Topik yang harus terus diangkat bertujuan mengingatkan manusia untuk menjaga ketaqwaannya kepada Allah yakni bahwa berusaha secara penuh untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan segala betuk larangan-Nya.

Hal ini sangat penting diperhatikan semua kaum muslimin karena merupakan salah satu bagian dari hakikat keberadaan manusia yakni menyembah hanya kepada Allah ta’ala. Berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah dan bersegera dalam menjalankan perintah-Nya merupakan bentuk dari penghambaan kita kepada Rabb semesta alam. Keimanan yang tinggi kepada Allah  yakni mempercayai dengan sepenuh hati adanya Allah Subhanahuwata’ala Sang Pemilik Segala Sesuatu saja tidak cukup. Tapi haruslah disertai dengan ketaatan dengan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya. Jika tidak mau menjalankan perintah Allah, maka kita bisa termasuk kedalam golongan orang-orang yang kafir.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah 5 : 44)

Bentuk perintah dan larangan Allah ada di berbagai lini kehidupan manusia, mulai dari cara hidup, berpakaian, apa yang kita makan, pernikahan, hubungan dengan orang tua, berkasih sayang, hingga perihal hubungannya dengan maslahat kehidupat manusia yang saling berdampingan sebagai makhluk sosial. Ini menunjukkan bahwa perintah dan larangan adalah sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dari manusia dalam menjalankan kehidupan.

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al Maa-idah 5 : 48-49)

Terdapat banyak perintah dan larangan yang dipaparkan baik di dalam Al-Qur’an maupun Hadist.  Hikmah dibalik larangan dan perintah Allah Subhanahuwata’ala tersebut adalah sebagai koridor penyekat manusia antara yang haq dan yang bathil, antara naluri manusia dengan hawa nafsu, dan merupakan aturan terbaik yang Allah ciptakan agar terwujudnya kehidupan manusia yang penuh dengan kedamaian, keberkahan, dan keselarasan. Karena sejatinya manusia adalah Insan yang mudah lupa dan mudah terjerumus dalam jebakan-jebakan syeithan laknatullah sehingga melanggar perintah-perintah dan mengerjakan larangan-larangan yang telah ditetapkan Allah.

Dan Allah juga menyediakan solusi bagi hamba-hamba-Nya yang melampaui batas yakni meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya yakni dengan membuka pintu taubat.

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pema’af lagi Maha Pengampun”. (Al-Hajj 22 : 60)

Sehingga tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk tidak menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Kalaupun seandainya kita terjerumus kedalam kesalahan dalam melaksanakannya, tentu saja Allah Subhanahuwata’ala memberikan jalan terbaik untuk kembali ke jalan yang benar.

Ahmad Daud

 

Artikulli paraprakWakil Bupati Mamuju Irwan SP Pababari Ungkap Kesejukan Dakwah Wahdah Islamiyah
Artikulli tjetërBeberapa Adab Penuntut Ilmu Kepada Gurunya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini