Tidak disangsikan lagi, bahwa para Nabi yang mulia merupakan manusia yang paling mulia nasabnya. Sebagaimana mereka adalah manusia yang sempurna secara fisik (khalqan) dan perilaku (khuluqan). Oleh karena itu Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan bin Harb tentang nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Bagaimana nasabnya di kalangan kalian?”, tanya Heraklius. “Dia adalah pemilik nasab yang mulia diantara kami”, jawab Abu Sufyan. Heraklius kemudian berkata, “Aku menanyaimu tentang nasabnya. Kamu menyampaikan bahwa ia memiliki nasab yang mulia diantara kalian. Seperti inilah para Rasul, diutus dari yang termulia nasabnya di tengah-tengah kaumnya”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, 1/42 Kitab Bad’il Wahyi).
Diantara bukti dan saksi akan hal itu adalah kisah para Nabi. Seperti perkataan kaumnya nabi Syu’aib kepada Syu’aib; “Kalau tidak karena keluargamu (yang terhormat) tentu kami telah merajammu”. (terj.Qs. Hud: 91). Demikian pula perkataan kaumnya Nabi Shaleh ketika mereka telah bersepakat untuk membunuh beliau ‘alaihis Salam, “Kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh, kita orang yang benar. (Terj. Qs. An-Naml:49).
Ibn Khaldun berkata saat berbicara tentang tanda-tanda Nubuwwah; “Diantara tanda mereka adalah mereka berasal dari keturunan termulia di tengah-tengah kaumnya”.
Nabi yang paling mulia nasabnya adalah penutup dan penghulu para Nabi, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada beberpa hadits shahih tentang nasab beliau, diantaranya hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Wailah bin al Asqa’, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah ‘Azza Wa Jalla memilih Bani Kinanah dari anak Ismail, dari Bani Kinanah Dia memilih Quraisy, dari Quraisy Dia memilih bani Hasyim, dan dari bani Hasyim Dia memilih aku”. (Terj. HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).
Adapun tentang keutamaan Quraisy, diriwayatkan dari Ummu Hani secara marfu’, “Allah memuliakan Quraisy dengan sepuluh hal; (1) Mereka menyembah Allah selama dua puluh tahun, dimana selama itu tidak ada yang menyembah-Nya selain Quraisy, (2) Allah mengistimewakan mereka dengan Dia menolong mereka pada yaumul Fil (penyerangan oleh Pasukan Gajah) padahal mereka musyrikun, (3) Allah istimewakan mereka dengan menurunkan satu surat khusus tentang mereka, dimana tidak ada suku lain selain mereka yang disebutkan dalam surat (Li ilafi Quraisy) tersebut, dan Allah muliakan mereka dengan (4) Nubuwwah (kenabian), (5) Khilafah, (6) Hijabah, dan (7) Siqayah (memberi minum jama’ah haji). (terj.Riwayat Bukhari dalam Tarikh Kabir (1/1/341), Ibnu Adi dalam Al Kamil (1/262) dan beliau menshahihkannya, sedang Al Bani dan Al Iraqi menghasankannya).
Ibnu Hazm berkata tentang nasab nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; Beliau adalah Abul Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (namanya Syaibah al-Hamd) bin Hasyim (namanya ‘Amr) bin Abdu Manaf (namanha al Mughirah) bin Qushai (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhr bin Nazar bin Ma’add bin ‘Adnan. Sampai disinilah nasab Nabi yang shahih yang tidak ada keraguan.
adnan merupakan putra nabi Ismail Rasulullah, putra dari Khalilullah Ibrahim ‘alaihis Salam . (Jawami’ussirah Ibn Hisyam).
Ibn Katsir rahimahulahu berkata, “Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dari tulang sulbinya lahir dua putra yang agung, yakni Ismail dari istrinya Hajar dan kemudian Ishaq dari istrinya Sarah. Lalu dari Ishaq lahir Ya’qub, sebagaimana dalam firman Allah, “Dan setelah Ishaq lahir Ya’qub”. Beliaulah (Ya’qub) yang disebut Israil yang seluruh anak keturunannya bernasab kepada beliau. Karunia nubuwwah diberikan kepada mereka. Jumlah Nabi dari kalangan mereka sangat banyak. Saking banyaknya tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah yang mengutus dan memghkhususkan risalah dan nubuwwah pada mereka, hingga ditutup dengan Isa putra Maryam dari keturunan anak cucu Israil (Bani Israil).
Adapun Nabi Ismail ‘alaihissalam, dari beliau lahir bangsa Arab dengan suku-sukunya yang banyak. Dan tidak ada satu Nabi pun dari anak keturunan beliau selain penutup para Nabi, pempin anak cucu Adam di dunia dan di akhirat; Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib nin Hasyim Al-Qurasyi Al-Makki al-Madani shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Waqafaat Tarbawiyah Ma’as Siratin Nabawiyah karya Syekh Ahmad Farid, hlm. 18-19).
Catatan Tambahan;
1. Nasab Rasulullah terbagi tiga;
a. Disepakati keshahihannya oleh para ulama pakar sejarah; Dari Nabi hingga Adnan.
b. Diperselisihkan keshahihannya; dari Adnan hingga Ibrahim.
c. Dipastikan keraguannya; dari Ibrahim hingga Adam ‘alaihissalam.
2. Hikmah dan Pelajaran dari Nasab Nabi yang Mulia;
a. Kemuliaan seorang Nabi/Rasul merupakan daya tarik bagi masyarakat yang menjadi objek da’wahnya. Begitu pula seorang da’i. Oleh karena itu ulama sepakat bahwa seluruh Nabi dan Rasul adalah dari kalangan laki-laki merdeka. Lain halnya jika Nabi/Rasul dari kalangan rendah atau budak, maka masyarakat akan mencemooh.
b. Orang terbaik adalah yang bertakwa. Namun jika berkumpul ketakwaan dengan kemuliaan, jauh lebih baik lagi. Rasul bersabda, “Orang terhormat diantara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik juga di masa Islam, jika mereka faqih (paham)”. (terj. HR. Bukhari).
c. Tertutupnya peluang bagi para pencemooh untuk mencari-cari alasan menghina dan mencemooh Nabi. Karena seluruh kemuliaan terkumpul pada diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh Syamsuddin Al Munawy -hafizhahullah-