Sidney: Saya Tidak Pernah Menyebut Wahdah Islamiyah Teroris
SEBELUM insiden "pengusiran" terhadap Direktur Internasional Crisis Group Asia Sidney Jones oleh aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Wahdah Islamiyah (WI), diskusi di di Auditorium Prof Ahmad Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Tamalanrea, Makassar, Senin (28/6), diskusi berjalan normal.
Narasumber membahas konflik yang dilatarbelakangi dari perbedaan ciri individu dalam suatu masyarakat
Sidney juga dengan lugas mengurai pandangannya terhadap aneka konflik di Asia Tenggara. Menurutnya, untuk berinteraksi sehigga timbul perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
"Dalam penyelesaian konflik Indonesia lebih berhasil dari negara lain di Asia Tenggara masih bersifat konflik pertikal, antara masyarakat dan Pemerintah dikatakan hal ini," jelas Sidney.
Sidney, mengatakan, terorisme bukanlah sejenis konflik akan tetapi sebuah alat atau cara yang dipakai untuk mencapai semacam tujuan, sehingga jika di lihat antara penyelesaian konflik di Aceh dan Mindanao philipina penyelesaian Aceh masih lebih baik, sebab pemerintah
Indonesia masih mengetahui apa permasalahan utama dari konflik tersebut, sehingga kedekatan, konflik Aceh berdasarkan wilayah yang dimana GAM menginginkan kemerdekaan dengan mendirikan negara Islam.
"Konflik pertikal yang ada di Indonesia masih lebih baik dalam penyelesaiannya di bandingkan dengan negara lain," ujar Sidney.
Menurutnya, Indonesia hanya satu kali melakukan perdamaian dengan GAM dibanding Mindanao, Filipina, yang telah mencapai 76 kesepakatan damai dilakukan akan konflik sampai hari ini masih tetap ada. "Aceh dapat di jadikan contoh bagi negara lain dalam menyelesaikan konflik," katanya.
Dia menilai, kesuksesan pemerintah Indonesia menyelesaikan konflik dengan meyakinkan beberapa golongan yang tidak setuju seperti TNI dan DPR, dan kehancuran Mindanao yang terdapat banyak golongan sehingga pemerintah Filipina tak mampu meyakinkan kelompok yang bertikai.
Sidney juga mengatakan keterlibatan pihak kepolisian dalam konfilk communal yang terjadi di Indonesia yang berbau sara, suku hingga ketegangan antar agama cukup sangat membantu. Akan tetapi ada oknum polisi dapat menjadi pemicu kekerasan yang mengadosi unsur sara tersebut.
"Konflik Aceh mempunyai kesempatan lebih baik dari pada daerah lain dalam penyelesaiannya," ungkapnya.
Sementara itu, dosen sosilogi Unhas yang juga mnjabat sebagai Pemabntu Rektor IV Bidang Pengembangan dan Kerja Sama Unhas Dr Dwia Aries Tina mengatakan sembuhkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyembuhkan orang lain, bagaimana menyelesaikan konflik dalam negeri sendiri lalu bagaimana menyelesaikan konflik yang ada di luar.
Konflik horizontal sesama masyarakat lebih mudah di selesaikan dari pada konflik vertikal antara masyarakat dan pemerintah.
Menurutnya konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
"Sulsel sendiri lebih banyak konflik area atau suku, sehingga untuk hal masih mudah diselesaikan dari pada konflik yang sifatnya pertikal mempunyai tujuan besar yang tertentu," jelasnya.
Dalam seminar digelar Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unhas tersebut, Sidney memaparkan makalahnya berjudul Lesson Learned From Conflict in South East Asia.
Sedangkan Dwia membawakan materi Exploring Conflict Communal In Luwu dan ATM Is There Any Terorist Engagement?.
Menjawab pertanyaan peserta, Sidney menegaskan dirinya dirinya tidak pernah mengecam Wahdah Islamiyah sebagai organisasi teroris," Jadi kalau Bapak dan teman-teman dari Wahdah Islamiyah mendapat kesan seolah-olah kami mengecam sebagai organisasi teroris, saya kira itu mungkin salah paham,"Jelasnya.(suryana anas/as kambie) Sumber: Tribun-timur, Scan Berita
Klarifikasi istilah "pengusiran"
Pihak Wahdah Islamiyah dalam hal ini Ustad Rahmat Abdurahman saat sesi tanggapan pada Seminar tersebut tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang bisa diartikan "pengusiran". Yang ada, salah seorang aktivis HTI yang mengatakan bahwa sebaiknya Sidney pulang ke negaranya sendiri (Amerika). Sidney tidak sepantasnya membahas tentang terorisme Di Asia tenggara sementara Amerika serikat Sendiri dianggap sebagai teroris.. seperti dimuat di Tribun Selasa 29 Juni 2010 Hal.5 dengan judul "HTI "usir" Sidney jones kembali ke Amerika. Lihat Scan Berita Selengkapnya.