Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Bachtiar Nasir mengajak kaum Muslimin untuk memilih pemimpin yang menolog agama Allah dan dekat dengan Al-Qur’an. Alasannya karena logika kepemimipinan dalam Al-Qur’an adalah pemberian dan pertolongan Allah. “Dalam Al Qur’an yang namanya menang, yang namanya kuat, hanya satu yakni pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” katanya dalam acara talk show “Memilih Pemimpin Berkarakter Qur’ani” di panggung utama IBF 2013, Istora Senayan Jakarta, Selasa (5/3).
Statement tersebut merujuk kepada firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, “Idza Jaa a nashrullahi wal fath, Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS-An-Nashr:1). Oleh karena itu, “tidak ada yang bisa menolong selain Allah. Tidak ada yang bisa menghalangi datangnya pertongan Allah”, sambungnya. Dalam ayat lain Allah tegaskan (sebagimana dikutip oleh ustad Bachtiar), ‘’Walayanshurannallaahu man yanshuru, sungguh, Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong-agama-Nya”. Jadi, tugas kita adalah mengundang datangnya perolongan Allah agar menganugerahkan kepemimpinan kepada kita. Sebab, “kekuasaan adalah milik Allah”, pungkasnya.
Akan tetapi bisa saja Allah menghendaki seorang memimpin dan berkuasa, meski tidak dicintai –Nya. Sebagaimana dalam surah Ali- Imran ayat 17, “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki”. “Ada pemimpin yang dikehendaki oleh Allah, mesti tidak ditolong dan dicintai oleh Allah”, komentar UBN terhadap ayat ini.
Oleh karena itu piminan Arrahman Qur’an Learning (AQL) Center ini, menghimbau umat Islam agar mencari pemimpin yang bisa mengundang pertongan Allah dengan menolong dan memenangkan agama Allah. “Siapapun; partai, lembaga, ormas Islam yang ingin memimpin hendaknya menolong dan memanangkan agama Allah”, himbaunya lagi. Sebab, sambungnya, Islam adalah perkara terpenting dalam hidup ini, seperti diterangkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Ra’sul amri al-Islam, wa ‘amuduhu ash-shalah, wa dzirwatu sanamihi al-jihadu fi sabilillah; Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah’’.
Sebagai solusi dan langkah konkrit melahirkan pemimpin berkarakter Qur’ani, umat Islam memluai dari diri masing-masing. Sebab, setiap pribadi Musim memilki potensi dan kemampuan untuk memimpin. “Yang dibutuhkan adalah meningkatkan kwalitasnya dan menambah voulumneya, kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Islam Madinah ini. Langkah konkritnya adalah (1)Memulai dari diri sendiri dan keluarga selalu dekat dan akrab dengan al-Qur’an. “Siapkan waktu untuk membaca Al Qur’an paling tidak sehari satu juz, setengah di waktu pagi, setengah di malam hari, dan luangkanlah waktu untuk mentadaburi Al Qur’an paling tidak sehari satu ayat,” (2) Semua pihak harus berkomitmen dan berusaha untuk enciptakan komunitas dan masysarakat yang meng-khidmat Al-Qur’an, yang pada akhirnya akan lahir ummat yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an. (3)Melahirkan ulama-ulamaal-Qur’an. Ini membutuhkan kerjasama dan sinergitas semua pihak baik ulama, penguasa, pengusaha dan sebagainya.
Di akhir paparannya, sekjen MIUMI menyampaikan apresiasi dan terimkasih kepada beberapa lembaga dan eleman umat Islam yang selama ini telah bekerja untuk kemajuan Islam. Beliau menyebut –sebagai contooh- salafiyyin, Jama’ah Tabligh, dan aktivis da’wah siyasi yang masuk parlemen. “Saya berterima kasih kepada saudara-sauadara saya para salafiyyin yang telah menda’wahkan tauhid dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Meski yang memberi stigma negatif terhadap mereka; kaku, eksklusif, keras, dan sebagainya. Tapi mereka telah berjasa menjaga sunnah Rasulullah. Saya juga berterimakasih kepada para politisi Muslim yang masuk sebagai infiltrator dalam sistem yang ada sekarang. Saya berterimakasih juga kepada saudara-saudara saya di Jamaa’h tabligh yang telah berda’wah mengajak umat untuk shakat berjama’ah. Saya tidak tahu, andaikan tidak ada mereka maka masjid-masjid yang ada akan roboh karena tidak memiliki jama’ah.
Apresiasi UBN terhadap lembaga-lembaga tersebut turut dimani oleh Ustad Muhammad Zaitun Rasmin (inisiator dan wakil ketua MIUMI) yang di kahir acara diminta untuk turut menyampaikan pandangan tentang konsep dan kriteria pemimpin berkarakter. Qur’ani. Ustad Zaitun mengatakan bahwa sikap positif thinking yang ditunjukan oleh UBN dalam melihat lembaga-lembaga Islam yang ada harus terus dikembangkan. Sebab hal itu merupakan modal untuk mewujudkan persatuan dan kepemimpinan umat pada masa yang akan datang. Karena tidak mungkin membubarkan lembagalembaga tersebut. Tidak mungkin pula memaksakan organisasi-organisai yang memfusi menjadi satu. “Kami juga tidak sepakat dengan sikap sebagian orang yang menafikan peran lembaga dan omas Islam. Bahkan ada yang menganggap bahwa sulitnya mwujudkan persatuan umat karena banyaknya lembaga Islam. Kita tidak sepakat dengan pendapat itu”, terang ketua DPP Wahdah Islamiyah ini. Pada kenyataanya lembaga dan ormas-ormas tersebut dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya telah bekerja untuk kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin. “Bahkan tidak sedikit yang masuk Islam melalui da’wah kelompok-kelompok tersebut”, lanjutnya.
Oleh karena itu alumni pengurus Komisi Luar Negri MUI tersebut mengajak kaum Muslimin untuk tetap optimis. “Kita harus optimis, masa depan adalah milik Islam. Tidak lama lagi –insya Allah- akan lahir pemimpin harapan. Sedangkan peradaban Barat yang saat ini masih berkuasa makin terpuruk”, paparnya. Beliau menyebutkan tiga bukti; pertama, Kembalinya kaum Muslimin kepada Islam diberbagai belahan dunia yang terjadi secara massif. Termasuk kembalinya orang-orang Islam yang belajar di Barat. Kedua, Semakin banyak orang-orang yang masuk Islam, dan Ketiga, Prosentasi jumlah kaum Muslimin yang makin meningkat. Ini adalah modal kebangkitan yang harus membuat kita optimis, yang disambut dengan pekikan takbir oleh ratusan hadirin yang hadir di panggung utama IBF 2013. (Sym).