Dalam buku “Balabid At-Tagrid”, Syekh Abdurrahman As-Saqqaf Al-Hadhramiy rahimahullah memaparkan bahwa di antara manfaat besar Sang Baginda shallallahu’alaihi wasallam menikahi banyak janda adalah agar istri-istrinya tersebut lebih giat menyebarkan sunahnya, dan memahami ajarannya.
Biasanya, dalam urusan beginian, para janda itu lebih giat dan berani dibanding dengan para gadis, namun Aisyah yang berstatus gadis beliau pilih sebagai istrinya karena kecerdasan dan akhlaknya melebihi istri-istrinya yang lain. Radhiyallahu’anhunn.
Diantara “cela” dalam menikahi janda, lanjut Syekh Abdurrahman, adalah masih akan selalu mengingat suaminya yang terdahulu. Akan tetapi, istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang janda itu sama sekali tidak lagi memiliki “cela” itu setelah mereka dinikahi beliau. Faktornya? Karena mencintai Nabi itu akan melupakan seluruh cinta yang lain.
Ya, hendaknya, cinta kepada beliau bisa mengalahkan cinta-cinta yang lain. Bukankah dalam hadisnya beliau bersabda, “Tidak beriman seorang di antara kamu sampai diriku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tunya, dan seluruh manusia”. (HR Bukhari Muslim).
Syekh Abdurrahman Al-Hadhramiy rahimahullah adalah mufti Syafiiyah di Hadramaut di pertengahan abad 14 H (wafat: 1375 H, sekitar 65 tahun lalu), seorang pahlawan Yaman, serta figur pembaharuan yang tak terbelenggu dengan ikatan pandangan mazhabisme.