Pengaruh Budaya Arab-Islam di Andalusia dan Sisilia

Oleh: Mahardy Purnama, Pemerhati Sejarah Islam

Hari Valentine telah lewat beberapa hari lalu. Meskipun berlaku larangan perayaannya di beberapa daerah termasuk di Makassar oleh Pemerintah Kota Makassar, masih ada saja muda mudi yang ikut merayakannya. Padahal telah jelas bahwa Hari Valentine bukan hari raya umat Islam. Para ulama juga telah mengeluarkan fatwa tentang keharaman berpartisipasi di dalamnya.

Perayaan Valentine oleh pemuda-mudi muslim tentu saja menjadi bukti lemahnya iman dan dangkalnya ilmu mereka terhadap agama Islam. Dengan bangga mereka merayakan dan menganggap orang-orang yang tidak ikut merayakannya sebagai orang yang ketinggalan zaman.

Apabila membuka lembaran-lembaran sejarah Islam, kita akan dapati fakta kebalikan dari apa yang terjadi pada hari ini. Jika hari ini umat Islam banyak yang terpengaruh oleh budaya orang-orang di luar Islam baik dari gaya hidup (life style), cara berpakaian, berbicara, dan pola pikir, maka pada masa kejayaan Islam orang-orang non-muslim banyak yang terpengaruh oleh umat Islam.

Andalusia

Islam pernah memimpin dan berjaya di Andalusia yang pada hari ini mencakup wilayah Spanyol dan Portugal selama hampir 800 tahun. Di mulai dari penaklukan Thariq bin Ziyad pada tahun711 hingga jatuhnya Daulah Bani Ahmar di Granada tahun 1492 di tangan pasukan Salib.

Masuknya Islam di Andalusia membawa perubahan besar bagi penduduk Andalusia. Di bawah naungan Islam, Andalusia tampil sebagai negeri berperadaban. Cordoba sebagai ibu kota Andalusia mengungguli Konstantinopel, bahkan menjadi penyaing utama Baghdad di Timur.

Perpustakaan-perpustakaan tersebar di setiap kota. Sekolah-sekolah dan universitas peradaban banyak dibangun sehingga melahirkan para sarjana dan ilmuwan kelas wahid. Kepopularannya mengundang para pelajar dari negeri-negeri Eropa ramai mendatanginya untuk menimba ilmu.

Tampilnya umat Islam sebagai pembangun peradaban banyak mempengaruhi orang-orang pribumi Andalusia. Asimilasi budaya pun terjadi. Jika pada hari ini sering kita dapati umat Islam bangga mengikuti gaya hidup orang-orang non-muslim (Barat khususnya), maka di Andalusia pada masa kejayaan Islam orang-orang non-muslim banyak yang terpengaruh gaya hidup umat Islam.

Orang-orang Kristen Andalusia merasa bangga ketika mengenakan pakaian khas Arab-Islam seperti jubah dan surban. Para wanitanya mengenakan pakaian yang menutupi aurat layaknya wanita muslimah. Mereka juga berkhitan sebagaimana umat Islam, tidak mengonsumsi daging babi, dan tidak meminum khamr.

Selain itu mereka juga menggunakan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari dan pandai melantunkan syair-syair Arab. Kecintaan mereka pada bahasa al-Qur’an ini menjadikan mereka lupa pada bahasa asli mereka sendiri. Orang-orang yang tidak menggunakan bahasa Arab mereka anggap sebagai orang terbelakang dan ketinggalan zaman.

Orang-orang Kristen yang terpengaruh dengan budaya Arab-Islam ini dikenal dengan Kristen Mozarab. Ketika wilayah-wilayah Islam di Andalusia direbut oleh kaum Salib, orang-orang Kristen Mozarab tetap hidup dalam budaya dan cara hidup islami. Pada hari ini gereja-gereja Mozarab (Mozarabic Churchs) masih bisa dijumpai di beberapa kota di Spanyol. Di antaranya gereja San Miguel de Escalada dan Santiago Penalba di Leon, San Juan de La Pena di Aragon, dan Santa Maria de Marquet di Barcelona.i Bangunan gereja tersebut mengikuti seni arsitektur Masjid Agung Cordoba.

Sisilia

Sisilia adalah pulau terbesar di Laut Tengah (Mediterranean Sea) dan masuk dalam wilayah Italia. Palermo adalah ibu kotanya. Di masa silam Sisilia pernah menjadi wilayah kekuasaan umat Islam lebih dari 200 tahun. Mula-mula oleh Dinasti Aghlabiyah, lalu orang-orang Syiah Fatimiyahii dan Daulah Kalbiyah. Namun, pada tahun 1091, orang-orang Norman berhasil merebut seluruh wilayah Sisilia dari umat Islam.

Sebagaimana di Andalusia, orang-orang Kristen Sisilia juga terpengaruh oleh budaya Arab-Islam yang memang merupakan budaya dan peradaban paling maju saat itu. Hal itu disaksikan oleh pakar geografi dan pengelana muslim terkenal bernama Ibn Jubair ketika mengunjungi Sisilia tahun 1184. Ia menyaksikan di kota Palermo wanita-wanita Kristen memakai hijab layaknya wanita muslimah.

Pengaruh budaya itu juga dialami oleh raja-raja Norman. Para raja Norman selalu mengenakan jubah layaknya orang Arab dengan dihiasi motif-motif Arab. Mereka menggunakan gelar-gelar Arab. Raja Roger II misalnya, ia menggunakan gelar al-Mu’taz Billah. Penerusnya William I memiliki gelar al-Hadi Biamrillah, dan Willian II bergelar al-Musta’iz Billah.

Mereka banyak mengangkat penasehat dan pegawai kerajaan dari kalangan umat Islam-Arab. Di antaranya adalah geografer ternama, Muhammad bin Muhammad al-Idrisi (w.1166). Al-Idrisi membuat peta dunia (globe) dan menulis sebuah kitab berjudul Nuzhah al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, yang lebih dikenal sebagai “Kitab Roger” (Kitab Ar-Rujari) yang ia persembahkan untuk Raja Roger II.

Raja-raja Norman sangat memperhatikan perkembangan keilmuan di Sisilia. Jika mereka tidak mengetahui suatu hal maka mereka bertanya kepada para sarjana muslim. Frederick II contohnya, selalu menanyakan masalah matematika dan filsafat kepada para sarjana muslim. Ia memberi perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Sisilia. Di antara usahanya adalah mendirikan Universitas Naples pada tahun 1224 yang menjadi universitas tertua di Eropa. Dan sesaat sebelum tutup usia, Frederick II meminta untuk dikuburkan dengan menggunakan kain kafan. Tidak mengherankan jika raja-raja Norman disebut dengan “Sultan Kristen Sisilia” atau “Sultan-sultan yang dibaptis”.

Dampak Negatif Budaya Barat

Pola dan gaya hidup umat Islam yang diterapkan oleh orang-orang Mozarab maupun Kristen Sisilia tentu berdampak positif dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jika mereka tidak meminum alkohol maka kerusakan dan angka kriminalitas akan berkurang. Dengan tidak mengonsumsi daging babi, mereka akan terhindar dari berbagai macam penyakit yang banyak ditimbulkan akibat mengonsumsinya seperti kanker usus, kanker anus, kanker usus besar, dan penyakit ganas lainnya. Diketahui bahwa babi banyak membawa bibit penyakit yang membahayakan tubuh seperti cacing pita yang akan tetap hidup sekalipun daging babi direbus.

Begitu pula ketika para wanitanya mengenakan pakaian tertutup dan berhijab, pelecehan seksual oleh para lelaki hidung belang akan dapat diminimalisir. Hal ini tentu berbeda jika menyaksikan fenomena yang terjadi pada hari ini ketika wanita-wanita muslimah mengikuti cara berpakaian non-muslim (Barat) dampak dari arus budaya yang mereka tularkan. Yang terjadi adalah banyak penyakit kulit yang ditimbulkan akibat pemakaian pakaian ketat dan terbuka. Bahkan dapat memungkinkan terserang kanker ganas melanoma yang disebabkan oleh sengatan matahari mengandung ultraviolet.

Pakaian ketat juga dapat mengundang kejahatan dan pelecehan seksual karena pakaian mini dan terbuka yang dikenakan para wanita. Ditambah lagi dengan pergaulan bebas yang dilegalkan juga ikut dicontoh oleh sebagian pemuda muslim pada hari ini. Hasilnya banyak penyakit mematikan yang muncul, AIDS contohnya.

i untuk melihat gereja-gereja peninggalan kristen mozarab (mozarabic church) di Spanyol silahkan buka: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mozarabic_art_and_architecture

iiTidak berarti kami secara mutlak memasukkan Syiah bagian dari Islam.

Artikulli paraprakAlumni Tadribud Du’at Angk XIV Dilepas Ke Tempat Tugas
Artikulli tjetërMADINAH DAN SECERCAH KENANGAN – Mendung Di Langit Karbala (Episode 3)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini