Kaum muslimin rahimakumullah . Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Ikhwatal Iman rahimakumullah…jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam tidak pernah meminta ummatnya untuk merayakan hari lahirnya. Tidak pula para sahabat nabi, yang jelas-jelas mereka adalah kaum yang mencintai Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam. Akan tetapi, upaya meneladani kehidupan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam. sebagaimana yang sering dinasihatkan adalah sesuatu yang sangat penting. Karena, sesungguhnya keimanan kita kepada Allah Ta’ala, tidak akan sempurna sebelum kita menjadikan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam sebagai teladan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa mereka yang meneladani RasuluLlah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam adalah mereka yang lurus Tauhidnya kepada Allah. Mereka yang selalu mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik di kampung akhirat. Mereka yang menghiasi hari-harinya dengan banyak mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bahkan dalam ayat Al-Qur’an lainnya, Allah Ta’ala menegaskan bahwa syarat mendapatkan cinta-Nya adalah mengikuti jejak langkah (sunnah) Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran [3] : 31)
Untuk itu mengikuti sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim. Ini merupakan konsekwensi dari syahadat kita yang kedua, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Mengikuti sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. juga merupakan jalan keselamatan dalam kehidupan akhir zaman.
Jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah. Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Irbadh ibn Sariyyah radhiyaLlahu ‘anhu,
“Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.” (Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya nomor 43, dan Imam Ahmad dalam Musnadnya nomor 16519)
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Sesungguhnya yang dimaksud dengan sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam bukanlah hal-hal tertentu saja dalam kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. Bukan terbatas dalam masalah ubudiyyah (shalat, zakat, shaum dan sejenisnya) saja.
Akan tetapi seluruh kehidupan Rasulullah adalah sunnah yang harus diikuti. Karena tidak ada satu pun ucapan dan perbuatan Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam yang keliru. Seluruh segi kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam telah terbimbing dengan wahyu.
َمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm [53] : 3-4)
Bahkan dahulu para sahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam sangat memperhatikan dan meneladani kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam hingga sampai pada masalah-masalah yang kita anggap remeh dan sepele.
Untuk itu Ikhwatal Iman rahimakumullah, kita tidak boleh memilih-milih aspek tertentu saja dalam meneladani Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. Tidak boleh kita parsial dalam memahami dan mengamalkan sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam ini. Karena sesungguhnya, mengamalkan sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam secara utuh adalah jalan agar kita meraih jannah yang dijanjikan Allah Ta’ala.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, ” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya nomor 6737)
Maasyiral muslimin rahimakumullah… Karena itu, marilah kita meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. Kita meneladani ibadah beliau Shallahu ‘alaihi Wa Sallam. Sebagai contoh misalnya, bagaimana Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam sangat memperhatikan shalat lima waktu, dan berjamaah di masjid dalam melaksanakannya. Hingga dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya (Allah Ta’ala), sungguh aku sangat ingin untuk memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan, dan orang lain aku perintahkan untuk meng-imam-kan manusia (kaum muslimin). Kemudian aku akan pergi ke rumah para lelaki yang tidak menghadiri shalat berjama’ah dan aku bakar rumah-rumah mereka. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, no 608)
Demikian marahnya Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam kepada para laki-laki yang terbiasa tidak hadir shalat berjamaah di masjid, hingga Rasulullah berkeinginan untuk membakar rumah mereka. Karena itu jika memang betul kita mencintai Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wa Sallam, hendaknya kita berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk shalat berjama’ah di masjid. Jangan biarkan masjid-masjid kita kosong. Jika kita tidak bisa hadir berjama’ah di masjid pada waktu siang dan sore, setidaknya hadirilah shalat berjama’ah di waktu shubuh. Jangan sampai muncul benih-benih kemunafikan dalam jiwa kita karena tidak biasa hadir shalat shubuh berjama’ah.
sumber : Dewan Syariah Wahdah Islamiyah