Statemen Tifatul dinilai telah menyakitkan umat Islam. Wahdah pun mendesak Tifatul untuk meminta maaf sekaligus mengklarifikasi pernyataannya tersebut. Wahdah memberi deadline secepatnya.
Wakil Ketua Umum DPP WI M Ikhwan Abdul Jalil, saat jumpa pers di kantornya, 2 Juni 2009, mengatakan isu jilbab sangat serius dari segi aqidah. Jilbab, katanya, bukan sekadar simbol semata, tapi pengejawantahan dari ajaran dan perintah Allah.
Pada Majalah Tempo edisi 1-7 Juni, Presiden PKS Tifatul Sembiring mengomentari polemik jilbab antara para istri capres. Istri SBY dan istri Boediono sempat dipersoalkan dan dijadikan komoditas kampanye karena tak berjilbab.
Nah, menanggapi masalah itu, Tifatul Sembiring membela istri SBY-Boediono. Dia mengatakan, "Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik? Soal selembar kain saja kok dirisaukan."
Kalimat terakhir itulah yang diprotes Wahdah. Ikhwan mengatakan jilbab tidak bisa dipermainkan. Seharusnya, katanya, PKS sebagai partai dakwah tidak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
"Makanya, kami meminta dan menuntut saudara Tifatul Sembiring untuk melakukan klarifikasi terhadap pernyataan ini. Jika tidak, maka Wahdah dan komponen umat Islam lain tidak percaya lagi terhadap PKS," tegas Ikhwan.
Menanggapi tuntutan itu, Ketua DPW PKS Sulsel, Najamuddin Marahamid, mengaku tidak percaya Tifatul mengeluarkan statemen seperti itu. Najamuddin mengaku sangat kenal dengan pribadi Tifatul. Najamuddin mengatakan harus ditelusuri dulu apakah benar Tifatul mengeluarkan statemen seperti itu. Najamuddin sangat yakin Tifatul tidak menafikan jilbab yang notabene diwajibkan bagi muslimah. (sap) |