Aku dan Wahdah Islamiyah
(Perkenalan yang Indah)
Cuplikan naskah peserta lomba menulis Wahdah Islamiyah 2016
Oleh Ummu Azzam
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)
Suasana saat itu, begitu mencekam,,, bagaimana tidak, teriakan kakak-kakak senior, seakan-akan memakan kami hidup-hidup, cacian dan hujatan, kerap terdengar,,bahkan nama kami semua di ganti menjadi nama terjelek, nama saya diganti menjadi “phobia”, nama tersebut di tulis besar di sebuah karton dan digantungkan di leher, nasib serupa terjadi pada semua teman seangkatan saya, yaah,, ini adalah kehidupan ospek (orientasi pengenalan kampus), pergi pagi-pagi buta, kalau perlu sholat subuhnya di masjid kampus, agar tidak mendapatkan cacian atau tamparan dari senior, pulang nantinya setelah hari menjadi gelap, sudah menjadi nasib mahasiswa baru untuk melalui itu semua,,,
di dalam fakultas ku berdiri bangunan kecil, sederhana namun bersahaja, disebut sebagai mushallah Asy-syifaa ukurannya (pada saat itu) kurang lebih 3 x 5 meter, lumayan kecil untuk menampung mahasiswa baru dengan jumlah 250 orang, plus di tambah kakak senior, sehingga saat shalatpun kami harus bergantian,,, kenapa kusebut bersahaja, karena atmosfernya 380 derajat terbalik dengan apa yang kami alami di luar mushallah,, di sana, kami tidak menemukan teriakan, namun senyum ramah kakak senior, padahal kalau mau dipikir, mereka juga menyandang status senior, so,, mereka juga berhak melakukan apa yang para senior senior lakukan di masa orientasi… Tapi mereka malah menyambut kami, yang setiap shalat dhuhur dan ashar di mushollah tersebut, dengan sangat ramah, senyum senantiasa merekah lebar, tangan senantiasa terbuka seakan hendak mendekap kami yang ringkih akibat seharian di -bully- oleh senior-senior di luar mushallah, tak lupa juga wejangan singkat sehabis shalat berjamaah di sampaikan oleh senior-senior tersebut bergantian, cuman sayang,, penampilan mereka rada aneh menurutku, jilbab kok, sampai melewati lutut, tak jarang juga mereka menutup wajah,, apakah betul mereka adalah calon dokter?? Hatiku membatin,,,
Saat pengenalan organisasi, dimana kami para junior akan memilih kira-kira memasuki kegiatan ekstrakokurikoler yang mana sebagai persyaratan lulus kelak, ada beberapa pilihan yang telah tertambat di hati ku, yang pertama menjadi anggota BEM ( Badan eksekutif mahasiswa) tampak anggota-anggotanya terlihat cool, dewasa dan perhatian pada kasus-kasus mahasiswa plus mereka pandai ber-orasi , kedua TBM Calcaneus (Tim Bantuan Medis) kalau yang ini, karena jiwa petualang ku yang masih menggebu-gebu, ya mereka kerap berpetualang ke gunung-gunung, kamping dan semacamnya, dan mereka juga melakukan kegiatan sosial dalam bantuan medis untuk daerah-daerahnyang terkena bencana,,dan yang ketiga ikut menjadi anggota beladiri KEMPO, Hal ini karena sewaktu SMA dulu aku pernah bergabung di Tae Kwondo kampus dekat rumah, aku merasa akan nyaman untuk bergabung di seni beladiri ini.
Suatu hari, masih pada masa orientasi, kami dikumpulkan oleh senior yang berasal dari mushallah, kami dipisahkan antara lelaki dan perempuan, pemberi materi pun berbeda, kalau laki-laki pematerinya senior laki-laki, dan begitu pula sebaliknya,, mereka memperkenalkan mushallah dan memberikan materi tentang pentingnya ilmu islam dan pentingnya syahada. Setelah perkenalan dan materi, kami pun di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil, kemudian kami di suruh untuk membaca al-qur’an satu-persatu, tak jarang juga bacaan kami diperbaiki, semua dilakukan dengan lemah lembut, tanpa teriakan dan ancaman,,sangat santun dan ramah, jujur aku menyukai peringai dan sifat dari seniorku ini, apakah karena mereka mempelajari islam sampai mereka sedemikian baiknya terhadap kami?? Sungguh ini perkenalan Islam yang indah,,,,
Setelah sesi mengaji maka kami diminta memperkenalkan diri masing-masing, termasuk nomor telpon rumah, saat itu yang memiliki Handphone masih sangaat sedikit, maklum handphone saat itu termasuk barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang. Setlah itu, kami di ajak untuk melanjutkan pelajaran mengaji tadi, di luar jadwal kampus, waktu dan tempat pun di tentukan, aku merasa senang karena setidaknya bisa memperbaiki sedikit bacaan mengaji, meskipun sudah lancar ternyata penyebutan huruf hijaiyah ku kerap salah, dan kesalahan ternyata tak jarang membuat makna berbeda, setelah tahu itu semua aku pun janji akan terus ikut pelajaran yang dijadwalkan tiap pekan itu.
Akhirnya, tak terasa sampai juga di penghujung acara orientasi, saya ingat betul pada malam terakhir itu, kami semua di suruh berjongkok, tak boleh ada kepala yang menengadah, manakala terdapat di antara kami yang menengadah maka habislah wajah ini di tampar, dan tidak memandang bulu baik laki-laki maupun perempuan,
Sambil berjongkok ternyata kami di siram oleh campuran telur yang kami bawa sendiri, namun telur tersebut harus di lobangi oleh jarum, kemudian disimpan selama 3 hari,, bagi teman yang tidak membawa tugas yang di berikan, maka teman tersebut harus kengkreng selama sesuai kehendak senior, ada beberapa dari kami yang pingsan karena keletihan..
Malam semakin larut, dan kami akhirnya di pulangkan waktu itu sekitar jam sepuluh malam, tentu saja angkutan umum tak ada yang mau mengambil kami, karena bau kami yang menyengat,,,mengingat kejadian itu semua, aku sunggu tak hanis pikir, dari serangkain kegiatan orientasi ini,, adakah yang bisa diambil pelajaran?? yang ada kami hanya letih, lelah dan L lainnya,,, sungguh pengenalan kampus dengan metode seperti ini tidak memberi manfaat sama sekali, berbeda yang dilakukan oleh kakak senior di mushallah. Mungkin tak ada salahnya jika pilihan ke empatku, dalam memilih eks-kul adalah bergabung dengan kakak-kakak senior di mushallah.. Yah,kita liat nanti, pikirku.
Sungguh, aku mencintaimu karena Allah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ
“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542, shahih kata Syaikh Al Albani)
Hari-haripun berlalu, kulalui sebagai mahasiswa baru, setiap tiba waktu sholat, seakan itu adalah waktu istirahat yang berharga, dan tempat yang paling nyaman saat itu menurutku adalah mushallah, gimana tidak,, kakak-kakak senior seakan menganggap kami adik kandung sendiri, sering,, saat dalam keadaan lelah,, kami diberi penguatan,, diberikan bahu untuk bersandar, diberikan paha untuk dijadikan bantal sebagai pelepas penat,,, sunngguh, kasih sayang itu, membuat aku semakin mencintai mereka,, perlakuan mereka melebihi perlakuan saudara kandungku sendiri,, akhirnya kurutinkan pengajian yang telah disepakati dalam sepekan, awalnya kami banyak, sekitar 20-an orang dalam satu kelompok, namun, lambat laun yang bisa bertahan cuman 5 sampai 7 orang diantara kami,
Terkadang akupun merasa keteteran dengan kesibukan perkuliahan, sehingga tidak jarang juga aku absent dari pengajian tersebut,,,
Ketertatikan ku pada seni bela diri masih ada, dan akupun mulai bergabung di Kempo, awalnya, kempo adalah ekskul yang wajib bagi mahasiswa baru, namun karena aku suka dengan ilmu bela diri, maka, aku rajin ikut pelatihan nya,, hitung-hitung menjaga diri jika ada gangguan dari laki-laki iseng, maklum, setiap hari kami harus pulang malam, karena tugas kuliah yang terasa tidak ada habis-habisnya. Kegiatan kampus dengan segala kesibukannya membuatku terlena, membuatku lupa akan niatku mempelajari bacaan al-qur’an.
Suatu hari, sambil duduk menunggu kuliah berikutnya, kakak senior dari mushallah datang dan menyapa kami,, dengan ramahnya, kakak tersebut menanyakan kabar dan mengajak kami kembali ikut pengajian yang pernah disepakati, saat itu, aku menanggapi dengan lemas, dengan alasan begitu banyaknya tugas kuliah, asistensi dan laporan, sehingga rasa-rasanya terlalu lelah untuk kembali belajar di sore harinya..
Kakak tersebut menimpali dengan lembut, dan mengatakan pengajian itu hanya sebentar saja, paling lama 15 menit,,, yaah, akhirnya kululuh juga dengan kelembutannya dan mengiyakan nya,,, toh 15 menit ini.. Tidak lama kok, pikirku. akhirnya akupun mulai menyempatkan ke pengajian rutin tersebut (kami biasa menyebutnya tarbiyah dan senior yang mengajarkannya kami sebut murabbiyah) akupun sudah mulai terbiasa dengan pakaian para kakak senior yang sering berada di mushallah, tak lagi merasa risih dengan pakaian yang mereka pilih, apalagi murabbiyahku yang hanya matanya saja yang kelihatan,, tidak nampak tanda-tanda bahwa beliau juga mahasiswi kedokteran,,
Rumah murabbiyahku saat itu, ternyata searah dengan ku, sehingga kami sering naik angkutan umum bersama-sama, di dalam angkutan umum.. setiap ada musik yang diperdengarkan, pasti kuikuti liriknya, dilengkapi dengan hentakan kaki, seakan aku sangat menikmati musik yang disajikan, tak jarang juga ku memilih-milih angkutan umum yang hendak kunaiki, kalau sound system nya nge bass itulah angkutan yang kucari, kebiasaan ini terbawa sejak dari SMA , aku dulunya seorang gitaris plus vokalis yang biasa latihan bersama teman-teman band di SMA, meski tak sering-sering amat, karena aku masih sadar, mempertahankan prestasi sekolah tidak semudah sewaktu SD dan SMP, sehingga hobby tidak boleh mengalahkan prestasi di sekolah. Murabbiyahku yang melihat tingkah ku hanya diam,,, sepertinya, dia tidak suka musik,, karena kulihat tampak matanya tak ingin memandangku saat kulakukan itu semua
Keesokan harinya, hari itu adalah hari jum’at, dan sudah menjadi kebiasaan, saat laki-laki jum’atan, kami para wanita berkumpul di mushallah dan mendengarkan kajian jum’at yang dibawakan oleh para kakak senior,, saat itu giliran murabbiyahku yang memberikan materi, beliau pun mengangkat materi tentang hukum mendengarkan musik. Hati ku berdegup kencang, mendengarkan setiap perkataannya, santun namun menusuk, beliau membawakannya dengan ringan sangat mudah dicerna, sehingga terasa berat kurasa,,, ternyata persepsi ku tentang musik selama ini salah, yang kupahami musik adalah penenang jiwa, penghibur dikala gundah, dan penyemangat di kala senang, begitu dekatnya aku dengan musik… Menurut murabbiyahku, penenang hati adalah al-qur’an, begitu pula penghibur dikala gundah dan penyemangat dikala senang… Semua persepsiku terpatahkan dengan argumen-argumennya yang dilandasi pada al-qur’an dan as-sunnah… Entah kenapa, seakan ada yang merasuki jiwaku kala mendengar kata-katanya, hatiku semakin gelisah mendengar nasehatnya, , ada rasa yang membuncah untuk lebih dalam lagi mengenal agama ini, agama islam yang kudapati sejak lahirku dari orang tuaku namun terasa asing, dengan segala anjuran dan larangannya,,, sebegitu dangkal nya kah ilmuku??
Terbayang lagi saat kemarin bersamanya dalam angkutan umum itu, beliau tidak menegurku secara langsung, karena kuterlalu terlumat dalam buaian musik tersebut, mungkin jika beliau menegurku secara langsung, aku akan mengambil jarak jauh dari tarbiyah dan murabbiyahku itu, dan menganggap aneh dengan semua tegurannya,,, namun kesantunan nya dalam memberikan teguran, yang tidak secara langsung tertuju padaku,, membuatku terharu, betapa baiknya akhlakmu, dalam menegurku, karena tak ada yang tahu, hanya engkau, aku dan Allah yang tahu,,, terimakasih murabbiyahku sayang, itu adalah awal mula hidayah menyapaku.. sungguh aku mencintaimu karena Allah.
Aku dan Wahdah Islamiyah
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf : 108)
Sejak saat itu, akupun mulai beralih ke musik islami, membeli kaset-kaset nasyid yang sebelumnya sudah di tanyakan kebolehannya pada murabbiyah ku, karena banyak juga nasyid yang tidak direkomendasikannya, dan aku juga disarankan untuk membeli beberapa kaset murattal, agar yang kudengar tak hanya nasyid melulu, namun juga bacaan al-qur’an, dan lagi dalam tarbiyah, ada tugas hafalan, sehingga ketika seringnya kita mendengarkan al-qur’an maka semakin mudah kita menghafalkannya.. Akupun mulai berubah, yang dulunya memiliki banyak teman laki-laki dan kuanggap hal itu biasa, toh aku hanya berteman dan tak lebih, maka setelah ter-tarbiyah aku mulai menghindar dari teman laki-laki,, kupilih untuk tak berjabat tangan dengannya, terkadang ada yang iseng seakan tak menerima dengan perubahan ku, namun aku tetap berlalu tak peduli dengan kicauannya,, perubahan juga dirasa oleh orang tuaku, karena aku tiba-tiba semakin rajin, tanpa disuruh pun, aku akan menyapu dan membersihkan rumah, mencuci piring dan segala kerjaan rumah yang dulu malas ku kerjakan dengan alasan aku sibuk dengan kuliahku,,, sebenarnya perubahan di rumah atas saran murabbiyahku agar perubahan hijabku dapat di terima oleh orang tua,,,
Dan tibalah saat kuajukan proposal pada orangtuaku untuk merubah model jilbab yang kukenakan, alasan yang kubuat adalah agar lebih praktis saat di kenakan, tidak perlu banyak memakan peniti dan pentul untuk membentuknya,, karena perubahan ku yang baik, dengan mudah proposalku di ACC oleh orang tua, jilbab ku dijahitkan oleh ibuku sendiri, maka saat itu aku resmi berjilbab syar’i, terimakasih ya Allah atas kemudahan ini,,,
Semakin lama aku bergelut di mushallah semakin, aku mencintai agama ini, semakin jauh keinginan untuk masuk BEM, apalagi TBM, Kempo pun akhirnya kutinggalkan,, semakin erat pula jalinan persaudaraan kurasa, apalagi dalam satu angkatanku, banyak yang mengikuti tarbiyah dan menjadi pengurus mushallah, kenangan terindah yang tak terlupakan seumur hidup, sampai detik ini,, tawa kami, tangis kami, ada di mushallah tersebut, bersama-sama saling menguatkan dan saling menasehati, semua terjalin karena Allah..masih lekat dalam ingatanku, bagaimana satu porsi makanan di bagi 5 orang, saat itu, mushallah kami pas berdampingan dengan warung pasca sarjana, menyajikan makanan yang murah meriah, dan penjual nya adalah ibu seorang ustadz yang biasa memberikan pengajaran pada kami, salah satu ustadz dari wahdah islamiyah, sehingga jika seorang akhwat membeli seporsi makanan, maka si ibu akan melebihkan makanannya dan mengenyangkan 5 orang, selain porsinya banyak, rasanyapun juga uennakk,,,sangat pas bagi ku yang tidak berlebih dalam keuangan dan penikmat makanan,, jazakillah khaer bu,, kami tak pernah lupa dengan hal itu,,
Satelah lama berada di mushallah akupun diperkenalkan dengan organisasi wahdah islamiyah,, ternyata, semua mushallah yang ada di kampusku adalah binaan wahdah islamiyah, tak heran, jika kegiatan seminar yang kami adakan senantiasa mengundang asatidz dari wahdah islamiyah, dan murabbiyah ku sendiri adalah pengurus lembaga muslimah, lembaga yang khusus mengurus urusan wanita, dibawah naungan wahdah islamiyah, hal ini baru ku ketahui setelah tarbiyah ku menginjak tahun kedua, saatnya naik kelas (kami biasa menyebutnya marhalah) saat itu aku naik tingkatan kedua yaitu marhalah tamhidiyah, murabbiyah ku berganti, dan tempat tarbiyah kami bukan lagi di dalam mushallah kampus, terkadang di rumah murabbiyah kami, terkadang di rumah salah seorang teman.
Disinilah awal mula kumengenal wahdah islamiyah, selama ini tak sadar dengan sepak terjang organisasi ini, karena tanpa sadar, aku mendapat hidayah melalui kader-kader nya. Masih kuingat awal-awal kumengenal wahdah islamiyah, sempat heboh di kampus, karena di sebutkan organisasi bid’ah, wal iyadzubillah, pengedar rumor pun tak lain dari kalangan yang mengaku dirinya bermanhaj ahlussunnah wal jamaah dan mengaku mengikuti jejak para salaf, namun herannya, fitnah yang dilontarkan dan segala keburukan yang disampaikan oleh penceramah dalam kaset yang beredar itu, tidak memiliki landasan, banyak dari teman-temanku menelan bulat-bulat fitnah tersebut dan membenci untuk bergabung di kelompok pengajian kami, padahal organisasi yang mengusung dakwah ilallah, yang bergerak dalam perbaikan akhlak, dan ibadah, masa’ sih disebut organisasi yang buruk?? Dan selama menjadi kadernya, aku pribadi merasa, tak ada yang aneh dalam pengajarannya,program-program yang ada, adalah murni untuk dakwah, bergerak di bidang sosial dan pendidikan, dan lagi perubahan yang kualami, mampu mencengangkan keduaorangtua ku dan kawan-kawanku, karena mereka melihat aku dahulu dan sekarang. Sehingga saat fitnah itu melanda, kutepis semua, dan ku tetap bertahan dalam organisasi ini, dan mengambil bagian dalam perjuangannya. menyatukan dan memperbaiki ummat,insyaAllah
Akupun sadar sepenuhnya untuk tetap dalam jamaah,,, “memperjuangkan kebaikan ini tidak bisa dilakukan oleh person-person, betapa banyak kita melihat ustadz-ustadz kondang yang majelisnyadi dihadiri oleh ribuan orang, namun orang-orang yang hadir tersebut tidak mampu di-organisir untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, sehingga kita butuh wadah untuk membentuk pribadi-pribadi kader yang mau berjuang bersama, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar,,, dan sejarah membuktikan, kesuksesan pembentukan kader ada di zaman generasi para salaf, yakni zaman para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, dan organisasi wahdah islamiyah, mencontohi nya sehingga, organisasi ini murni mengusung ahlussunnah wal jamaah”Kurang lebih seperti itu penjelasan murabbiyah ku…
Dan akupun mengambil benang merah dari yang dikatakan murabbiyah ku itu,, lihatlah adab yang diajarkan kepada kami kadernya, untuk tetap menjaga jarak kepada lain jenis, meski kami bersama-sama aktif sebagai panitia dalam kegiatan-kegiatan seminar dan tabligh akbar, namun, musyawarah senantiasa dilakukan di balik hijab, tak ada tatap muka, sehingga virus yang bisa merusak hati setidaknya bisa di hindari. Sungguh berbeda kurasa dengan organisasi islam yang lain di kampusku,,, pernah sekali aku mengikuti organisasi lain di kampus, akibat tak enak dengan teman yang senantiasa mengajak, tapi betapa risihnya hati ini, kala musyawarah dilakukan, ikhwa dan akhwatnya berhadap-hadapan, dan bebas mengeluarkan pendapat tanpa malu untuk menatap muka satu sama lain, betapa malunya diriku, karena ku merasa seakan mata ikhwa memandang padaku, meski sebenarnya tidak, namun perasaan ini betul-betul tidak karuan jadinya, tak henti-hentinya ku tutup wajahku dengan kain jilbabku dan akhirnya kuputuskan untuk tak ikut-ikutan lagi, karena aku telah terbiasa dengan musyawarah dengan ikhwa di balik hijab.
Dan inilah organisasi tersebut, wahdah islamiyah, bersama dengan teman seperjuangan dalam organisasi ini, kami berusaha mengambil peran dalam perjuangannya, untuk meng-eksiskan ahlussunnah waljamaah di seluruh indonesia, karena kumerasa,,, inilah jalanku….
Habis Gelap terbitlah Terang
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
(maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, QS. Al-insyirah 5-6)
4 tahun akhirnya berlalu, dan aku memasuki dunia koas yang lebih sibuk lagi ketimbang dunia perkuliahan, kami para akhawaat harus menghadapi antipati dari para dokter supervisor dengan pakaian yang kami kenakan,
terkhusus dalam kamar operasi,ada persyaratan pakaian yang harus di kenakan di kamar operasi, yakni pakaian OK, kami diharuskan memakai penutup kepala, tak boleh memakai jilbab, baju operasi harus yang berlengan pendek agar sterilisasi terjaga, dan harus memakai celana panjang agar mudah dalam bergerak,, tentu saja ini sangat bertentangan dengan prinsip kami yang telah mengilmui hijab wanita muslimah,,
Namun, berkat pertolongan Allah jualah, dan kemauan keras dari kami, untuk mensiasati pakaian yang kami kenakan dikamar operasi, maka kami bisa masuk kamar operasi dan tetap tertutup rapi, setelah sebelumnya kami memodifikasi pakaian OK kami,, untuk penutup kepala, kami mengambil jilbab sedada dan tetap ditambahkan penutup kepala, untuk pakaiannya kami tetap mengenakan lengan panjang, dan tidak mengindahkan instruksi dari kamar operasi untuk memakai lengan pendek, dan untuk celana, kami siasati dengan menambahkan kain panjang luar, jadi sebenarnya rok, namun jika rok disingkap tampak lah celana OK,, kami lakukan semampunya untuk tetap berada di koridor syar’i,
Konsekuensi yang kami terima dari memodifikasi pakaian kami adalah, kami harus main kucing-kucingan dengan supervisor, karena jika kedapatan, kami akan di usir dari kamar operasi, dan buntut-buntutnya berimbas pada lamanya kami menyelesaikan pendidikan dokter ini,,, kurasakan disinilah ujian terberat itu.
Belum lagi, pergaulan dengan teman koas laki-laki yang tak bisa dihindari saat itu, karena kami ditempatkan pada satu ruangan kamar ukuran nya sekitar 3×5 meter, tempat kami istirahat untuk sekedar melepas lelah., tak ada hijab, tak ada sekat, semua bergabung di dalamnya, wal iyadzubillah,,kami hanya bisa mensiasati semampunya dan jaga jarak untuk hal-hal yang tidak perlu.
Dengan kondisi seperti ini ku mulai merasa terpuruk, apalagi dengan segala kesibukan koas, dinas pagi, jaga siang atau malam, membuatku jarang menghadiri tarbiyah, ruhiyah terasa kering dan hampa..,
Pada saat itu, pertolongan Allah kembali datang menghampiri, melalui murabbiyah pertamaku, akupun di perkenalkan (ta’aruf) dengan seorang ikhwa , yang menurut murabbiyah ku itu, dia dalah orang yang baik, maka dimulailah dengan bertukar biodata,, sesampainya biodata ikhwa tersebut di tanganku, maka langsung kusampaikan pada bapak ku, karena jauh hari sebelumnya, hal ini telah kudiskusikan pada orang tuaku, aku hanya ingin menikah dengan laki-laki sesuai kriteriaku dan kriteria laki-laki yang ingin kunikahi adalah berjenggot, celana cingkrang dan tertarbiyah,, kakakku merasa lucu dengan kriteria itu, karena katanya mirip dengan gaya teroris ala media massa, ku hanya tersenyum, malas menanggapinya,, pernah suatu ketika ada laki-laki yang masih tergolong keluargaku hendak melamar, bapak ku yang sudah mengetahui keinginanku, hanya mengatakan, kalau aku masih mau konsentrasi menyelesaikan pendidikan,,,
Nah, pada saat biodata tersebut kusodorkan, dengan tersenyum bapak berkata, “masa’ kertas yang datang, orangnya mana,,??”
Alhamdulillah, salah satu kemudahan kembali kurasa untuk menyempurnakan dien ini,,, tak ada embel-embel yang banyak dari orang tuaku, pernikahan yang sederhana dan sesuai syariat berlangsung, begitu bayak kemudahan setelah kesulitan yang kurasakan dalam menyelesaikan pendidikan ku,,, setelah menikah, segera kulanjutkan pendidikan ku, dengan izin dari suami yang sebelumnya telah kujelaskan bagaimana kehidupan di koas, akhirnya tak ada salah paham, akupun merasa lebih terjaga, sejak ada suamiku di sisiku,,
Selamat tinggal murabbiyahku sayang
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ ٌ
” Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, … ” Qs. Annisa :78
Tak terasa, waktu bergulir, pendidikan ku telah selesai, dan sesuai profesiku, aku siap untuk mengabdi, begitu juga dalam kepengurusan organisasi ku, aku masih tetap bergabung dan mulai membimbing adek-adek SMA dan kampus di kampung suamiku ini, tentu saja tak semudah saat dikampus di kotaku, karena tantangan terberat adalah pada komunitas masyarakat yang lebih luas, dengan beragam pemahaman. Apalagi di kampung ini, kampung yang terkenal dengan gelar religi,, disebut religi karena banyak perayaan-perayaan yang mengatasnamakan islam, namun sayang banyak yang tak sesuai syariat,,, sehingga dakwah dilakukan dengan lembut dan disampaikan secara hati-hati, sekali frontal, mereka akan berbalik kebelakang dan akhirnya mengeluarkan julukan sesat pada kefrontalan tersebut,,,
Wahdah islamiyah, pernah disebut sesat, karena tidak maulidan dan kader muslimahnya pada umumnya berjilbab besar, bahkan bercadar,, namun, alhamdulillah, julukan tersebut tidak lama, karena kami berusaha membaur dengan masyarakat, tidak eksklusif, dan senantiasa mengajak kerjasama tokoh-tokoh agama di kampung ini. Dengan tentu saja, tidak mengambil pemahaman mereka, kerjasamanya dalam hal-hal yang umum saja.
Ditengah kesibukanku, kabar duka datang dari kota tempatku berasal, murabbiyah pertamaku, seorang yang dengan asbabnya ku merasakan hidayah, dialah yang memperkenalkanku dengan suamiku, dialah yang dengan sabar membentukku menjadi seorang muslimah, telah dipanggil oleh Allah pada hari jum’at dalam keadaan hamil,, ya Allah, padahal baru beberapa hari yang lalu kubertemu dengan nya dalam acara seminar Al-qur’an, seakan tak percaya dengan berita itu.. segera aku dan suami menuju ke kota untuk memastikan kebenarannya, dan kalau memang benar, ku ingin mendengar kronologis kematiannya,, dalam perjalanan, tak berhenti air mata ini mengalir, senantiasa ku mengenang bagaimana sabarnya beliau menghadapiku, mencariku jika kutak hadir dalam majelisnya, menunjukkan perhatian layaknya seorang ibu, tempatku meminta nasehat jika ku menghadapi masalah, seakan beliau percaya bahwa aku bisa berubah, terkenang lagi suara tawa ciri khas dirinya,, aaah,, aku menjadi semakin rindu padanya, pada nasehat nya, pada tegurannya, cara membawakannya materi, dan caranya mencandaiku,, ya Allah,,benarkah dia telah tiada?? Sungguh ajal adalah rahasia Mu,,, ya Allah berikanlah tempat yang terbaik baginya, kelapangan dalam kuburnya, cahaya yang menerangi kuburnya dn teman yang rupawan lagi wangi baunya wujud amalan sholeh nya,,,
Sesampainya di tempat, ternyata betul, dirinya telah terbujur kaku, kuperhatikan lekat-lekat wajahnya,, sungguh wajah yang sama penuh keteduhan, wajah yang senantiasa menasehatiku, semakin deras air mataku mengalir melihatnya, kenangan-kenangan bersamanya seakan-akan menari di kepalaku, membuatku tak mampu membendung tangisku, tangis kesedihan akan perpisahan,,,,
berkurang lagi seorang pejuang di jalan Allah,,, kami akan senantiasa melanjutkan perjuanganmu,,,, membentuk pribadi-pribadi yang juga mau mengambil peran dalam dakwah,, selamat tinggal murabbiyahku sayang,, kami menyaksikan kebaikan akhiran mu, mulai engkau di wafatkan di hari yang penuh berkah dan dalam kondisi hamil.. engkaupun telah mendapatkan unta merah yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam, dan aku adalah saksinya…
Sepak terjang mu di organisasi ini, akan kami lanjutkan, bukti dirimu yang merupakan keberkahan organisasi ini,, terimakasih ya Allah Engkau menuntun ku untuk bertemu dengannya, mengenal akhlaknya, dan ikut terjun bersama dalam organisasi dakwah yang membentuknya menjadi kader andalan,,, kami,, akan melanjutkan perjuangan ini,,,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf : 108)