Yogyakarta – Dewan Pimpinan Wilayah Wahdah Islamiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DPW WI DIY) menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan tema “Bakti dan Setia untuk Indonesia Tercinta”, Ahad (19/09/2021).
Tabligh Akbar ini berlangsung secara virtual, melalui aplikasi Zoom meeting.
Hadir sebagai keynote speaker, Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah, Ustaz Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, serta dua pembicara, antara lain Ustaz Salim A Fillah dan Ustaz Ridwan Hamidi.
Penulis buku Islami best seller, ustaz Salim A Fillah memulai materinya dengan mengutip pembukaan UUD 1945. Menurutnya, para founding fathers, para Bapak Bangsa merumuskan 1 kalimat yang menarik di dalam preambule atau mukadimah konstitusi kita, Undang-undang Dasar 1945.
Kalimat itu, lanjutnya, adalah atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
“Kalimat yang sangat Agung Karena dimulai dengan pengakuan akan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan inilah saripati dari semua yang telah diperjuangkan oleh bangsa Indonesia di dalam melangkah menuju kemerdekaan sejak awal,” paparnya.
“Maka atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, tepat 1 abad sebelum kedatangan para penjajah barat itu terjadi masifikasi dakwah Islam di kepulauan Nusantara ini yang berpusat di Pulau Jawa dengan kehadiran para Dai atau Ulama dari jazirah Arab,” lanjut penulis buku ‘Sang Pangeran dan Jenissary Terakhir’ ini.
Setelah menyebutkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dari masa peperangan Diponegoro hingga resolusi jihad Kiai Hasyim Asyari, ustaz Salim kembali menegaskan bahwa atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa maka negeri ini bukan 350 tahun dijajah tetapi tiga setengah abad berjihad melawan penjajahan, dimulai dari Pati Unus sampai masa proklamasi kita.
“Yang ingin kita garis bawahi, yang pertama adalah benar yang disampaikan Para founding father kita atas berkat rahmat Allah, kita menjadi bangsa Indonesia yang hari ini sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia. Atas berkat rahmat Allah, yang lebih dahulu hadir di negeri kita adalah para Dai, sebelum para penjajah, dengan itu membuat kita bukan 350 tahun dijajah tapi tiga setengah abad berjihad melawan penjajahan, dan kita menyatu dengan ikatan ukhuwah islamiyah,” jelasnya.
Maka sungguh menjadi sebuah tanggung jawab yang besar pula bagi kita, generasi penerus, pesan ustaz Salim, untuk menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pondasi kokoh negeri yang kita cintai ini, yang selanjutnya tentu nilai-nilai Islam yang kita amalkan dalam nilai-nilai wasathiyah,
“Sudah selayaknya menjadi modal kita untuk bersiap menginspirasi dunia bagaimana kita sebagai Indonesia, muslim Indonesia siap untuk bertebaran ke seluruh penjuru bumi membawa dakwah untuk meneruskan misi rasulullah, Islam menjadi rahmat bagi semesta,” ungkapnya.
Keynote speaker, ustaz Zaitun Rasmin menyapa peserta di sela Tabligh Akbar, dengan mengapresiasi materi pertama. Menurutnya, kita harus berterimakasih pada ustaz Salim fillah yang menyampaikan narasi yang harus kita sosialisasikan, bahwa kita tidak semata-mata dijajah tapi kita berjihad sepanjang 3 abad itu.
“Itu benar karena memang Islam mengajarkan kepada orang-orang beriman untuk tidak menerima kehinaan dijajah apalagi ketika keimanan diinjak-injak. Ketika keimanan terancam, para pejuang kita telah menunjukkan bagaimana bakti, bagaimana pengorbanan mereka bagi bangsa dan bagi kedaulatan tanah air ini, yang ujungnya secara singkat saja alhamdulillah dengan berdirinya Negara Republik Indonesia yang sekarang lebih populer dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” papar Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah ini.
Ustaz Zaitun menegaskan, pemateri pertama, ustaz Salim A Fillah hari ini telah mengingatkan kembali bagaimana kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan panjang.
“Tentu patut dicatat, tidak semata-mata perjuangan fisik perlawanan bersenjata melalui perang gerilya dan sebagainya tapi didahului dan dibarengi serta selalu diikuti ya sampai ujung tentang perjuangan pendidikan, perjuangan dakwah, perjuangan pembinaan yang telah memberi inspirasi sejak awal dan selalu membangkitkan inspirasi dan semangat perjuangan, semangat perlawanan dan semangat untuk meraih kemerdekaan menjadi bangsa yang berdaulat,” jelas ustaz Zaitun.

Pemateri kedua, ustaz Ridwan Hamidi menyambung materi pertama dengan memberikan salah satu cara menumbuhkan kecintaan dan semangat mempertahankan kemerdekaan.
Salah satu caranya, menurut Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Daerah Istimewa Jogjakarta ini adalah dengan mengenali dan mengenalkan sejarah, mulai dari sirah Nabawiyah, Khulafaur Rasyidin, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ Tabi’in, para Ulama, serta sejarah tanah air.
“Salah satu yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah mengenalkan ulama-ulama di tanah air kepada masyarakat di negeri kita, termasuk orang-orang di luar. Ini bagian dari cara kita mengenali sejarah,” papar Wakil Sekretaris Jenderal DPP Wahdah Islamiyah ini.
Disela-sela acara, DPW WI DIY merangkaian Tabligh Akbar ini dengan penamatan dan pelepasan Dai pelosok pesantren Tadrib Ad-Duat Wahdah Islamiyah DIY yang merupakan bagian dari program Tebar Dai Nusantara (TDN) Wahdah Islamiyah, ke beberapa wilayah di pulau Jawa. ()