Ahad (22/06/2014) saya mengikuti pengajian Tarhib Ramadhan yang digelar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah (WI) Jakarta dan DPD WI –persiapan- Depok di Masjid al-Hijaz Depok. Hadir sebagai narasumber Syekh DR. Ali Abdurrahman Al-‘Uwaisyiz hafidzahullah. Beliau adalah Doktor bidang Hadits dari Universitas Dammam Saudi Arabia.
Dalam paparannya, syekh Ali menyampaikan tujuh hal yang perlu dilakukan dalam menanti dan menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Namun sebelum menguraikan tentang ketujuh hal tersebut, beliau menekankan dua persoalan penting yang harus selalu disadari berkenaan dengan Ramadhan. Pertama, Ramadhan sebagai mahathah (terminal) chek point dan menambah iman, takwa, dan bekal amal untuk akhirat. Kedua, Bahwa kesempatan bertemu Ramadhan merupakan karunia Allah yang sangat berharga.
Kembali ke soal tujuh hal penting dalam menyambut dan menyongsong Ramadhan. Yakni; (1) Do’a, (2) Bergembira Dengan Kedatangan Ramadhan, (3) Berazam (tekad kuat) dan niat yang tulus, (4) Taubat, (5) Persiapan dan Perencanaan Target, (6) Ilmu dan Pemahaman Tentang Fiqh Ramadhan, dan (7)Membersihkan Hati dari Sifat Jahat dan Buruk Terhadap Sesama Muslim.
Untuk menghindari penjelasan yang terlalu panjang, dalam tulisan ini akan diuraian empat poin pertama terlebih dahulu. Uraian dari masing-masing keempat hal tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Do’a
Do’a merupakan ibadah yang dengannya para hamba mengkomunikasikan hajat dan harapan mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam kaitannya dengan menyongsong dan menyambut bulan Ramadhan, do’a yang dimaksud adalah memohon kepada Allah dikaruniai umur panjang hingga berjumpa dengan bulan Ramadhan. Para salaf dahulu memohon dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya. “Allahumma barik lana fi Rajaba wa sya’bana, wa ballighna Ramadhan; Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”, adalah salah satu do’a yang masyhur dari para salafus Shaleh rahimahumullah.
Kita tidak menjamin apakah kita akan sampai ke bulan Ramadhan atau tidak. Kalaupun kita masih sampai ke bulan Ramadhan, tidak ada jaminan bahwa kita dapat meraih keutamaan ramadhan. Oleh karena itu di sisa hari menjelang Ramadhan ini harapan untuk diperjumpakan dengan Ramadhan harus selalu menyertai do’a-do’a kita. Termasuk yang harus kita mohon adalah kekuatan, kemudahan, dan taufiq dari-Nya untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah, amal shaleh, dan ketaatan kepada Allah. Sebab tidak sedikit orang yang menanti dan merindukan Ramadhan. Tapi ketika Ramadhan datang, ia tidak memperoleh manfaat sama sekali dari Ramadhan. Ia tidak dapat memanfaatkan Ramadhan dengan beribadah secara maksimal.
Karena itu, sekali lagi. Mari mohon kepada Allah umur panjang dan bertemu dengan Ramadhan. Sekaligus memohon kekuatan lahir dan batin, kesehatan dan kemudahan sehingga mampu mengisi hari-hari dan malam Ramadhan dengan berbagai ketaatan kepada Allah Ta’ala.
2. Bergembira Dengan Kedatangan Ramadhan
“Diantara alamat (tanda-tanda) keimanan adalah bersukacita dan bergembira dengan datangnya musim ketaatan”, terang syekh Ali. Sebab Ramadhan bagai tamu agung yang akan datang dengan berbagai kebaikan dan keutamaan. Ia datang membawa rahmat, maghfirah (ampunan), pembebasan dari neraka, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, dan beragam keutamaan lainnya. Karena itu para pecinta dan perindu kebaikan pasti senang dan bersukacita dengan kedatangannya.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu men-tabsyir (menyampaikan kabar gembira) kepada para sahabat bila Ramadhan datang. Beliau menggembirakan mereka agar termotivasi memanfaatkan momen Ramadhan dan berusaha meraup keuatamaannya. Biasanya kabar gembira (busyro) yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa penjelasan keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah Hadits Hasan yang dikeluarkan oleh Imam Nasai dalam Sunannya, Rasulullah menyampaikan kabar gembira kepada sahabat dengan masuknya bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah memfardhukan kepada kalian berpuasa pada bulan ini. Pada bulan ini (pula) pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sesiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari kebaikan”. (Terj. HR. Nasai).
Sebagai hamba yang sadar dengan berbagai kelemahan, kekurangan, dan kelalian dalam ibadah selama ini, kita patut bersuka cita dengan kedatangan Ramadhan. Karena ia merupakan momen meningkatkwa kwalitas diri dan iman. Kesempatan meraup pahala dan ampunan sebanyak-banyaknya. Semoga dengan perasaan gembira dan sukacita atas kedatangan Ramadhan, akan lahir semangat, tekad dan azam serta kesungguhan mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah. Semoga muncul motivasi meraih kemuliaan Ramadhan sebagai dijelaskan Nabi dalam berbagai haditsnya, seperti pada hadits di atas.
3. Azam (Tekad Kuat) dan Niat Tulus
Sebagai dikatakan di atas, perasaan senang akan kedatangan Ramadhan dapat melahirkan tekad yang kuat (azam) serta niyat yang tulus dan jujur untuk memanfaatkan Ramadhan. Selanjutnya tekad yang kuat (azam) dan niat yang tulus tersebut akan membuat seseorang produktif dalam mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal shaleh.
Selain itu, azam dan niat yang jujur untuk memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah dapat menjadi sebab datangnya taufik dan kemudahan dari Allah. Artinya ketika Allah mengetahui bahwa di dalam hati hamba-Nya terhunjam tekad yang kuat dan niat sungguh-sungguh untuk meraih keutamaan Ramadhan, maka Allah akan memberikan kemudahan kep ada hamba tersebut. Allah akan memberikan kemudahan dalam melakukan ketaatan dan berbagai ibadah pada bulan Ramadhan. Berkenaan dengan soal niat dan azam yang sungguh-sungguh ini, Allah Ta’ala berfirman, ‘’Walau shadaqullaha lakana khairan lahum”.
Barangkali kisah berikut dapat dijadikan landasan bahwa kesungguhan dan kejujuran niat seseorang sangat berperan sebagai sebab datangnya taufiq dari Allah. Diriwayakan bahwa seorang Arab Badui datang menemui Nabi dengan maksud berbaiat kepadanya. Saat itu sedang dalam persiapan menuju ke medan jihad. Di hadapan Rasulullah, orang Arab Badui ini menyampaikan bahwa, “Wahai Rasulullah, akau berbaiat kepadamu untuk ikut berperang bersamamu. Meskipun saya ditusuk anak panah dari sini (sambil menunjuk leher depannya) sampai di sini (sembari menunjuk leher belekangnya)”. Perang dimulai dan orang Badui tersebut turut berperang bersama kaum Muslimin dibawa komando Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika perang telah usai, ternyata orang Badui tersebut ditemukan telah meninggal. Lalu diangkat dan bibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Nabi menyingkap pakaian yang menutupi tubuhnya, dilehernya tertancap satu anak panah. Posisi anak panah tersebut menembus lehernya dari depan ke belakang. Persis sama seperti ketika ia berjanji di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selanjutnya Nabi mengafani jenazah orang Arab Badui ini dengan pakaiaannya. Bahkan Nabi mendolakan beliau dengan tambahan do’a khusus yang artinya; “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Ia keluar berjihad di jalan-Mu (sabilillah), lalu ia mati syahid di jalan-Mu. Saksikanlah ya Allah, aku adalah saksi atasnya pada hari kiamat kelak.
Oleh karena itu, kembali ke soal menyambut Ramadhan, kesunggugan dan keseriusan dalam niat sangat berpengaruh. Karena itu mari tanamkan dalam hati niat yang serius, bahwa kita akan memanfaatkan bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah. Moga-moga dengan niat dan tekad yang sungguh-sungguh tersebut, Allah berkenaan memberikan taufiq dan kemudahan dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah.
4. Taubat
Taubat dari dosa dan maksiat perlu dilakukan dalam meyambut dan menyongsong Ramadhan karena pada bulan Ramadhan nanti, kita akan melakukan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah. Sementara, dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan. Sebab, dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati. Pemilik hati yang tertutupi oleh karat dosa dan maksiat biasanya berat melakukan ibadah dan amal shaleh.
Dahulu, para salaf sangat peka dalam soal ini. Diantara mereka ada yang mengatakan, “Saya terhalangi melakukan shalat malam karena satu dosa yang kulakukan”. Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah ditanya oleh seorang pemuda yang merasa berat bangun malam, padahal ia sudah berusaha. “La ta’shiyhi fin Nahari, yuqidzuka fil Lail; Jangan kau durhakai (Allah) pada siang hari, Dia akan membangunkanmu pada malam hari”, saran Hasan al-Bashri. Berkenaan dengan kecintaan terhadap al-Qur’an, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Lau thahurat qulubuna maa syabi’at min kalami Rabbina; Andai hati kita bersih, maka ia takkan pernah kenyang meni’mati perkataan Rabb kita (Al-Qur’an)”.
Oleh karena itu mari berusaha bersihkan hati dari noda dosa dan maksiat dengan memperbanyak taubat dan istighfar. Mari teladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertaubat dan beristighfar lebih 70 kali dalam sehari. Taubat yang sebenar-benarnya taubat (nasuha), yakni dengan meninggalkan dan menyesali dosa pada masa lalu serta ber azam untuk tidak lagi mengulangi dosa tersebut. Karena itu mari perbaharui selalu taubat dan istighfar kita. Semoga Allah karuniakan taufiq dan kemudahan melakukan ibadah di bulan Ramadhan. (bersambung insya Allah) (Depok/24 Sy’aban 1435 H/ A. Huzaimah el Munawiy)
Sumber: Materi Tarhib Ramadhan Syekh Ali Abdurrahman Al-‘Uwaisyiz hafidzahullah disertai tambahan penjelasan dari penulis.
Sambut & Songsong Ramadhan Dengan 7 Hal Berikut (I)

Ijin share