Manusia yang paling tertipu adalah orang yang terpedaya oleh kemilau dunia yang nampak di depannya. Kemudian mengerahkan segala potensinya demi mendapatkannya.
Bahkan tanpa ragu lebih memilih dan mengutamakan dunia daripada akhirat.
Sebagian manusia sampai ada yang rela menggadaikan kehormatan dirinya, menipu, berdusta dan bahkan rela mengorbankan keluarganya demi ambisi dunianya tersebut.
Diantara mereka ada yang berkata,
“Dunia adalah Cash, sedangkan akhirat adalah Kredit. Cash lebih manfaat daripada kredit”.
Sebagian lain mengatakan,
“Telor hari ini lebih baik daripada ayam besok”.
Dan ada pula yang berkata,
“Tembaga hari ini, lebih baik daripada emas besok”.
Dan ungkapan yang senada hal ini begitu banyak.
Seorang muslim yang baik tentu tidak akan tertipu dengan menelan ungkapan-ungkapan tersebut mentah-mentah. Ia akan mendudukkan perkara sesuai dengan porsinya.
Ungkapan Cash lebih baik daripada Kredit, itu benar jika *NILAI*nya sama.
Tapi jika NILAI*nya berbeda, yaitu ketika *Kredit jauh lebih banyak dan jauh lebih baik, maka tentulah yang “kredit” lebih utama.
Telor hari ini jelas lebih baik daripada telor besok.
Tapi tentu saja ayam besok lebih baik daripada telor hari ini.
Orang berakal tentu akan memilih bersabar untuk mendapatkan emas esok hari, meski tidak mendapatkan tembaga hari ini. Selama masih ada hal lain yg tidak membahayakan dirinya.
Lantas, bagaimanakah dengan “kelezatan dunia” yang hanya bersifat sementara dibandingkan dengan akhirat yang abadi???
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
ما الدنيا في الأخرة إلا كما يدخل أحدكم إصبعه في اليم، فالينظر بم يرجع؟!
“Tidaklah dunia ini jika dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti salah seorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke dalam laut.
Hendaklah ia perhatikan apa yang ia dapat dari air yang menempel di jarinya???”. (HR. Ahmad lV/229. Tirmidzy 2322).
Mendahulukan dunia yang “cash” dari akhirat yang “kredit” adalah ciri orang yang tertipu dan merugi.
Terlebih jika cara mendapatkan dunia itu dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat seperti menipu, menyuap, mendzolimi orang lain, janji palsu dst.
Binatang sekalipun ketika mengetahui ada bahaya di depannya, tak akan mendatanginya.
Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mengajarkan sebuah doa,
اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنَ البُخْلِ، وَأَعوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأعُوذُ بِكَ أنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“ALLAHUMMA INNI A’UUDZU BIKA MINAL BUKHLI WA A’UUDZU BIKA MINAL JUBNI WA A’UUDZU BIKA MIN AN URADDA ILAA ARDZALIL ‘UMURI WA A’UUDZU BIKA MIN FITNATID DUNYA WA ADZAABIL QABRI
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Bukhory)
Wonosari, Gunungkidul
Ustadz Reky Abu Musa, Lc