Dia merupakan “hadiah” dari Allah pada Perang Ahzab (disebut juga Perang Khandaq), saat kaum Muslimin dilanda kegelisahan dan ketakutan. Menghancurkan barisan kaum kafir Quraisy dan Yahudi melalui spionase serta tipu muslihatnya. Dialah Nu’aim bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.
Nu’aim telah lama mendengar berita tentang seorang nabi di Makkah, namun ia enggan untuk menemui dan beriman kepadanya. Ia masih senang dengan kehidupannya yang penuh hiburan dan foya-foya. Jika ingin mendengarkan alunan musik dan tarian di Madinah. Ia berjalan jauh dari Nejd menuju Madinah demi memenuhi keinginannya itu.
Sering pulang balik Nejd dan Madinah membuatnya memiliki hubungan baik dengan kaum Yahudi di Madinah. Saat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendakwahkan Islam di Makkah, Nu’aim termasuk di antara mereka yang ikut menentang beliau. Ia terus berada dalam kesesatan sampai akhirnya Nabi hijrah ke Madinah.
Pada tahun kelima Hijriyah, orang-orang Yahudi Bani Nadhir di Madinah mencari cara untuk memerangi Rasulullah. Mereka kemudian mengajak orang-orang Quraisy Makkah dan orang-orang kabilah Ghathfan di Nejd untuk bersatu melawan Rasulullah beserta para sahabatnya. Mereka juga mengajak orang-orang Yahudi Bani Quraizhah yang memiliki perjanjian damai dengan Nabi di Madinah.
Awalnya orang-orang Yahudi Bani Quraizhah tidak menerima ajakan mereka karena masih memiliki perjanjian di antara mereka dengan umat Islam. Namun, setelah dibujuk akhirnya mereka melunak dan menerima ajakan orang-orang Bani Nadhir melawan ummat Islam.
Orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Bani Quraizhah, kaum musyrikin Makkah dan Ghathfan bersatu menuju Madinah dan memblokade kota dari segala penjuru. Mereka memutus pasokan bahan makanan dan pakaian masuk ke Madinah. Peristiwa inilah yang dikenal dengan Perang Ahzab (kelompok yang bersekutu), karena orang-orang musyrik dan Yahudi bersatu memerangi umat Islam.
Betapa dahsyat dampak yang mereka berikan terhadap umat Islam di Madinah sampai-sampai umat Islam merasakan ketakutan yang sangat. Allah kisahkan dalam Al-Qur’an, “(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (QS. Al-Ahzab: 10-11)
Menemui Rasulullah
Di tengah situasi yang mencekam itu, Allah membuka hati Nu’aim bin Mas’ud. Cahaya hidayah masuk ke hatinya. Sebelumnya ia pun tidak mengerti mengapa ia ikut memerangi Rasulullah dan kaum Muslimin. Di tengah malam yang gelap gulita, ia keluar diam-diam dari markasnya lalu menghadap Rasulullah dan bersyahadat di hadapan beliau.
“Wahai Rasulullah, aku masuk Islam tanpa diketahui kaumku (kabilah Ghathfan). Jadi engkau bisa menyuruhku berbuat apa saja di tengah-tengah mereka,” kata Nu’aim. Rasulullah pun memerintahkannya untuk membuat kocar kacir barisan Yahudi dan musyrikin dengan menanamkan keraguan di hati mereka.
Nu’aim mendatangi Yahudi Bani Quraizah yang menjadi teman dekatnya sejak dulu. Ia mengatakan bahwa orang-orang Quraisy dan Ghathfan tidak berniat bekerja sama dengan mereka. Jika mereka kalah, mereka akan meninggalkan Yahudi sendirian di Madinah melawan Muhammad dan kaum Muslimin. Setelah itu, ia masuk ke barisan kaum Quraisy dan Ghathfan dan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak berniat bekerja sama dengan mereka. Maka kedua belah pihak saling mencurigai. Nu’aim sukses membuat retak persekutuan musuh-musuh Islam.
Allah Kirim Angin Kencang
Setelah itu Allah membantu umat Islam dengan mendatangkan angin kencang yang memorakporandakan kemah-kemah milik kaum musyrikin dan Yahudi, menggulingkan periuk-periuk makanan mereka dan menerbangkan seluruh perbekalan mereka.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.” (QS. Al-Ahzab: 9).
Esok paginya, orang-orang Quraisy memutuskan untuk menghentikan blokade Madinah dan memutuskan untuk kembali ke Makkah. Kaum Muslimin sangat bersyukur datangnya pertolongan Allah yang tidak mereka duga. Hadirnya Nu’aim dan datangnya angin kencang yang membuat kocar-kacir barisan musuh.
Penulis: Mahardy Purnama