Kita tau, nasehat itu biasanya dilakukan dengan ucapan. Mendengarnya akan menjadikan kita semangat lagi setelahnya. Nasehat tidak boleh kita absen dalam mendengarkannya, dari siapapun itu. Karena nasehat, mengambil ibrah dan pelajaran darinya adalah bagian dari agama kita.
Bukankah Nabi pernah bersabda, Agama itu adalah Nasehat!? Dipastikan, mereka yang jarang mendengarkan nasehat adalah mereka yang memiliki hati yang suka abai terhadap perintah-Nya.
Agama itu adalah Nasehat, maka dengarkanlah nasehat agar kita akan selalu teringat kepada-Nya dan kehidupan ini hanya dilalui dengan kebaikan dan ketaatan.
Agama adalah nasihat. Begitulah hadits ketujuh yang tercantum pada kitab Arbain An-Nawawiyyah.
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim. 55)
Tujuan nasehat adalah mengingatkan kita agar tersadar, tidak lalai dari amanah besar yaitu ibadah hanya kepada-Nya. Tujuannya adalah mengingatkan kita agar bersedia untuk hari pembalasan.
Ada satu nasehat yang sangat menggugah. Tak ada ucapan, bahkan sepatah katapun dari sipemilik nasehat tersebut. Nasehat ini akan memupuskan semua asa dan kerakusan kita tuk tenggelam dengan dunia yang fana ini. Nasehat itu adalah KEMATIAN.
Ya, kematian. Dialah nasehat yang perlu banyak kita renungi.
Hari ini telah ada yang wafat. Belum juga tanah kuburan manusia lain kemarin yang meninggal, kering. Kini, mungkin ada lagi kabar kematian dari seseorang nun jauh disana. Besok? Pasti akan ada lagi yang berangkat. Karena kita adalah manusia yang bernyawa, yang punya masa tuk selesai dari hidup ini. Karena yang kekal abadi, hanya Dia Sang Pencipta, Sang Pemilik Segalanya.
كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦. وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (Qs. Ar-Rahman: 26-27)
Mari mengingat kematian. Mari yakin seyakin-yakinnya, bahwa kematian, nyawa dicabut dari tubuh ini adalah sesuatu yang pasti.
Mari renungkan apa yang Umar bin Khattab radhiyallah anhu katakan, “aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.” (Tafsir al Qurtubiy)
Ingatlah mati, maka pasti hati ini akan tenang. Kenapa? Karena ketika kita mengingatanya, kita akan segera berbenah diri untuk melakukan ketaatan sebanyak-banyaknya. Disanalah hati itu akan tenang.
Hanya dengan mengingat mati, kita akan segera tergugah. Rasulullah bahkan menganjurkan untuk mengingat kematian. Karena ia adalah pemutus segala kenikmatan. Pemutus seorang hamba yang terlalu lama dalam kenikmatan bermaksiat padaNya. Pemutus antara seorang hamba dengan nikmat dunia.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).
Ketahuilah…
Nikmat yang takkan pernah putus adalah nikmat di akhirat, di SurgaNya. Karena disana, kematian itu sudah tidak ada lagi.
Semoga kita diwafatkan dalam husnul khatimah dan ujung kehidupan kita adalah Jannah Firdaus-Nya.
Oleh: Absaid