom adalah:

  • Memberikan nafkah lahir yang proporsional dan tidak pelit. Suami adalah pemimpin sebagai panglima maka istri adalah wakil sebagai pengatur. Proporsional disini diartikan juga bahwa ia berusaha maksimal mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
  • Memberikan nafkah batin dan memahami perasaan. Karena :

– Wanita diciptakan dominan perasaan (membutuhkan suami romantis)

– perasaan itu adalah karunia (bila tiada maka dunia akan kelabu).

– rasa diperhatikan, akal dan budinya lebih kuat.

Ketika wanita diperhatikan perasaannya maka mereka akan memberikan sesuatu yang terbaik.

  • komunikatif

– Kuantitas dan kualitas “Bukan karena hal penting kita berbicara tapi berbicara itu adalah hal penting”.

– Berbagi cerita dan pengalaman

Seorang istri  selalu ingin dihargai (diapresiasi) begitupun dengan anak – anak. Sedangkan  suami selalu ingin dihormati. Sering – seringlah lah bercerita kepada anak – anak tentang aktifitas kita agar ketika dibutuhkan , mereka bisa memberikan dukungan untuk aktifitas kita.

  • Aspiratif

– Mendengar aktif (mendengar keluhan atau masalah)

– Empati ( bagaimana kita terbawa dengan apa yang mereka rasakan)

– Fokus dan memberi solusi ( empati penting tapi jangan berhenti sampai di situ akan tetapi fokus pada masalah dan cari solusi)

  • Mu’asyarah bil ma’ruf

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (An Nisa : 19)

Pergauli mereka dengan sesuatu yang pantas dan cocok untuk mereka. Minimal ditekankan pada 3 hal:

1). Tidak kasar

Baik secara verbal maupun fisik. Kadang kasar pada perkataan lebih menyakitkan. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

خيركم خيركم لاَهله و اَنا خيركم لاَهلي

“Sebaik – baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku”

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهُ، وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR.Bukhari)

Dari Aisyah, Nabi bersabda:

إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek” (HR. Muslim)

2). Tidak Abai

Artinya jangan semua boleh tapi jangan juga semua tidak boleh. Jangan sampai kita abai karena bisa fatal. Tidak mengapa sekali – kali kita menegur dengan lembut. Mungkin di awal akan terasa sulit  tapi insya Allah akan baik hasilnya kedepan.

3). Suka Membantu

Sebagaimana yang dilakukan oleh nabi dan para sahabat yang senantiasa membantu pekerjaan istrinya. Nabi menjahit pakaiannya sendiri begitupula dengan sahabat Ali bin Abi Thalib yang selalu membantu pekerjaan istrinya fathimah.

Ketika berbicara madzhab fiqh sebagian mengatakan bahwa pekerjaan rumah tangga itu bukan kewajiban istri.

peran istri

▪Pendamping yang loyal, pro aktif dan trampil dengan tanggung jawabnya sehingga:

– sadar dengan kodrat, status dan fungsinya.

Bahwa istri adalah pendamping suami seperti posisi direktur dengan stafnya, panglima dengan prajuritnya.

– Tidak semata menunggu tapi punya inisiatif…

Misal dalam hal nafkah yang merupakan tugas suami, tidak mengapa si istri menyampaikan kondisi keuangan dan kebutuhan kemudian memberikan solusi tanpa menggurui. Atau jika suami tidak romantis maka jangan menunggu tapi istri boleh berinisiatif untuk memancing keromantisan suami.

– selalu mengingatkan dengan baik walaupun dianggap cerewet atau  diacuhkan

– punya keterampilan dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan

Suami istri adalah teman seiring sejalan menuju  pulau harapan.

Yang penting dalam hal ini bahwa:

1). Perempuan  adalah saudara kandung laki – laki

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai kaum wanita,

الرجال شقائق النساء

“Wanita adalah bagian dari pria.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).

Maksudnya ada kesetaraan atau hubungan yang sangat dekat dan memiliki banyak kesamaan.

2). Dalam ungkapan arab; syarikul hayah-syarikatul hayah (partner hidup)

3). Hubungan yang cair seperti air yang mengalir. Bisa dilakukan dengan cara:

– Tidak kaku dalam interaksi

– Mengelola perselisihan dengan baik

3 kunci Penting :

  1. Cinta segitiga

Masing – masing (suami istri) harus membangun cinta yang baik dengan Allah

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi màha bijaksana (Al ‘Anfal: 63)

  1. Tekad untuk selalu bersama

Ada masalah atau perselisihan, semua bisa diatasi jika di dalam hati masing – masing ada tekad untuk bersatu karena kadang sebagian dari suami istri terlalu terbawa emosi hingga berpikir untuk pisah dan mencari yg lain.

  1. Mulai dari diri sendiri dengan cara:

– kenali diri

Siapa yang mengenal, menghormati dan mencintai dirinya maka dia akan mudah mengenal, menghormati dan mencintai orang lain.

– Mau berubah ( berubah itu merubah)

– Tidak menyalahkan yang lain

Jangan ada mental korban (merasa menjadi korban)

– mulailah berbuat baik niscaya akan kembali

Berbuat baiklah kepada pasangan meskipun merasa kesal. Mulailah kebaikan itu dari diri kita sendiri. Kita tidak pernah kehilangan degan kebaikan yang kita lakukan. Hal jaza’ul ihsani illal ihsan.    (ed:sym)                                                                                                                                                                            

Sumber: Transkrip Ceramah KH. Dr. Muhammad Zaitun Rasmin yang disampaikan pada Ta’lim Sakinah Spesial, “Lebih Mesra di Masa Pandemi:, Ahad 26 Juli 2020. Transkrip oleh: Ummu Afif Rusni Haris.

Syamsuddin Al-Munawiy
Syamsuddin Al-Munawiy
Beliau merupakan pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah (Tingkat SMA) Kab. Bogor dan Merupakan Asisten Ketua Umum Wahdah Islamiyah serta saat ini melanjutkan pendidikan Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Pelajari Pengelolaan Sampah Dengan Lalat, Wahdah Islamiyah Studi Banding Ke Agro Farm Econesia Cyclevalue

PANGKEP, wahdah.or.id - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah...

Wahdah Islamiyah Kalimantan Tengah Gelar Mukerwil dan Mukerda, Teguhkan Soliditas untuk Dakwah dan Umat

PALANGKA RAYA, wahdah.or.id - Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Wahdah...

Menghadapi Tantangan Dakwah, Wahdah Sulbar Adakan Lokakarya Tuk Tingkatkan Kapasitas dan Komitmen Kader

MAMUJU, wahdah.or.id – Dalam upaya memperkokoh dakwah yang berbasis...

Programkan Gerakan 5T, Mukerwil VII DPW Wahdah Banten Siap Wujudkan Banten yang Maju dan Berkah

BANTEN, wahdah.or.id – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Wahdah Islamiyah...