Beberapa waktu lalu, penulis membaca sebuah artikel disebuah situs yang menegaskan bahwa para salaf rahimahumullah tidaklah meninggalkan majelis ilmu dan hanya fokus beribadah dibulan Ramadhan. Diantara yang menarik –dari tulisan tersebut- yang akan menjadi topik pembahasan kita adalah penamaan Ramadhan sebagai Syahr Al-Quran atau Bulan Al-Quran.
Menelaah pembahasan dan ucapan para salaf tentang Ramadhan, kita sama sekali tidak akan menemui bahwa para salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in secara gamblang menyatakan bahwa Ramadhan adalah Bulan Al-Quran.
Bukan maksud penulis disini, adalah untuk menafikan predikat Ramadhan sebagai Bulan Al-Quran, bukan pula untuk membuat keraguan akan urgennya tadaarus Al-Quran dibulan suci ini. Namun hanya ingin mengumumkan pada seluruh pembaca, bahwa istilah Ramadhan sebagai Syahr Al-Quran adalah sebuah istilah yang tidak muncul pada zaman sahabat ataupun tabiin, bahkan tidak pula pada zaman tabiuttaabi’in, walaupun dalil-dalil Al-Quran maupun Sunnah mengindikasikan kelayakannya untuk disebut sebagai Syahr Al-Quran.
Ulama yang pertama kali menyebut Ramadhan sebagai Bulan Al-Quran adalah seorang ulama madzhab Syafi’i yang bernama Abu Bakr Ahmad bin Al-Husain bin Ali Al-Khusraujirdy Al-Khurasaniy, atau yang sering kita kenal dengan nama tersohor Imam Al-Baihaqi rahimahullah. Beliau wafat tahun 458 H.
Beliau menyebutkan istilah “Syahr Al-Quran” ini dalam kitab fenomenal beliau yang berjudul “Syu’ab Al-Iman” (jilid 3 hal.521) dalam pembahasan hadis dan atsar seputar Al-Quran. Dalam pembahasan ini, beliau meletakkan sebuah Pasal dengan tema:
فصل في الاستكثار من القراءة في شهر رمضان، وذلك لأنه شهر القرآن قال الله عز وجل: {شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن} [البقرة: 185] وقال {إنا أنزلناه في ليلة القدر} [القدر: 1]
Artinya: “Pasal tentang (sunatnya) memperbanyak bacaan Al-Quran dalam bulan Ramadhan, ini dikarenakan ia merupakan Bulan Al-Quran, Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an”. (QS. Al Baqarah: 185). Juga berfirman: Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan”. (QS. Al Qadar: 1).
Pernyataan Imam Al-Baihaqi ini merupakan sebuah statement yang sesuai dengan dua dalil ayat Al-Quran yang beliau paparkan diatas. Adapun bentuk istidlaal (pendalilan) dari dua ayat ini sehingga beliau memunculkan istilah baru ini (Syahr Al-Quran) adalah bahwa seluruh surat dan ayat Al-Quran diturunkan dilangit dunia pada Bulan Ramadhan, yaitu tepatnya pada Malam Lailatul-Qadr. Untuk memperkuat hujjah dan dalil sunatnya memperbanyak bacaan Al-Quran dalam bulan Ramadhan serta menegaskan kelayakan Ramadhan sebagai Bulan Al-Quran, setelah judul pasal ini, beliau menukilkan beberapa hadis dan atsar, diantaranya:
# Hadis Waatsilah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadhan, Injil diturunkan pada hari ketiga belas Ramadhan, Zabur diturunkan pada hari ke delapan belas Ramadhan, dan Al-Quran diturunkan pada hari ke dua puluh empat Ramadhan (malam ke dua puluh lima)”. Sanad hadis ini shahih, dan dinilai hasan pula oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Ash-Shahihah (1575).
# Atsar Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu : “Al-Quran diturunkan seluruhnya dilangit dunia pada malam Lailatul-Qadr, lalu (dari langit dunia) diturunkan setelahnya (kedunia) selama dua puluh tahun”.
Demi memperkuat dalil sunatnya memperbanyak bacaan Al-Quran dalam Bulan Ramadhan, beliau kemudian menukil beberapa atsar dari para sahabat dan tabiin tentang ijtihad dan kesungguhan mereka dalam membaca Al-Quran dalam bulan ini yang melebihi bulan-bulan lainnya. Diantara atsar tersebut adalah:
# Atsar Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu: “Bahwasanya ia biasanya membaca (mengkhatamkan) Al-Quran dari hari juma ke jumat lainnya (selama tujuh hari), namun dalam bulan Ramadhan, beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari”.
# Manshur bin Zadzaan rahimahullah: “Bahwa ia mengkhatamkan Al-Quran dalam bulan Ramadhan sebanyak seratus dua puluh kali”.
Demikian, semoga kita semua bisa meraih pahala dan fadhilah dalam memuliakan bulan ini dengan kesungguhan dan ijtihad kita dalam bacaan, tadaarus, dan kajian Al-Quran, aamiin.
Oleh Maulana La Eda, L.c