Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama keluarganya
Oleh: Syekh Faragh Hady
Orang yang memperhatikan kehidupan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara khusus, maka dia akan takjub karena beliau berasal dari lingkungan padang pasir, pegununungan yang keras atau pedalaman yang pada umumnya penduduknya tidak berpendidikan dan anarchi, akan tetapi beliau meraih keberhasilan yang sangat menakjubkan dalam menata keluarganya yang tidak ada bandingannya.
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemberikan kasih sayang kepada keluarganya, memberikan kehangatan bagi mereka, dan beliau mempunyai perasaan yang sangat halus.
Beliau sangat memprioritaskan kasih sayangnya terhadap keluarganya, beliau bercanda dan bersenda gurau dengan isteri-isterinya dan memberikan kehangatan bagi mereka, salah satu contoh yang indah dari beliau yang menumbuhkan rasa cinta di hati isterinya Aisyah ra. Terhadapnya, yaitu beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsengaja meletakkan mulutnya di tempat yang sama pada bejana yang telah di minum oleh isterinya Aisyah ra. Hal ini membuat hati Aisyah ra. Bahagia dan membangkitkan perasaannya. Contoh seperti ini banyak terjadi dalam kehidupan Rasulullah saw.
Sebagaimana juga Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallammencontohkan cinta yang tulus dalam keluarga yang bahagia, beliau tidak pernah melupakan isterinya Khadijah ra. Yang telah meninggal, bahkan beliau senantiasa menyebut kemuliaannya serta berbuat baik terhadap kerabatnya, beliau akan marah jika ada yang menjelek-jelekkanya di depannya, di riwayatkan oleh Abu Nujaih tentang kisah permintaan izin Halah binti Khuwailid saudari Khadijah (Aisyah berkata: Maka aku mengatakan: “ Allah Subhaanahu Wata’ala Telah menggantikan untukmu perempuan yang tua –yang dia maksud Khadijah- dengan seorang gadis muda, lalu beliau marah, sehingga aku mengatakan: “ Demi yang telah mengutusmu denga Hak, saya tidak akan menyebut dia (Khadijah ra. ). Setelah ini kecuali dengan baik”.
Bagaimanapun letih dan beratnya tanggung jawab Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsebagai pemimipin Negara, komandan tentara dan pemandu pikiran dan akhlak terhadap umatnya akan tetapi beliau tidak pernah lupa untuk memberikan kasih sayang terhadap keluarganya, beliau membantu isteri-isterinya dalam mengerjakan urusan rumah, agar mereka merasakan kedudukan seorang isteri atau perempuan serta derajatnya yang tinggi dalam agamanya yaitu islam.
Dari al Aswad beliau berkata: “ aku bertanya kepada Aisyah ra.: “ apa yang di kerjakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamterhada keluarganya? Aisyah menjawab: “ beliau membantu keluarganya (isteri-isterinya) dalam mengerjakan pekerjaannya, jika telah masuk waktu shalat maka beliau berangkat untuk shalat”. (HR. Bukhary).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mendidik isteri
Oleh: Salman Bin Yahya al Maaliky
Allah Subhaanahu Wata’ala Memerintahkan kita untuk menjaga keluarga kita masing-masing dan memelihara mereka, memerintahkan mereka untuk berbuat yang makruf dan meninggalkan yang mungkar adalah suatu bentuk penjagaan kepada mereka dari api neraka, Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan”.
Setiap dari kita mempunyai tanggung jawab siapapun dia, baik itu suami, bapak, saudara laki-laki atau pemimpin yang memimpin keluarganya, sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Anas Ra. Dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambeliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menanyai setiap pemimpin dari apa yang di pimpinnya, apakah dia menjaganya atau menyia-nyiakannya, sehingga seorang suami akan di tanya mengenai keluarga rumah tangganya”. (HR. An Nasaai).
Keluarga rumah tangga anda wahai muslim …adalah suatu tanggung jawab yang akan di mintai pertanggung jawabannya nanti di hari kiamat, maka perbaikilah jika terdapat kekurangan di dalamnya, karena hal tersebut adalah suatu amanah atau kepercayaan dari amanah-amanah yang ditanggung.
Wahai hamba Allah..sesungguhnya keluarga muslim pada permulaannya berpusat terhadap dua insan yang mulia yaitu: suami dan isteri, berdasarkan pengamatan yang ada bahwa banyak dari kalangan suami yang tidak memperhatikan untuk memberikan pendidikan terhadap isteri-isteri mereka, bahkan banyak dari mereka yang di terlantarkan, mereka tidak mendapatkan perhatian penuh dari suami dalam masalah pendidikan terutama dalam hal agama, sehingga banyak dari isteri-isteri yang melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat (seperti perselingkuhan dll), terjadi pengkhianatan terhadap suami mereka, hal ini semua terjadi di sebabkan karena suami tidak terlalu memperhatikan bahkan mengabaikan mengajarkan masalah agama (atau membawanya ke majlis ta’lim yang bisa membantu dia untuk lebih paham mengenai syari’at islam) kepada isterinya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamtelah mengajari isteri-isterinya tentang akidah, mengabarkan kepada mereka mengenai ke Esaan Allah Swt, ke Agungan-Nya dan ke Maha sucian-Nya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda kepada Aisya Ra. : “ Barangsiapa yang di hisab pada hari kiamat maka akan di siksa”. Kemudian Aisyah Ra. Mengatakan: bukankah Allah Subhaanahu Wata’ala Telah berfirman: “maka dia akan di periksa dengan pemeriksaan yang mudah”, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammenjawabnya sebagai pengajaran dan penjelasan untuknya terhadap hal dari hal-hal yang berkaitan dengan akidah, beliau mengatakan: “hal itu bukanlah hisab, akan tetapi hal itu adalah penyajian, barangsiapa yang di debat dalam hal pemeriksaan pada hari kiamat maka dia di siksa”.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamjuga mengajarkan kepada isteri-isterinya zikir-zikir dan berlindung kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Dari segala kejahatan seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammengajari mereka zikir pagi dan sore, termasuk bagaimana caranya meminta perlindungan kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Dari segala kejahatan, dari
Aisyah Ra. Dia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemegang kedua tanganku dan menunjuk ke bulan, dan berkata: Ya Aisyah! Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan ini, karena hal ini adalah kejahatan malam apabila telah gelap gulita”. (HR. Ahmad).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammenjelaskan kepada Aisyah Ra. maksud ayat yang terdapat dalam surah al Falaq, yaitu: “dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”. Beliau menjelaskan kepadanya hal yang di maksud ketika beliau mengambil tangannya dan menunjuk bulan, sebab bulan adalah tanda malam di langit, kemudian beliau memerintahkan dia agar berlindung kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Dari kejahatannya, sebab kejahatan-kejahatan akan terjadi pada malam hari sebagaimana terjadi pada siang hari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammendidik isterinya untuk takut kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Jika awan muncul dan datang angin dari segala arah maka beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallammasuk dan berubah raut wajahnya kemudian gelisah, Aisyah Ra. Berkata:
”ketika beliau melihat awan mendung dan angin, hal itu di ketahui dari raut wajahnya, lalu Aisyah Ra. Berkata kepadanya: wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsaya melihat jika orang-orang melihat awan mendung mereka bahagia karena berharap akan datang hujan sementara saya melihatmu jika kamu melihat awan mendung saya melihat di wajahmu suatu ketidak sukaan? lantas bagaimanakah jawaban Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam? beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallammempergunakan pertanyaan ini untuk membuat dia takut kepada Allah, dan beliau menjelaskan tentang azab Allah Swt, beliau mengatakan: “wahai Aisyah saya merasa tidak aman (khawatir) jika hal tersebut adalah suatu azab, sungguh suatu kaum telah di azab dengan di datangkan angin, dan kaum tersebut telah melihat azab tersebut kemudian mereka mengatakan: inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”.(HR. Muslim).
Hal ini adalah suatu metode untuk mengajari isteri agar takut dengan azab Allah Subhaanahu Wata’ala Dan menjelaskan siksa Allah Subhaanahu Wata’ala Kepadanya, dan bahwasanya seorang muslim tidak akan aman dari azab Allah Subhaanahu Wata’ala, dan agar seorang isteri tidak terburu-buru dalam menjawab mengenai sesuatu atau terlalu cepat menghukumi sesuatu, maka diantara petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdalam hal mendidik isteri-isterinya ialah beliau memperingatkan mereka agar tidak berkomentar mengenai Allah Subhaanahu Wata’ala Tanpa ilmu, dari sini seorang suami harus mengajarkan kepada isterinya pemahaman yang sangat pentinng dari pemahaman-pemahaman islam dan kaidah dari kaidah-kaidah yang agung yang terdapat dalam agama islam, yaitu : tidak boleh berkomentar mengenai Allah Subhaanahu Wata’ala Tanpa ilmu, atau menghukumi sesuatu tanpa suatu dalil yang syar’I, dari Aisyah Ra. Dia berkata:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdi panggil (untuk menshalati) seorang jenazah bayi dari anshar, lalu aku berkata: wahai Rasulullah saw.alangkah senangya ini dia adalah termasuk burung pipit dari burung-burung pipit surga dia tidak pernah melakukan kejahatan dan tidak menemukannya, beliau menjawab: atau selain dari itu, ya Aisyah! Sesungguhnya Allah menciptakan untuk surga penghuninya, mereka telah tercipta untuk penghuni surga sedang mereka masih berada di tulang rusuk bapak mereka, dan menciptakan untuk neraka penghuninya, mereka telah tercipta untuk neraka sedang mereka masih berada di tulung rusuk bapak mereka”. (HR. Muslim).
Imam Nawawy mengatakan: para ulama muslim sepakat bahwa setiap anak-anak muslim yang meninggal maka dia adalah penghuni surga, dan jawaban terhadap hadits yang terdapat di atas yaitu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambarangkali melarang Aisyah Ra. Memutuskan terhadap sesuatu tanpa dalil, atau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammenyabdakan hadits di atas sebelum beliau mengetahui (dengan pemberitahuan dari Allah Subhaanahu Wata’ala) bahwasanya anak-anak muslim yang meninggal adalah penghuni surga.
Berdasarkan pengamatan bahwasanya kebanyakan cerita-cerita yang tidak kuat datanya atau tanpa dalil (seperti gossip) bersumber dari kaum wanita, maka seorang suami harus benar-benar memperhatikan hal tersebut dari isterinya, karena Allah Subhaanahu Wata’ala Menyebutkan mereka (kaum wanita) masuk dalam golongan kaum, kemudian Allah Subhaanahu Wata’ala Menyebutkan mereka (kaum wanita) secara terpisah dari kaum tadi, seperti yang terdapat dalam ayat berikut ini, Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang di olok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganpula wanita-wanita lain (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang di perolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)…(QS. Al Hujuraat: 11).
Sebenarnya wanita-wanita tersebut sudah masuk dalam arti kaum, kemudian Allah Subhaanahu Wata’ala Mengulangi peringatan-Nya dan memberikan bentuk pelarangan (untuk tidak saling mengolok-olok) secara khusus bagi perempuan. Oleh karena itu anda dapat memperhatikan bahwasanya gibah (menceritakan aib orang lain) dan adu domba pada umumnya terjadi di kalangan wanita. Terus bagaimana sikap anda wahai para suami dalam memberikan nasihat dan melawan akhlak yang tercela ini.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamtidak menyukai dari isteri-isterinya sesuatu (yang tidak baik) walaupun hal itu adalah suatu yang sepele, dalam hadits shahih yang di riwayatkan oleh Aisyah Ra. Dia mengatakan: “aku berkata kepada Rasulullah saw.: cukuplah kamu memperlakukan Safiyah begini dan begini, dengan maksud merendahkan (dan bukanlah faktor untuk melecehkan atau menghina sehingga dia mengucapkan perkataan itu akan tetapi karena rasa cemburu) lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepadanya dengan ramah dan lemah lembut sebagai didikan dan peringatan buatnya: kamu telah mengatakan suatu perkataan yang seandainya perkataan tersebut di campurkan ke dalam air laut maka akan bercampur bahkan perkataan tersebut akan mendominasi air laut di sebabkan besar dan kerasnya perkataan tersebut, Aisyah Ra. Berkata: kemudian saya menceritakan kepadanya tentang hikayat seseorang (maksudnya: Aisyah menggambarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdengan perkataan dan perbuatan), kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: sesungguhnya saya tidak suka menyebutkan kisah seseorang sedangkan saya seperti ini dan begini”. (artinya: saya tidak senang menceritakan aib seseorang)”. ( HR. Abu Daud, dan di riwayatkan oleh an Nasaai dengan sanad yang shahih dalam kitab ‘isyratu nnisaa’ (pergaulan dengan isteri).
Dari Anas Ra. Dia berkata: “Telah sampai kepada Shafiyah Ra. Bahwasanya Hafshah Ra. berkata: dia adalah anak perempuan dari seorang yahudi (artinya Hafshah berkata kepada Shafiyah bahwa dia adalah anak dari seorang Yahudi), kemudian Shafiyah Ra. Menangis, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammasuk menemuinya sementara dia sedang menangis, beliau bertanya: apa yang membuatmu menangis? Dia menjawab: Hafshah Ra. Berkata kepadaku: saya adalah anak perempuan dari seorang yahudi, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda: “Sesungguhnya kamu adalah anak perempuan dari seorang nabi, sesungguhnya pamanmu adalah seorang nabi, dan sesungguhnya kamu di bawah silsilah seorang nabi (artinya kamu masih berada di bawah silsilah Nabi Musa as. Dan Nabi Harun as. Karena kakekmu Musa as. Adalah seorang Nabi, dan saudaranya Nabi Harun as. Sebagai pamanmu adalah seorang Nabi juga, dan engkau di bawah pengawasan seorang Nabi / isteri dari seorang Nabi saw.)’.maka dengan apa lagi engkau akan bangga, kemudian beliau mengatakan: “bertakwalah kepada Allah wahai Hafshah Ra.”. (HR. an Nasaai).
Seperti itulah sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammendidik isteri-isterinya, termasuk sikap beliau terhadap isterinya yang merendahkan isterinya yang lain sekalipun dia mempunyai alasan yang kuat, maka seyogyanya seorang suami yang muslim mengajari dan mendidik isterinya, seperti: melawan hal-hal yang bersifat kemungkaran yang timbul darinya baik dari segi dia berpakaian atau berhias dan dalam hal-hal yang lain.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Aisyah Ra. Bahwasanya dia telah membeli sebuah numruqah (yaitu bantal atau tirai) kemudian terdapat sebuah gambar padanya (yaitu gambar yang mempunyai nyawa seperti manusia, hewan dll) ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammelihatnya beliau berdiri di depan pintu dan tidak masuk, lalu Aisyah Ra. Mengetahui ketidak sukaannya (terhadap sesuatu) dari wajahnya, maka aku (Aisyah Ra.) berkata: Wahai Rasulullah saw.! aku bertaubat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, dosa apa yang telah kuperbuat? Maka beliau menjawab: bantal apa ini? Maka aku menjawab: aku membelinya agar engkau bisa duduk di atasnya dan berbantalkan dengannya, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda: “sesungguhnya pemilik gambar-gambar ini akan di azab pada hari kiamat, dan akan di katakan kepada mereka: hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan, kemudian beliau mengatakan lagi: sesungguhnya rumah yang di dalamnya terdapat sebuah gambar maka malaikat tidak akan masuk ke rumahnya.
Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammengingkari perbuatan Aisyah Ra. Dengan perkataan dan perbuatan, bukan dengan pukulan sebagaimana yang di lakukan oleh sebagian suami atau melukai wajahnya, atau dengan perkataan yang buruk dan menjijikkan. Silahkan anda membandingkan antara perlakuan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mulia kepada para isterinya dengan perlakuan sebagian suami kepada isterinya pada saat sekarang ini, sebagai contoh ketika mereka ke pasar bersama isteri mereka, maka mereka meninggalkannya di pasar dan hanya memberikan kepada isterinya duit untuk membeli seluruh keinginan dan kemauannya, kemudian sang isteri membeli sesuai dengan seleranya tanpa ada pengawasan (dari suami) dari hal-hal yang berbentuk mungkar atau yang di haramkan, seperti sang isteri membeli pakaian yang bergambar (makhluk hidup) atau yang mempunyai gambar salib, atau bejana-bejana yang di lapisi dengan emas dan perak, atau patung-patung (yang mempunyai nyawa seperti hewan dll) untuk di letakkan di rumahnya sebagai hiasan, dan yang lain dari hal-hal yang di haramkan yang terkadang di jadikan sebagai hiasan oleh sang isteri di rumahnya, sementara sang suami hanya tinggal diam, bahkan dia tidak menghiraukan hal tersebut apalagi untuk memberi isterinya peringatan (dari hal-hal yang bertentangan dengan syari’at islam).
Karena tidak adanya pengawasan, bahkan permasalahan gambar, baik yang dipahat atau yang di lukis akan menghasilkan hal-hal yang di haramkan masuk kedalam rumah, yaitu hal-hal yang di dalamnya terdapat penghancuran terhadap al ‘ardh (kehormatan) yang di jaga oleh Allah Subhaanahu Wata’ala Kemulyaan dan kehormatan yang karena keduanya syari’at ini datang, hal-hal yang di dalamnya terdapat hal yang dapat merusak anak (akidahnya) dan rumah secara umum, seperti permainan-permainan yang di haramkan yang bisa memanggil syaithan dll, semua hal tersebut (biasanya) masuk ke dalam rumah dengan perantara isteri atau selain dari dia, sementara suami hanya tinggal dan diam, tidak mencegah kemungkaran, maka kehidupan yang seperti apa ini? Dan dengan dasar apa dia membina keluarganya?
Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman:
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam api neraka…”. (QS. At Taubah: 109).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammendidik isteri-isterinya untuk beribadah, beliau memberikan nasihat kepada mereka dengan mengatakan: “bangunlah kalian wahai shahibul hujuraat, bangunlah (ingatlah) kalian, boleh jadi seseorang berpakaian di dunia tapi telanjang di hari kiamat”.
Demikian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemberikan peringatan kepada para isterinya, rumah tangganya senantiasa berkobar semangat ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wata’alayaitu zikir di siang hari..dan melaksanakan shalat sunnah (tahajjud) di malam hari, dan ayat-ayat turun ke rumahnya, Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman:
“Dan ingatlah apa yang di bacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Ahzaab: 34).
Pengawasan (yang di maksud) adalah dalam hal ibadah, baik hal yang berkaitan dengan badan atau harta, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda: “wahai Aisyah! Jangan terlalu perhitungan maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan perhitungan denganmu…” maksudnya jangan pelit untuk bersedekah dan mencegahnya, oleh karena itu pengawasan kepada isteri harus senantiasa di lakukan walaupun dalam hal-hal yang mustahabbah (yang di senangi), dan bukan hanya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban atau larangan untuk melakukan sesuatu yang haram, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ucapan atau perkataan dan kekeliruannya, sampai dalam hal perkataan buruk terhadap musuh, dalam sebuah hadits yang shahih dari hadits Aisyah Ra.
Dia berkata: “Sesungguhnya orang-orang yahudi mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdan mengatakan: kematian untukmu, Rasulullah menjawab: dan atas kalian, lalu aku (Aisyah Ra.) mengatakan: “kematian atas kalian dan laknat Allah untuk kalian serta kemarahan Allah atas kalian, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda: “Tenang wahai Aisyah! Kamu harus bersikap yang ramah, dan berhati-hatilah dari sifat yang keras dan buruk”. Aku berkata: apakah engkau tidak mendengarkan apa yang mereka telah katakan? Beliau menjawab: “apakah kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan?, aku telah menjawab mereka..”. (HR. Bukhari).
Walaupun dengan musuh seseorang tidak di perkenankan untuk melakukan perbuatan yang keji kecuali jika hal tersebut untuk ke maslahatan syar’I yang jelas, sebagaimana yang telah terjadi dalam sebagian keadaan, adapun orang yang mengucapkan ucapannya dengan sesukanya maka hal ini adalah suatu yang tercela, maka berilah peringatan kepada isteri agar tidak mengatakan hal-hal yang keji dalam perkataannya agar dia tidak menjadi orang yang di benci, di cela dari makhluk Allah Subhaanahu Wata’ala Dan terusir.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsangat memperhatikan hal-hal yang terkait dengan ghairah (kecemburuan), sifat cemburu adalah suatu sifat yang alami di sisi setiap wanita, yaitu: kemarahan dan kekerasan, pendidikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamyang beliau telah berikan kepada isterinya dalam hal ghairah (cemburu) adalah suatu pendidikan yang sangat agung, yang menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdan solusi-solusinya terhadap berbagai hal yang ada dengan ramah, tenang dan tidak terburu-buru, dari Anas Ra. Dia mengatakan:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamberada di tempat salah satu isterinya (ummahaatul mukminin), kemudian (pada kesempatan yang lain) di kirimkan untuk beliau sepiring makanan, sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamberada di tempatnya Aisyah Ra., kemudian Aisyah Ra. Memukul tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsehingga piring itu jatuh dan pecah, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammengambil dua pecahan piring tersebut dan menggabungkannya, kemudian beliau mengumpulkan makanan yang telah tertumpah di tanah, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda kepada orang-orang yang sedang bersamanya: “Ummukum (yaitu Aisyah Ra.) telah cemburu, Ummukum (yaitu Aisyah Ra.) telah cemburu, maka makanlah!”.
Seperti itulah komentar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam“Ummukum (yaitu Aisyah Ra.) telah cemburu”, perbuatan beliau tersebut sangat adil, tenang dan sangat bijaksana dalam mengatasi masalah tersebut, beliau sangat memperhatikan isteri-isterinya, dan sangat teliti dalam hal perhatian, ungkapan dan kalimat.
Beliau sangat memperhatikan perasaan isteri-isterinya sehingga beliau mengetahui jika mereka senang atau sedan marah, karena beliau bukan seorang suami yang tidak memberikan perhatian kepada isterinya apakah dia senang atau sedang marah, sekali-kali beliau bukanlah seorang suami yang seperti itu!!! Akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperhatikan hal-hal tersebut di rumahnya dan kepada isteri-isterinya, seperti perkataan beliau kepada Aisyah Ra.: “Sesungguhnya saya mengetahui jika kamu sedang senang kepada saya, dan saya juga mengetahui jika kamu sedang marah kepada saya, Aisyah Ra. berkata: aku mengatakan: bagiamana engkau mengetahui hal tersebut? Beliau menjawab: adapun jika engkau sedang senang kepada saya maka engkau mengatakan: tidak, dan demi Tuhannya Muhammad, akan tetapi jika engkau sedang marah maka engkau mengatakan: tidak, dan demi Tuhannya Ibrahim, Aisyah Ra. Mengatakan: aku berkata: benar ….(HR. Bukhari).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammempunyai kisah yang lucu dengan isteri-isterinya yang berhubungan dengan hal perhatian terhadap isteri, sebagaimana yang telah di ceritakan oleh Nu’man bin Basyir, dia mengatakan: “Abu Bakar Ra. Permisi kepada Rasulullah saw., kemudian Abu Bakar Ra. Mendengarkan suara Aisyah Ra. Terangkat dengan keras, dengan mengatakan: demi Allah ! aku telah mengetahui bahwasanya Ali Ra. Lebih engkau sukai daripada ayahku, lalu Abu Bakar Ra. Mendekati Aisyah Ra. Untuk menamparnya, dan mengatakan: wahai anak perempuan si anu, saya melihat kamu telah mengangkat suraramu di depan Rasulullah saw? kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammenahannya, dan Abu Bakar Ra. Keluar dengan marah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda: “Ya Aisyah! Bagaimana, engkau telah melihatku bahwa saya telah menyelamatkanmu dari seorang laki-laki? Kemudian setelah itu Abu bakar Ra. Permisi lagi, sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamdan Aisyah Ra. Telah rukun dan damai…”.(HR. an Nasaa’i).
Diantara perhatian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamkepada isteri-isterinya ialah: membolehkan permainan yang sederhana dan kesenangan yang di bolehkan terhadap isteri-isterinya, maka Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambermain dengan mereka, ngobrol dengan mereka dan berlemah lembut dengan mereka, beliau membiarkan Aisyah Ra. Bermain dengan anak-anak perempuan yang umurnya sebaya dengan dia, maka merekapun bermain dengan Aisyah Ra. Dengan suatu permainan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamsangat berhati-hati agar tamu (perempuan) yang sedang berkunjung kepada isterinya tidak terusik lantas pergi, terkadang beliau berlomba (seperti lari) dengan isterinya . demikianlah bentuk kelembutan dan keramahan yang di berikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamkepada isteri-isterinya. Dan hal ini hanya sebagian dari contoh pendidikan dan ajaran Rasulullah saw., sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemperhatikan segala aspek (rumah tangganya).
Ya Allah! Jadikanlah kami orang-orang yang melaksanakan hak-hak keluarga kami, yaitu orang-orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Sesungguhnya apa yang kita saksikan sekarang dengan banyaknya kejadian yang berkaitan dengan tidak adanya perhatian terhadap keluarga adalah suatu hal yang sangat menyedihkan, akan kembali mudharatnya kepada diri kita masing-masing, berapa banyak dari suami yang membiarkan isterinya dalam kebinasaan! Berapa banyak dari suami yang membiarkan isterinya hidup dalam bentuk fitnah dan yang di haramkan! Maka dia tersesat dalam kebinasaan dan menjadi hamba terhadap isterinya, akan tetapi anda juga tidak di perkenankan menjadi seorang suami yang keras, emotional dan egois yang senang memukul isteri sehingga melukai wajah isteri dan bahkan mematahkan tulangnya, akan tetapi jadilah seorang suami seperti yang telah di contohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam contohilah cara beliau mendidik isteri-isterinya karena hal ini adalah suatu sunnah, melaksanakan hak-hak keluarga, memperhatikan mereka dengan mencegah dari kemungkaran, dan memerintahkan mereka untuk melaksanakan yang ma’ruf , beribadah, bertakwa dan taat (kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Dan Rasul-Nya), melaksanakan haji, umrah, bersedekah dan melaksanakan shalat.(Sumber:www.rasoulallah.net)