Kulon Progo, wahdah.or.id – Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kulon Progo periode 2019-2024 resmi dikukuhkan oleh Wakil Ketua Departemen Urusan Daerah Dewan Pengurus Pusat (DPP) ustadz Elan Kurniawan, S.H, M.H. di Gedung Balai Desa Ngentakrejo Lendah (16/11/19).
Acara ini dihadiri sebagian pengurus inti Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Wahdah Islamiyah (WI) Daerah Istimewa Yogyakarta beserta pengurus daerah lainnya seperti DPD Bantul, DPD Sleman, dan DPD Gunungkidul. Sementara unsur pemerintah yang hadir juga cukup lengkap dari RT sampai pejabat kabupaten, dari tokoh sampai polisi dan TNI.
Sambutan dari Bupati Kulon Progo, Drs Haji Sutijo yang diwakili oleh Bapak Bambang dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat ini menyampaikan bahwa dalam hal pengembangan SDM, pemerintah Kulon Progo sedang mengembangkan pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai etika, gotong royong, sopan santun, adat istiadat yang berbasis keimanan dan ketaqwaan.
“Kulonprogo termasuk daerah paling miskin diantara kabupaten lainnya sebesar 18,5 %, di bawah Gunung Kidul sebesar 16,1 %”, tutur Bapak Bambang.
“Namun ada anomali di Kulon Progo, meski miskin – miskin tetapi usia harapannya cukup tinggi bahkan termasuk yang paling tinggi di Indonesia, yaitu rata – rata 75 tahun. Apakah ini berarti berlaku pepatah biar miskin, yang penting bahagia?”, lanjutnya, yang disambut senyum para peserta acara.
Ketua DPW WI DI Yogyakarta yaitu ustadz Abu Ayyub mengatakan kepengurusan Wahdah Islamiyah di Kulonprogo menjadi DPD WI ke- 198 di Indonesia yang resmi dilantik.
Wahdah Islamiyah kata dia adalah merupakan organisasi yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri dan kerap bersinergi dengan Kementerian lain seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Sosial.
“Hingga saat ini untuk lembaga pendidikan mulai dari level PAUD hingga MI telah berdiri dan menyusul sekolah lanjutan tingkat atas hingga Perguruan Tinggi akan didirikan di provinsi DI Yogyakarta,” jelasnya.
Di akhir kegiatan ketua DPD Kulonprogo ustadz Masnurhuda dan pengurus DPW lainya memberikan kenang-kenangan berupa bingkisan kepada peserta undangan dan sebuah buku sejarah wahdah islamiyah. []