Pesantren memiliki peran yang sangat strategis di tengah-tengah masyarakat. Hadirnya pesantren bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan keumatan yang mampu mendidik sekaligus sangat diharapkan bisa melahirkan generasi pecinta Islam dan Al Qur’an. Oleh karena itu, Pengetahuan dan pengamalan kandungan Al Qur’an bagi kaum muslimin khususnya generasi muda Islam merupakan faktor yang sangat urgent dalam menghadapi budaya yang yang sifatnya merusak serta tidak sesuai dengan norma agama maupun budaya lokal.
Demikian disampaikan oleh Wakil Kementrian Agama Kab. Banggai Bapak Hi. Suardi Kanjai pada kegiatan peletakan batu pertama Pembangunan Pesantren Al Wahdah, Jum’at (7/12) di Desa Uso Kec. Batui yang diselenggarakan oleh DPC Wahdah Islamiyah Kec. Batui.
Suardi menambahkan bahwa ada sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Bapak Prof. Dr. Matuladi di Sulawesi Tengah, ironinya hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang bersekolah di sekolah umum yang bisa membaca Al Qur’an dengan baik hanya sekitar 10 persen. Olehnya itu Suardi sangat mengapresiasi akan hadirnya Pesantren Al Wahdah Batui dan akan memberikan bantuan untuk kelangsungan Pembangunan dan pengembangan pesantren Al Wahdah di Batui.
Kegiatan peletakan Batu Pertama ini dihadiri oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah Indonesia sekaligus sambutan, Pengurus DPD Wahdah Islamiyah Kab. Banggai, serta Tokoh Agama, tokoh adat dan Pemerintah setempat.
Di awal sambutannya Ketua umum DPP Wahdah Islamiyah, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, M.A menyampaikan sekilas profil Wahdah Islamiyah.
Zaitun mengungkapkan bahwa Ormas WI telah memiliki legalitas formal sejak tahun 2002 yang program utamanya dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Menurut Wakil Komisi hubungan Luar Negeri MUI Pusat ini, “Ormas WI telah membantu menyalurkan dana dari kaum muhsinin untuk pembangunan masjid sebanyak 200 masjid dan pembangunan lembaga pendidikan Islam di Indonesia, termasuk yang ada di Kel. Tanjung Tuwis Km.8 Luwuk”, ungkapnya.
Zaitun menambahkan bahwa Ormas WI dan ormas-ormas besar lainnya yang ada di Indonesia ada di Indonesia hendaknya bersama-sama dalam dakwah dan perbaikan umat.
Diakhir sambutannya Zaitun memperingatkan kepada masyarakat agar berhati-hati dari pemikiran agama Ahmadiyah yang memiliki Nabi dan Kitab Suci sendiri, juga penganut agama syiah rafidhoh yang berpusat di Iran, yang mengembangkan kebencian dan penolakan terhadap sebagian besar sahabat dan istri Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam. Hingga saat ini jumlah pengikut syiah di Indonesia dari hasil penelitian sudah mencapai sekitar 2,5jt orang, dan saat ini tokoh sekaligus pendukung paham syiah di Indonesia sudah dilaporkan kepada pihak berwajib, “Ungkap Wakil Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini.
Selain peletakan batu pertama, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan pengajian umum ba’da Isya yang bertempat di Masjid Jami’ Batui, dengan tema “Islam Agama Rahmatan Lil’alamin, yang sampaikan oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah.
Point penting yang Ustadz sampaikan pada acara pengajian tersebut, bahwa di antara makna Islam itu adalah keselamatan, artinya keberadaan setiap muslim ditengah-tengah masyarakat hendaknya orang ada disekitarnya bisa selamat dari gangguannya, baik dari lidah maupun tangannya. Bahkan kata Ustadz yang berdarah Gorontalo dan Sulawesi Tengah ini, Islam itu mengayomi bukan hanya sesama muslim saja akan tetapi kepada non muslim sekalipun diperintahkan untuk berbuat baik dan adil kepada mereka. Ustadz juga menambahkan Aksi segelintir orang dengan meneror, kekerasan, memaksakan kehendak merupakan hal yang keliru dan tidak dibenarkan dalam Islam. Diakhir penyampaiannya Ustadz berpesan kepada kaum muslimin khususnya jamaah Masjid Jami’ Batui agar menjaga aqidah dan keyakinan, belajar Islam dengan baik untuk diri dan keluarga.*)