Ramadhan Bulan Doa

Date:

berdoa

Allah Ta’ala Maha Dekat,Dia menjawab hamba-Nya yang berdoa’ kepada-Nya.1 Ini berlaku setiap saat, terlebih di bulan Ramadhan. Sebagaimana telah kita sebutkan sebelumnya bahwa setiap Muslim memiliki do’a yang mustajab pada bulan Ramadhan.2 Maka sepantasnya seorang Muslim bersungguh-sungguh dalam berdoa’ sambil mencari sebab terkabulnya do’a.

Secara umum ada beberapa Sebab terkabulnya doa’, lima diantaranya:

1.Memilih waktu yang utama. Seperti waktu sahur, diakhir/penghujung shalat wajib,3 antara adzan dan iqamat, pada saat terakhir dihari jumat (setelah ‘ashr), saat Imam masuk masjid (khatib naik mimbar) hingga selesai shalat jumat, dan saat berbuka puasa.

2.Memilih tempat yang afdhal (terbaik/utama),seperti masjid,Kota Makkah,Madinah dan sebagainya.

3.Kondisi orang berdoa, Seperti;4

– Saat dalam perjalanan karena orang yang dalam perjalanan (musafir) do’anya mustajab,5

– Seorang ayah mendoakan anaknya,6

– Orang yang sedang berpuasa,7

– Orang yang di medan perang karena doa pada saat bertemunya dua pasukan mustajab,

– Orang yang terdzalimi karena doa orang terdzalimi tidak tertolak bahkan diangkat oleh Allah keatas awan seraya Dia berfirman: ”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku pasti akan menolongmu dalam waktu dekat”,

atau orang yang berdoa sedang terdesak/kesulitan. Hakikat terdesak yang dimaksud di sini adalah ketika seorang hamba terputus dengan semua sebab, lalu saat itu dia menghadap kepada Allah dengan penuh rasa harap kepada-Nya semata, ia menyerahkan seluruh urusannya secara total kepada Allah. Allah berfirman tentang hal ini: ”Atau siapakah yangmemperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan”. (Qs an Naml:62).

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam melewati seseorang yang berdo’a kepada Allah ‘Azza wa jalla. Musa berkata, “Wahai Tuhanku andai hajat/kebutuhan orang ini terdapat padaku (dapat aku penuhi) niscaya aku berikan keperluannya”. Dijawab oleh Allah, ”Wahai Musa, Aku lebih sayang kepadanya daripada engkau. Tetapi dia berdoa kepada-Ku, namun hatinya kepada selain-Ku”. Maka Musa segera menyampaikan hal itu kepada orang tersebut. Ia tersadar lalu memutuskan untuk mengkosentrasikan hatinya kepada Allah, sehingga Allah Jalla wa ‘ala menjawab dan mengabulkan do’anya.

Maka hendaknya seorang yang berdoa berada dalam kondisi merasa terdesak dan terhimpit kesulitan merendahkan dirinya kepada Allah. hendaknya memupus segala harapan kepada selain Allah serta jangan dia berdoa sekadar coba-coba dan tidak yakin (dengan pengabulan dari Allah). Karena Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam bersabda: ”Berdoa’alah kepada Allah sedang kalian yakin akan dikabulkan,ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai dan lengah”.8

Hadits ini memilki dua sanad yang saling menguatkan ,sehingga derajat hadits ini hasan.

4.Sifat do’a. Hendaknya orang yang berdoa’ memperhatikan adab-adab berdo’a, seperti;

– Dalam keadaan berwudhu,

– Menghadap qiblat,

-Mengangkat kedua tangan,

– Mengulangi do’a sebanyak tiga kali,

memilih do’a yang singkat tapi padat (kandungannya),

memperbaiki makanan (mengkosumsi makanan yang baik/halal),

bertawassul dengan asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang tinggi,

tidak meminta yang mengandung dosa pemutusan silaturrahmi,

dan adab-adab lain yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .

5.Hilangnya penghalang terkabulnya Doa’

Ada beberapa hal yang menghalangi terkabulnya do’a. Diantaranya memakan yang haram entah itu dari sumber riba, menipu, memperlaris barang (jualan) dengan sumpah palsu, memakan harta anak yatim, dan sebagainya. Dalam shahih Muslim diterangkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang “Seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut masai, berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit (seraya berkata): Wahai Rabb, wahai Rabb, tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakayannya haram, dia tumbuh dengan yang haram, bagaimana mungkin dikabulkan permohonannya?9

Termasuk penghalang terkabulnya do’a adalah meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaiamana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa Allah Ta’ala berfirman:

يا أيها الناس, مروا بالمعروف وانهوا عن المنكر قبل أن تدعوني فلا أستجيب لكم، ، وتستنصروني فلا أنصركم, وتسألوني فلا أعطيكم

Perintahkanlah yang ma’ruf (kebaikan), laranglah dari kemunkaran, sebelum kalian berdoa kepada-Ku tapi Aku tidak kabulkan, kalian memohon pertolongan tetapi Aku tidak menolong kalian,kalian meminta kepada-Ku tetapi Aku tidak beri”.10

Jika manusia meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap diri mereka, anak-anak, keluarga, tetangga, karib-kerabat dan kepada masyarakat secara umum, maka Allah Jalla wa ‘alaa menyiksa/menghukum mereka dengan tidak terkabulnya doa mereka.

Catatan: Beberapa Kesalahan dalam Berdoa

Di sini saya ingin mengingatkan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kebanyakan orang dalam berdo’a, diantaranya;

  1. Al I’tida’ (berlebihan) dalam berdoa. Diantara bentuk I’tida’ (sikap berlebihan) dalam berdo’a adalah seorang yang berdo’a merinci dalam do’anya sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Sebagian orang mengatakan di dalam do’anya: ”Ya Allah ampunilah bapak dan ibu kami, kakek dan nenek kami, paman dan bibi kami, om dan tante kami . . . dia terus berdoa’a menyebut karib kerabatnya (secara rinci),kemudian berpindah kepada tetangga nya,lalu teman-temannya. . . demikian seterusnya.Perincian yang semacam ini tentu mengambil waktu yang tidak sedikit. Padahal cukup ia mengatakan: ”Ya Allah ampunilah kami, saudara-saudara kami, karib kerabat kami, orang-orang yang kami cintai”. Do’a secara global seperti ini lebih baik karena rahmat Allah sangat luas.

  2. Berdoa’ dengan nama (Allah) yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, seperti perkataan sebagian orang yang berdoa’: ”Yaa Ghufraan, Yaa Sulthaan),” kedua nama ini bukan termasuk nama Allah Jalla wa ‘alaa (bukan asmaul husna).

  3. Berlebihan dalam mengangkat suara saat berdo’a. Hal ini telah tersebar khususnya di zaman kita saat ini, dengan keberadaan pengeras suara, mungkin anda mendengarkan orang yang berdo’a di timur kota sementara anda berada di barat. Hal ini tidk pantas. Jika seseorang sedang mengimami shalat lalu ia berdo’a kemudian diaminkan oleh orang-orang di belakangnya, maka hendaknya ia mengangat suara sekadar dapat didengar oleh orang-orang yang shalat (dibelakangnya), tidak perlu menambah volume suara, sebab hal ini termasuk I’tida berlebihan dan merupakan pintu riya’.

Jika seseorang berdo’a sendirian untuk dirinya sendiri maka hendaknya doa’anya secara sirr (lirih) sebagaimana firman Allah tentang nabi Zakaria;

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا [١٩:٢]إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا [١٩:٣]

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Qs Maryam:2-3)

Suatu ibadah itu,semakin tersembunyi maka semakin dekat kepada ketulusan dan pengabulan (lebih makbul). (sym)

Sumber: Diterjemahkan oleh Syamsuddin Al-Munawiy dari Risalah Durus Ramadhan; Waqafat Lish Shaim, Karya Syekh. DR. Salman bin Fahd al-‘Audah hafidzahullah.


1Lih: Qs. Al-Baqarah ayat 185.

2 Surah al-Baqarah ayat 185 sebagai disebut pada catatan kaki No.1 di atas terletak dalam rangkaian ayat-ayat tetang puasa Ramadhan. Hal itu menunjukan, do’a merupakan salah satu amalan utama dalam bulan Ramadhan. Atau bulan Ramadhan merupakan waktu mustajab berdo’a sebagaimana diterangkan oleh Nabi dalam haditsnya hang shahih, diantaranya hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad telah dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang jayyid bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa salam bersabda: ”Setiap muslim memiliki do’a yang mustajabah (yaitu) do’a yang ia panjatkan pada bulan Ramadhan.

3Sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dan Nasai rahimahumallahu dari sahabat Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Do’a apa yang paling didengarkan (dikabulkan) oleh Allah?”. Rasul menjawab, “Do’a yang dipanjatkan pada tengah malam (jaufil Lail) dan di akhir setiap shalat lima waktu”. Hadits ini dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidziy, 3/167)

4 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi dengan sanad yang hasan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

   ثلاث دعوات مستجبات لا شك فيهن : دعوة الوالد على ولده ، ودعوة المسافر ، ودعوة المظلوم  

“Ada tiga macam doa yang pasti diterima tanpa syak lagi, yaitu: Doa bapak untuk (kebaikan) anaknya, doa musafir dan doa orang yang teraniaya.”

5Ada 3 macam do’a yang pasti dikabulkan, tanpa syak lagi; (salah satunya). . . do’a musafir…” (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy).

6Ada 3 macam do’a yang pasti dikabulkan, tanpa syak lagi; (salah satunya) do’a bapak untuk kebaikan anaknya” (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy).

7 Ada tiga orang yang tidak boleh ditolak doa mereka, yaitu (salah satunya) orang yang berpuasa saat berbuka, . . . (HR. Tirmidziy dengan sanad hasan)

8HR. At-Tirmidzi, al-Hakim, dan at-Thabraniy.

9HR. Muslim

10HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Gelar Tablig Akbar Virtual Darurat Satu Tahun Genosida di Gaza, Ketua Kita Palestina: Apa yang Kita Berikan Belum Cukup

MAKASSAR, wahdah.or.id - Peringati darurat satu tahun genosida di...

Terima Surat Rekomendasi dari BAZNAS RI, Wahdah Inspirasi Zakat Tandatangani Pakta Integritas

JAKARTA, wahdah.or.id - Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ) kembali mendapatkan...

Perkuat Kolaborasi Antara Lembaga Nazir, One Wakaf Hadiri Musyawarah Nasional Forum Wakaf Produktif di Bandung

BANDUNG, wahdah.or.id - One Wakaf turut berpartisipasi dalam Musyawarah...

Upgrade Ilmu Marketing Komunikasi Para Direksi Usaha Wahdah, Bidang VII Hadirkan Pakar Periklanan untuk Sharing

MAKASSAR, wahdah.or.id – Pertemuan antara para Direksi Badan Usaha...