Melihat Wajah Allah adalah nikmat yang paling nikmat untuk orang-orang yang ada dalam surga. Selain itu menempati surga adalah nikmat yang luar biasa, kenikmatannya tak bisa dibayangkan, seindah apapun keindahan surga yang kita bayangkan tetap masih jauh dari keadaan yang sesungguhnya dari betapa nikmatnya kenikmatan surga. Dalam hadits qudsi Allah berfirman menggambarkan keadaan surga:
«أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، ……»
Artinya: “Aku telah siapkan bagi hamba-hambaku yang sholih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia, …”. (HR. Bukhari, Muslim).
Keindahan yang pernah kita lihat atau pernah kita dengar, atau juga pernah masuk dalam khayalan kita maka itu belum apa-apanya dibandingkan surga, seindah apapun keadaan yang kita bayangkan tersebut.
Kelezatan surga atau keindahannya yang akan dinikmati oleh penduduk surga tidak dapat ditandingi oleh kelezatan dan keindahan dunia ini, seindah apapun dunianya seseorang atau sekaya apapun dia. Penduduk surga tidak akan merasa bosan dan letih dalam menikmati lezatnya surga, sehingga itu mereka tidak membutuhkan tidur untuk memulihkan tenaga, Nabi Muhammad Shollallah ‘alaihi Wasallam bersabda:
عن جابر بن عبد الله سئل نبي الله فقيل : يا رسول الله ؛ أينام أهل الجنة ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : النوم أخو الموت ، وأهل الجنة لا ينامون. رواه الطبراني في الأوسط
Dari Jabir Bin Abdillah, Nabi ditanya, wahai Rasul Allah apakah penduduk surga tidur? Maka Rasul Allah menjawab:”Tidur itu saudaranya mati, dan penduduk surga tidaklah tidur.”(HR. Thabrani, dishohihkan oleh Imam Suyuthi dan al Albaani)
Bahkan mereka selalu dalam kesibukan, Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ
فَاكِهُونَ
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)”. (QS. Yasin 55)
Imam Qurthubi menukil perkataan Ibnu ‘Abbas r.a, Ibnu Mas’ud r.a, Qotadah, mujahid rah., bahwa mereka disibukkan dengan memecahkan keperawanan istri-istri mereka. (Jami’u Liahkamil Quran Vol. 15 Hal. 43)
Kenikmatan surga yang tidak bisa dilukiskan dengan kata- kata tersebut ternyata masih kalah nikmatnya dengan melihat Wajah Allah, ternyata penduduk surga ketika melihat Wajah Allah seolah mereka tidak pernah merasakan lezatnya surga dengan segala kenikmatannya, kenikmatannya sirna setelah mereka melihat Wajah Allah, karena mereka merasakan sungguh nikmatnya melihat Wajah Allah. Mari simak hadits nabi berikut ini….
ﻋَﻦْ ﺻُﻬَﻴْﺐٍ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ : ” ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﺗُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﺯِﻳﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺃَﻟَﻢْ ﺗُﺒَﻴِّﺾْ ﻭُﺟُﻮﻫَﻨَﺎ ﺃَﻟَﻢْ ﺗُﺪْﺧِﻠْﻨَﺎ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﺗُﻨَﺠِّﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻴَﻜْﺸِﻒُ ﺍﻟْﺤِﺠَﺎﺏَ ﻓَﻤَﺎ ﺃُﻋْﻄُﻮﺍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﻈَﺮِ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺛُﻢَّ ﺗَﻠَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺂﻳَﺔَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻮﺍ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ ﻭَﺯِﻳَﺎﺩَﺓٌ
Dari Shuhaib r.a dari Nabi Muhammad Shollallah ‘alaihi Wa Sallam bersabda:”Ketika penduduk surga telah memasuki surga (dan telah menikmati fasilitas surga), Allah Ta’ala berfirman: “Adakah sesuatu yang perlu aku tambahkan yang menjadi keinginan kalian?, maka mereka berkata, bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami, dan telah memasukan kami ke dalam surga, dan telah menyelamatkan kami dari neraka? Maka kemudian Allah menyingkab hijab, maka tidak ada sesuatu yang paling mereka sukai selain melihat Wajah Tuhan mereka, maka itulah tambahan (yang dimaksud dalam Ayat) beliau membaca yang artinya: Bagi orang-orang yang berbuat baik surga dan ada tambahan (QS. Yunus 26) (HR. Muslim)
Berkata Ibnu Rajab Al Hanbali: ” Apa yang diperoleh penduduk surga, yaitu kejelasan llmu Allah, Nama-namaNya, Sifat-sifatNya dan PerbuatanNya, kedekatan dan menyaksikanNya serta kelezatan berdzikir padaNya adalah perkara yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata keadaan rupanya di dunia, karena penduduk surga tidak pernah mendapatinya di dunia, bahkan itu adalah hal yang tidak pernah terlihat di dunia, tidak pernah di dengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di alam pikir manusia (Tafsir Ibnu Rajab: Rawai’uttafsir, Hal. 63 Vol. 6)
Untuk mendekatkan pemahaman kita tentang bagaimana keadaan mereka penduduk surga tatkala melihat Wajah Allah dan keterpesonaan mereka, maka kita baca firman Allah yang menceritakan tentang para perempuan melihat ketampanan Nabi Yusuf ‘alaihissalaam, Allah Ta’ala berfirman:
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺳَﻤِﻌَﺖْ ﺑِﻤَﻜْﺮِﻫِﻦَّ ﺃَﺭْﺳَﻠَﺖْ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻦَّ ﻭَﺃَﻋْﺘَﺪَﺕْ ﻟَﻬُﻦَّ ﻣُﺘَّﻜَﺄً ﻭَﺁﺗَﺖْ ﻛُﻞَّ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﺳِﻜِّﻴﻨًﺎ ﻭَﻗَﺎﻟَﺖِ ﺍﺧْﺮُﺝْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ۖ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺭَﺃَﻳْﻨَﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮْﻧَﻪُ ﻭَﻗَﻄَّﻌْﻦَ ﺃَﻳْﺪِﻳَﻬُﻦَّ ﻭَﻗُﻠْﻦَ ﺣَﺎﺵَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻫَٰﺬَﺍ ﺑَﺸَﺮًﺍ ﺇِﻥْ ﻫَٰﺬَﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻠَﻚٌ ﻛَﺮِﻳﻢٌ
artinya: “Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”. (QS. Yusuf 31).
Lihatlah para perempuan tersebut terpesona melihat ketampanan Nabi Yusuf ‘alaihissalaam tanpa terasa mereka melukai tangan mereka sendiri, dan Allah memiliki permisalan yang lebih tinggi.
Pendapat Ahlu Sunnah tentang melihat Allah
Pendapat yang paling rajih (kuat) bahwa orang-orang beriman diberi kesempatan untuk melihat Wajah Allah Ta’ala di akhirat kelak, yaitu bagi penduduk surga, dalam hadits Nabi Muhammad Shollallah ‘alaihi wa sallam:
ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ ﺃﻳﻀﺎ ( ﺥ / 6883 . ﻡ / 1002 ) ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺮﻳﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺒﺠﻠﻲ ﻗﺎﻝ : ﻛﻨﺎ ﺟﻠﻮﺳﺎ ﻣﻊ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﻤﺮ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﻧﻜﻢ ﺳﺘﺮﻭﻥ ﺭﺑﻜﻢ ﻋﻴﺎﻧﺎ ﻛﻤﺎ ﺗﺮﻭﻥ ﻫﺬﺍ ﻻ ﺗﻀﺎﻣﻮﻥ ﻓﻲ ﺭﺅﻳﺘﻪ ”
Jarir Bin Abdillah Al Bajali berkata:” Kami duduk-duduk bersama Nabi Shollallah ‘Alaihi Wasallam maka kami tertuju melihat bulan purnama malam empat belas, maka beliau Shollallah ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:” Sungguh kalian akan melihat Tuhan kalian dengan mata telanjang sebagaimana kalian melihat bulan ini tanpa ada kesulitan dalam melihatnya”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah Ta’ala berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
:Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri”.(QS. Al Qiyamah 22)
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
” Kepada Tuhannyalah mereka melihat.”(QS. Al Qiyamah 23)
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar rahimahullah menukil perkataan Ibnu Baththal:
وَقَالَ بن بَطَّالٍ ذَهَبَ أَهْلُ السُّنَّةِ وَجُمْهُورُ الْأُمَّةِ إِلَى جَوَازِ رُؤْيَةِ اللَّهِ فِي الْآخِرَةِ
Berkata Ibnu Baththal:” Ahlussunnah dan jumhur ulama berpendapat bahwa bolehnya Allah dilihat di akhirat”. (Fathul Bari, Vol. 13 Hal. 426)
Adapun di dunia, mustahil Allah dapat dilihat oleh mata, Allah Ta’ala berfirman:
ﻟَﺎ ﺗُﺪْﺭِﻛُﻪُ ﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭُ ﻭَﻫُﻮَ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭَ ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻄِﻴﻒُ ﺍﻟْﺨَﺒِﻴﺮُ
artinya: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’am 103)
Imam Qurthubi dalam tafsirnya menukil perkataan Sahabat, ahli tafsir Ibnu Abbas r.a kaitannya dengan ayat di atas, (hal tersebut) berlaku di dunia adapun di akhirat orang-orang beriman akan melihatNya (Tafsir Qurthubi Hal. 54 Vol. 7)
Dalam Shohih Muslim, Ummul Mukminin Aisyah r.a berkata:
ﻣﻦ ﺯﻋﻢ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍً ﺭﺃﻯ ﺭﺑﻪ ﻓﻘﺪ ﺃﻋﻈﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻔﺮﻳﺔ
“Barang siapa mengaku bahwa Nabi Muhammad Shollallah alaihi Wasallam melihat Tuhannya maka sungguh dia telah mengadakan kebohongan besar.
Oleh Ust. Abdurrahman Ever S. Sy