Aku dan Wahdah Islamiyah

(SKENARIO LANGIT)

Cuplikan naskah peserta lomba menulis Wahdah Islamiyah 2016

Oleh Uwais

Hari itu merupakan hari dimana untuk pertama kalinya Uwais menginjakkan kakinya di kampus UNM parantambung untuk mengikuti PMB Fakultas yang sekaligus menjadi hari yang mempertemukan dirinya dengan salah seorang pemuda yang bernama Yusuf. Sebenarnya waktu pertama kali Uwais berjumpa dengan Yusuf, Uwais menganggap bahwa pemuda yang dijumpainya ini hanyalah pemuda yang biasa-biasa saja, Ia menganggap bahwa tidak ada yang spesial dengan teman barunya ini. Kecuali, wajah teduh serta senyuman khas yang dimilikinya. Bahkan saat itu sebenarnya Uwais agak risih dengan penampilan Yusuf yang saat itu memakai celana cingkran, dan janggut yang menghiasi dagunya. Maklum, hal itu dikarenakan Uwais merupakan sesosok pemuda yang tumbuh ditengah-tengah keluarga yang agak alergi dan benci dengan orang-orang yang berjanggut dan memakai celana cingkran “ Katanya mirip teroris, benci dengan adat istiadat nenek moyang, mudah mengkafirkan orang lain, dan maunya menang sendiri ” itulah dotrin yang selama ini ditanamkan oleh sebagaian besar keluarga Uwais kepada dirinya, sehingga wajarlah ketika dirinya juga menjadi agak risih dan alergi dengan penampilan yang seperti itu.

Keesokan harinya, Uwais kembali bertemu dengan pemuda yang bernama Yusuf tersebut, dan tak disangka-sangka ternyata pemuda itu adalah teman satu kelasnya. Namun meskipun mereka berdua satu kelas pada awalnya Uwais dan Yusuf tidaklah begitu akrab, hal itu karena Uwais menganggap bahwa temannya yang satu ini terlalu ekstrim di dalam beragama dan cenderung sok suci. Mulai dari sikapnya yang begitu pendiam, cuek, dan selalu menjauh serta tidak mau disentuh oleh perempuan ataupun tingkah laku lainnya yang saat itu menurut Uwais aneh dan terlalu berlebihan. Hal inilah yang pada akhirnya membuat mereka berdua tidak pernah sepaham dan seakan-akan ada dinding tinggi yang memisahkan pemikiran dan keyakinan kedua pemuda tersebut. Menurut Uwais tidaklah mengapa apabila seorang laki-laki berkhalwat, berikhtilat ataupun bersentuhan dengan wanita yang penting tidak ada nafsu, apalagi bukankah kalau kita satu kelas ibaratnya kita adalah saudara tapi beda orang tua, itulah yang ada dipikiran Uwais saat itu. Maklum, pemahaman inilah yang diajarakan dan di perkenalkan oleh guru-guru Uwais, mulai ketika dirinya masih duduk dibangku sekolah dasar sampai SMA dan akhirnya pemahaman itulah yang diyakini dan dipegang teguh oleh Uwais sampai pada saat pertemuannya dengan Yusuf.

……..

Sebenarnya Uwais adalah sosok pemuda yang bisa dikatakan cukup dekat dengan aktifitas dan event-event keagamaan, karena dulu dia merupakan salah satu mantan ketua lembaga dakwah diSMAnya. Namun sayang sekali dirinya dirusak oleh lingkungan sekitar ditambah dengan paham-paham liberal yang merusak pemikiran dan pemahamannya. Sehingga, baginya dalil itu ada untuk sekedar dipakai berdebat dan memenangkan perdebatan, atau sekedar menunjukkan kehebatan. Bahkan terkadang dirinya salah didalam menafsirkan dalil, serta kesalahan-kesalahan lainnya. Karena menurutnya dalil itu harus sesuai dengan logika dan akal sehat. Hal inilah yang membuatnya terjatuh kedalam lembah kemaksiatan dan kebodohan. Ia dan teman-teman satu gengnya bahkan diberi gelar oleh teman-teman sekolahnya dengan gelar “ Ustadz cabul ” hal itu mungkin karena kebiasaan Uwais yang sering berdua-duaan, bercampur baur, bahkan duduk satu kursi dengan teman-teman perempuannya. Meskipun Alhamdulillah dengan pertolongan dan perlindungan dari Allah swt dirinya tidak pernah terjatuh kedalam fitnah pacaran, karena kebetulan ia mempunyai janji dengan ibunya bahwa dia tidak akan pacaran sebelum tamat SMA, setidaknya hal inilah yang melindunginya untuk tidak terjatuh kedalam perzinahan. Meskipun, memang harus diakui bahwa dirinya sudah terjerumus kedalam zina-zina kecil, seperti halnya ketika dia duduk satu kursi dengan teman perempuannya atau hal-hal yang semisal dengan hal itu. Selain itu kondisi Uwais yang dekat dengan dunia kemaksiatan dan dosa makin diperparah dengan lingkungan pergaulan Uwais. Yang mana sebagian temannya adalah peminum, suka berkata kotor dan kasar, play boy, serta suka nongkrong-nongkrong dan keluyuran tidak jelas. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Uwais menjadi dekat dengan dunia maksiat, serta perbuatan-perbuatan yang membuang-buang waktu lainnya. Bahkan dirinya terkadang duduk di tengah-tengah teman-temannya yang sementara meminum khamr.

Uwais memang tidak pernah ikut meminum khamr, maupun merokok apalagi main perempuan hanya saja semua itulah yang justru membuat hati Uwais menjadi semakin keras serta semakin jauh dari Allah swt. Sehingga dirinya menjadi sulit menerima kebenaran islam secara lebih kaffah, meskipun saat itu dia adalah ketua IRMUS (Ikatan Remaja Mushallah) diSMAnya.

………

Singkat cerita, setelah beberapa bulan berlalu semenjak pertemuannya dengan Yusuf, nampaknya hidayah dari Allah swt mulai masuk kedalam hati Uwais. Iapun pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai akrab dengan yusuf, hal itu mungkin dikarenakan sikap lemah lembut yang selalu ditunjukkan oleh yusuf kepada dirinya baik itu ketika Uwais sementara bercakap-cakap santai dengan Yusuf maupun ketika Uwais dan Yusuf sementara berdiskusi Agama. Itulah yang mugkin kemudian perlahan tapi pasti membuat Yusuf berhasil mengambil hati Uwais, orang yang dahulunya Uwais sangat benci sekarang justru menjadi orang yang sangat dekat dengannya bahkan telah menjadi sahabat, patner, rival, saudara sekaligus guru bagi dirinya, yang lebih hebatnya lagi Uwais yang dulunya benci dengan celana cingkran pada saat itu celananya juga sudah mulai tampak ia lipat sehingga iapun Alhamdulillah sudah tidak Isbal lagi meskipun ia masih memakai celana jeans, janggutnya pun sudah mulai dia rawat dan panjangkan serta mulai tumbuh beberapa helai, bahkan sekarang Uwais juga sudah mulai aktif mengikuti tarbiyah meskipun pada awalnya Uwais hanya ikut-ikutan dan nampak terpaksa. Karena sebenarnya, pada awalnya ia ikut tarbiyah hanya untuk menghargai dan menjaga perasaan sahabatnya Yusuf, karena dirinya selalu diajak oleh Yusuf untuk ikut tarbiyah bersamanya. Dan akhirnya karena terus di desak iapun menuruti permintaan sahabatnya itu. Namun setelah beberapa kali Uwais mengikuti Tarbiyah sedikit demi sedikit iapun mulai merasakan nikmat dan indahnya menuntut ilmu agama dan akhirnya dirinya menjadi kecanduan dan merasa nyaman dengan itu semua. Bahkan ketika misalnya ia stres memikirkan tugas-tugas dan urusan-urusan kuliahnya, maka ia akan mencari majelis-majelis ilmu. Katanya, agar ia bisa melupakan masalahnya dan agar hati dan pikirannya menjadi tenang. Sebagaimana Nabi saw pernah bersabda:

“ Dan tidaklah suatu kaum berkumpul dirumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali para malaikat akan menaungi, ketenangan akan turun, rahmat akan menyertainya, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada disisi-Nya.” [HR. Ibnu Majah no 221]

Ya! itulah gambaran diri Uwais yang sekarang. Sesosok pemuda yang dahulunya banyak menghabiskan waktunya dengan perbuatan yang sia-sia, berkhalwat dan berikhtilat dengan perempuan yang tidak halal baginya, serta berbagai kebodohan dan kemaksiatan yang pada hakikatnya merugikan dirinya sendiri, kini telah menjelma menjadi sesosok pemuda yang sedikit demi sedikit mulai terus belajar untuk memperbaiki dan menyempurnakan dirinya serta membayar hutang-hutang dari setiap waktu yang disia-siakannya dimasa lalu. Yakni, dengan cara terus menerus menyibukkan dirinya untuk mengais sedikit demi sedikit ilmu agama dari majelis ilmu yang satu kemajelis ilmu yang lainnya. Selain itu ia juga mulai membiasakan dirinya untuk menjaga shalat dhuha, shalat lail, dan puasa sunnahnya meskipun memang masih sering bolong-bolong namun setidaknya sekarang ia sudah mampu melaksanakan sunnah-sunnah tersebut meskipun cuma sekali dua kali, bahkan  ia juga sudah mulai istiqomah shalat berjamaah di mesjid padahal dulu ketika SMA jangankan shalat berjamaah dimesjid bahkan untuk shalat sendiri dirumah saja terkadang begitu berat baginya. Dan setelah kurang lebih satu setengah tahun menjadi salah satu kader dan keluarga besar Wahdah Islamiyah, sekarang Uwais bahkan sudah berusaha untuk tidak banyak melakukan perbuatan yang sia-sia, ia juga sudah mulai berusaha untuk tidak banyak berbicara kecuali jika itu bermanfaat karena ia takut lisannya dapat menjatuhkannya tanpa ia sadari, ia juga sudah menjaga dirinya agar tidak terjatuh kedalam ikhtilat kecuali jika memang dalam keadaan terpaksa, misalnya ketika ada tugas kelompok dari dosennya yang mengharuskannya untuk bercampur baur dengan perempuan-perempuan di kelasnya. Bahkan sekarang Uwais sudah tidak mau lagi untuk berkhalwat apalagi disentuh oleh perempuan. Uwais sekarang juga telah menjadi salah satu anggota dari lembaga dakwah yang ada di Fakultasnya yakni SCMM (Study Club Maipa Muslim). Di SCMM Uwais merangkap sebagai anggota dari departemen Dakwah, sedangkan sahabatnya yusuf berada di dipartemen Humas. meskipun memang terkadang ia memang masih sering tidak sengaja kembali terjatuh kedalam kejahiliyaan yang dahulunya sering dilakukannya tersebut, namun bedanya kalau dahulu dia tidak memiliki sahabat dan saudara yang akan mengingatkannya takkalah ia lupa dan lalai sekarang dia telah mempunyai banyak saudara dan teman-teman shalih yang akan kembali merangkul serta mengingatkannya takkalah ia lupa ataupun mulai kembali jauh dari Allah swt. Maka sungguh Maha benar Allah takkala Dia berfirman: “ Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui ” (Q.S Al-Baqarah:216) Ya! gaya berpakaian yang dahulunya aneh dimata Uwais kini justru menjadi sesuatu yang sangat ia cintai dan jaga, Ormas yang dahulu dianggap oleh Uwais sebagai salah satu sarang dan tempat berkumpulnya para teroris kini justru menjadi salah satu wasilah bagi dirinya untuk menuntut ilmu agama, Tarbiyah yang dahulu cuma ia anggap sebagai pekerjaan yang membuang-buang waktu kini justru menjadi pelipur lara serta penenang hati takkalah dirinya sedang bersedih ataupun galau, orang-orang yang dahulu dibenci oleh Uwais kini justru menjadi orang-orang yang selalu mengingatkan dan menguatkkannya takkalah dirinya lupa dan lemah, dan teman kelas yang dahulu sempat ia benci dan anggap sok suci sekarang justru menjadi panutan dan tauladan bagi dirinya, Ya, sekarang yusuf telah menjadi sahabat, patner, rival, saudara, guru serta teman seperjuangannya dijalan dakwah yang telah mereka berdua pilih untuk dijalani dan dilalui bersama dalam sebuah ikatan persaudaraan yang telah diskenariokan jauh-jauh hari oleh sang pemilik langit dan bumi yang tentunya Insya Allah akan abadi sampai kenegeri akhirat yakni sebuah ikatan yang disebut dengan Ukhuwah Islamiyah.

Artikulli paraprakKontroversi Vaksin Imunisasi Polio
Artikulli tjetërBeberapa Kewajiban Berkenaan Dengan Harta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini