Erwin Sultan : Humas PP WI
(Dimuat Harian Fajar, Senin 2/10/06 Hal.8, Kolom :Kalam)
Keberadaan bulan ramadhan dalam setiap tahunnya, hendaknya menyarankan kaum muslim untuk semakin meningkatkan frekuensi interaksi kita terhadap alquran dengan menambah intensitas untuk membaca serta penghayatan dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud keberimanan kita kepadanya. Al quran diturunkan pada bulan ramadhan dan ditambah lagi adanya malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dimana ganjaran beribadah pada malam itu lebih baik daripada ganjaran beribadah seribu bulan diluar Laitul Qadar.
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersama malaikat jibril mengecek kembali bacaan dan hapalan alqur’an pada bulan Ramadhan sekali dalam setahun, kecuali tahun terakhir menjelang wafatnya beliau, hal itu dilakukan sebanyak dua kali. Perhatian yang sangat besar dari beliau inilah yang kemudian diteladani oleh para shalaf asholeh rahimahumullah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa memperbanyak membaca alqur’an dibulan Ramadhan baik dalam shalat maupun diluar shalat. Imam Al – zuhri rahimahumullah ia berkata bahwa inilah bulan tilawah dan memberi makan kepada orang yang berpuasa.
Iman Malik Rahimahullah meninggalkan pembacaan hadits-hadits dan majelis-majelis ilmu pada bulan ramadhan dan hanya menekuni bacaan alquran langsung dari mushaf. Qatadah rahimahumullah selalu menamatkan Al qur’an dalam waktu tujuh malam dan dibulan ramadhan setiap tiga malam. Kemudian pada sepuluh terakhir ramadhan beliau menamatkan setiap malam. Inilah sebagian dari gambaran tradisi ulama shalaf bagaimana maksimalnya interaksi mereka dengan al-qur’an pada bulan Ramdhan. Seolah-olah dari sanalah muncul sumber kekuatan yang menghidupi hati-hati mereka dengan hidayah dan ketaqwaan, membiasnya amalan-amalan sholeh yang teramat mempesona bagi kehidupan mereka. Sangat tepatlah kalau kita mencontohi kehidupan mereka semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaat dari ibadah puasa dan Al-Quran. Amin yaa rabbal alamin.