Puasa adalah sebuah ibadah agung yang menjadi kewajiban setiap insan ketika memasuki bulan Ramadhan. Puasa yang dilakukan seorang hamba pun harus dijalankan dengan baik agar memperoleh puasa yang berkualitas. Puasa yang berkualitas akan memperoleh pahala yang berkualitas pula namun puasa yang tidak berkualitas maka tidak akan mendapatkan nilai.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda akan hal ini :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR. Tabrani).
Diantara cara yang dapat kita lakukan agar memperoleh puasa yang berkualitas adalah :
1. Menghindarkan Diri Dari Hal-Hal yang Dapat Membatalkan Puasa
Puasa seseorang dapat berkualitas jika yang paling pertama adalah memenuhi kriteria sah nya puasa yang dilakukan. Maka kita harus mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa yaitu makan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, haid dan nifash, keluarnya cairan sperma dengan sengaja, berniat membatalkan puasa dan berjima di siang hari.
2. Menghindarkan Diri Dari Hal-Hal yang Dapat Menjadikan Puasa Sia-Sia
Sangat merugi seseorang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala dari puasa yang ia tunaikan. Beberapa hal yang dapat menjadikan puasa menjadi sia-sia adalah :
– Tidak Ikhlas Dalam Berpuasa
Seseorang yang berpuasa bukan karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala maka puasanya akan menjadi sia-sia saja. Ia berpuasa hanya karena musiman, ikut-ikutan atau karena tujuan duniawi yang lain. Padahal Nabi telah sebutkan bahwa :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari).
– Berbohong
Berkata dusta adalah hal yang membuat puasa seseorang menjadi tidak memiliki nilai. Sangat rugi ketika seseorang sedang puasa tapi ia pun masih terjerumus melakukan perkataan dusta dalam kondisi ini khususnya.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلُ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya” (HR. Bukhari).
Imam Suyuti menyebutkan bahwa az zuur memiliki makna perkataan dusta sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah Ta’ala larang.
– Sumpah Palsu
Seseorang yang melakukan sumpah palsu maka puasanya akan sia-sia karena tergolong dari perkataan dusta dalam memberikan suatu pernyataan sebagaimana dalam HR. Bukhari di atas bahwa perkataan dusta diantara sebab puasa tak memiliki nilai. Namun hal yang tak kalah penting bahwa sumpah palsu termasuk perkara dosa besar dalam Islam.
– Melakukan Perbuatan Penipuan
Perbuatan menipu semisal mengurangi takaran timbangan, korupsi, pemalsuan data dapat termasuk dalam hal amalan dusta yang membuat puasanya akan sia-sia karena tergolong dari konsekuensi perkataan dusta dalam bentuk amalan sebagaimana dalam HR. Bukhari di atas bahwa perkataan dusta dan konsekuensi dari amalan itu diantara sebab puasa tak memiliki nilai.
– Berkata Sia-Sia Tidak Berfaedah
Perkataan sia-sia yang tidak memiliki faedah jika dilakukan seseorang maka akan menjadi sebab puasanya sia-sia saja. Ia sedang berpuasa tapi masih saja berbicara hal-hal yang sifatnya tidak bermanfaat. Ini penting pula untuk kita ketahui.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa” (HR. Ibnu Majah).
Dalam kitab Fathul Bari, makna lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak memiliki manfaat dan makna rofats adalah sebuah kata-kata yang sifatnya porno.
– Berkata Keji/Kotor
Perkataan keji/kotor dapat menjadikan puasa seseorang menjadi tak memiliki nilai.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji/kotor dan berteriak-teriak, jika seseorang mencaci makinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq ’Alaih).
– Mengumpat/Berteriak-Teriak
Seseorang yang mengumpat atau berteriak-teriak dapat membuat puasanya menjadi sia-sia sebagaimana dalam hadist Muttafaq ’Alaih di atas. Walaupun kita ketahui bahwa perbuatan ini termasuk perbuatan tercela. Maka tinggalkanlah perbuatan ini.
– Melakukan Caci Maki
Orang-orang yang melakukan caci maki dapat membuat puasanya menjadi sia-sia sebagaimana dalam hadist Muttafaq ’Alaih di atas bahkan jika kita mendapatkan caci maki maka ucapkanlah saya dalam kondisi berpuasa. Hindarilah perbuatan saling caci maki ini.
– Mengajak Bertengkar
Melakukan pertengkaran pun masuk dalam kategori yang menjadikan puasa kita tak memiliki nilai sebagaimana dalam hadist Muttafaq ’Alaih di atas. Maka jika terjadi perselisihan hendaknya kita menghindar dan mencari kondisi yang tepat untuk melakukan klarifikasi untuk mendapatkan solusi yang baik.
– Berbuat Dosa dan Maksiat
Seseorang yang sedang puasa tidak boleh hanya meninggalkan makan dan minum saja tapi juga harus menjauhi hal-hal kemaksiatan Kepada Allah Ta’ala.
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zhalim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”
Orang-orang yang sedang berpuasa hendaknya mejaga dirinya untuk terhindar dari hal-hal yang dapat membuat nilai puasa bisa menjadi sia-sia. Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan sebuah nasihat yang sangat berharga : “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”
3. Melakukan Amalan Shaleh Selama Ramadhan
Faktor yang penting juga agar kita memperoleh puasa yang berkualitas adalah dengan senantiasa berada di atas ketaatan dengan ibadah-ibadah kita dalam bulan Ramadhan ini. Banyak amalan yang senantiasa dapat kita lakukan agar kita memperoleh puasa yang berkualitas.
Sholat Malam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa melaksanakan sholat malam di bulan Ramadhan (Sholat taraweh) atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni (HR. Bukhari Muslim).
Dermawan dan membaca Al Qur’an. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR.Bukhari).
Melaksanakan i’tikaf. Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata bahwasanya Nabi biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah (HR. Bukhari Muslim).
Berumrah. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang wanita dari kalangan Anshar, apa yang menghalangimu untuk haji bersama kami ? Wanita itu menjawab, kami mempunyai onta yang kami pergunakan untuk mengairi. Lalu Abu Fulan menaikinya, begitu pula anak onta itu bagi istrinya dan anaknya dan dia meninggalkan seekor unta agar dipergunakan untuk mengairi. Beliau berkata apabila datang bulan Ramadhan, maka umrahlah pada bulan itu, karena umrah pada bulan Ramadhan serupa dengan haji” (HR. Bukhari).
Puasa yang dilakukan setiap hamba tentu berharap memperoleh pahala yang berkualitas. Maka kita berdoa Kepada Allah Ta’ala kiranya dikaruniakan puasa yang berkualitas dan kita pun menempuh petunjuk Islam untuk memperoleh kebaikan tersebut. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga senantiasa mendapatkan keberkahan.
Oleh: Reo Adi Syahputra, S.Si (Kepala Sekolah SMA Ibnu Abbas Muna)