عن ابن عباس رضي الله عنهما قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إذا أَكَلَ أحَدُكُمْ طَعَامًا فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أويُلْعِقَهَا)) – متفق عليه –
Terjemahan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu selesai memakan makanan, maka janganlah ia membersihkan jari-jemarinya sebelum ia menjilatinya atau menjilatkannya (kepada orang lain)”1. (Muttafaq ‘alaihi).
Pelajaran Hadits:
-
مشروعية لعق الأصابع والصحفة أو إلعاقها الغير ممّا علق من الطعام قبل مسحها أو غسلها؛ لأنه لا يدري الإنسان في أي طعامه البركة, وأنه لا يتعين غسل اليد يل يجزىء مسحها.
-
Disyariatkan menjilati sisa makanan pada jari-jemari atau piring sebelum melap atau mencucinya. Karena seseorang tidak tahu mana makanan yang mengandung berkah. Dan tidak diharuskan mencuci tangan, tapi bisa (cukup) dengan melapnya.
-
الحث على التواضع وأنه لا بأس بإلعاق الغير أصابعه, فإن تنجست اللقمة فإن أمكن إزالة النجاسة وإلا أطعمها حيوانًا.
-
Anjuran bersikap tawadhu’, bahwa tidak mengapa menjilatkan tangan kepadorang lain. Bila sisa makan tersebut mengandung najis, maka dihilangkan/dibersihkan najisnya, namun jika tidak dapat dihilangkan maka bisa diberi (sebagai makanan) hewan.
(Sumber: Tuhfatul Kiram Syarh Bulughil Maram, Kitabul Jami’ Bab Adab, halaman: 587, karya Syekh. DR. Muhammad Luqman As-Salafi hafidzahullah, terbitan Darud Da’i Lin Nasyri Wat Tauzi’ Riyadh Bekerjasama dengan Pusat Studi Islam Al-Allamah Ibn Baz India, Tarjamah: Syamsuddin Al-Munawiy)
1 Misalnya seorang suami dapat menjilatkannya kepada istrinya atau sebaliknya.