Menghadirkan Beberapa Niat Ketika Membaca Al-Quran

Date:

Wahdah.Or.Id — Sebahagian besar di antara kita, ketika membaca Al Quran hanya dengan niat agar meraih pahala membaca namun mungkin melupakan begitu banyak niat yang penting.
Berikut ini, beberapa di antara niat yang perlu hadirkan ketika kita hendak membaca kitabullah, al quran al karim.

1. Meraih petunjuk

Ini adalah niat terbesar dan salah satu tujuan utama diturunkannya kitab ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia.” (Qs. Al-Baqarah: 185)
Dan tidak ada yang dapat mengambil manfaat dengannya kecuali orang-orang yang bertaqwa. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
ذٰلِكَ الۡڪِتٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيۡهِۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِيۡنَۙ‏
“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 2).
Sesuai kadar bacaan Al Quran kita disertai tadabbur maka sebesar itu pulalah kita mendapatkan petunjuk. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (Qs. Maidah: 16)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Barang siapa membaca Al quran dengan mentadabburi maknanya untuk mencari petunjuk darinya, maka jalan kebenaran akan menjadi jelas baginya.”

2. Meminta rahmat kepada Allah Yang Maha Penyayang

Pada Rahmat  dikaitkan dengan Al quran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
تَنزِيلٌ مِّنَ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
“Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Fusshilat: 2)
Dan rahmat-Nya tidak terbatas pada orang yang membacanya, melainkan mencakup orang-orang yang diam mendengarkannya:
وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Qs. Al ‘Araf: 204)
Termasuk, hal berikut. Barangsiapa yang duduk di suatu majelis yang dibacakan dan ditafsirkan ayat-ayat-Nya, niscaya ia akan mendapatkan banyak kebaikan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata Rasulullah Radhiyallahu ‘anhu bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَـيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَـتْـلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيـَـتَدَارَسُونَهُ بَـيْـنَـهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَـيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَـتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ . روا مسلم
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) mereka membaca kitabullah dan saling belajar diantara mereka, kecuali Allah menurunkan ketenangan kepada mereka, mereka diliputi rahmat, dinaungi malaikat dan Allah menyebut mereka pada (malaikat) yang di dekat-Nya” (HR. Muslim)

3. Bermunajat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.”
Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”  (HR. Muslim no. 395).
Ibnu Al-Mubarak rahimahullah berkata: Saya bertanya kepada Sufyan Al -Tsauri, “Ketika seseorang berdiri untuk shalat, apa yang dia niatkan dengan bacaan dan shalatnya?” Dia berkata: “Dia niatkan untuk bermunajat (berbicara) dengan Tuhannya.”

4. Sebagai Obat dan Kesembuhan

Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻧُﻨَﺰِّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻَّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (Qs. Al-Isra’: 82).
Al quran merupakan obat untuk fisik dan hati. Bagaimana  tidak, al quran yang merupakan perkataan Rabb, Sang pemilik bumi dan langit, yang menghalang dan melawan berbagai penyakit, yang jika seandainya Dia turun ke gunung-gunung pasti akan memecahkannya, dan jika Dia turun ke bumi, Dia akan memotongnya!?
Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: tidaklah Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan dari langit ada obat yang lebih lengkap, lebih bermanfaat, lebih agung, dan lebih mujarab menghilangkan penyakit daripada Al-Qur’an, ketahuilah (semoga Allah menuntunmu) sesungguhnya kekuatan suatu senjata ditentukan oleh kekuatan yang menggunakannya.

5. Belajar dan meraih ilmu

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
خَـيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ . رواه البخاري
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)
Dalam sebuah hadist rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
 مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَـيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَـتْـلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيـَـتَدَارَسُونَهُ بَـيْـنَـهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَـيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَـتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ . روا مسلم
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) mereka membaca kitabullah dan saling belajar diantara mereka, kecuali Allah menurunkan ketenangan kepada mereka, mereka diliputi rahmat, dinaungi malaikat dan Allah menye but-nyebut mereka pada (malaikat) yang di dekat-Nya” (HR. Muslim)
 أفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنْ الْإِبِلِ
“Sungguh, salah seorang dari kalian pergi ke masjid lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat dari kitabullah ‘azza wajalla adalah lebih baik baginya daripada dua unta. Tiga (ayat) lebih baik dari tiga ekot unta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta. Dan berapa pun jumlah unta.” (HR. Muslim)

6. Mengamalkan Al quran

Al quran, setelah ia dibaca, ia juga harus kita amalkan. Membacanya akan menjadikan pahala kita bertambah, dan dengan mengamalkannya, pahala itu pun akan bertambah lagi. Dan setelah membaca tanpa mengamalkan, kita khawatirkan jangan sampai itu bentuk keingkaran terhadap apa yang telah kita baca dari al quran. Dan itu adalah bentuk kerugian yang nyata.

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Qs. Al Baqarah: 121)
Ibnu Mas’ud radhiallahu anahu berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, membacanya dengan bacaan yang sebenarnya adalah menghalalkan apa yang dihalakannya, mengharamkan apa yang diharamkannya, dan membacanya sebagaimana diturunkan Allah, dan tidak memutarbalikkan kata-kata dari posisinya dan dia tidak mentakwilkankan apa pun darinya dengan cara yang berbeda dari maknanya yang benar.
Rasulullah shallallahua alaihi wa sallam bersabda:
يُؤْتَى يَوْمَ القِيَامَةِ بِالقُرْآنِ وَأهْلِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ فِي الدُّنْيَا تَقْدُمُهُ سُوْرَةُ البَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Pada hari kiamat, Al-Qur’an akan didatangkan dan juga para ahli Al-Qur’an yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Didahului oleh surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran, keduanya menjadi hujjah bagi orang yang membacanya.” (HR. Muslim: 805)
Ibnu Mas’ud radiallahu anhu berkata, “adalah Seseorang termasuk di antara kami jika dia mempelajari sepuluh ayat yang tidak dilampauinya hingga ia mengetahui maknanya, dan bertindak mengamalkan ayat-ayat tersebut.”

7. Sebagai Peringatan/pelajaran

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن فِى صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf: 2)
Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَآ أُنذِرُكُم بِٱلْوَحْىِ ۚ وَلَا يَسْمَعُ ٱلصُّمُّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ
“Katakanlah (hai Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan.” (Qs. Al anbiya: 45)
Ibnu Katsir berkata pada firman Allah subhanahu wa taala:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Qs. Al Qamar: 17)
Yaitu kami mudahkan lafadznya dan mudahkan memahami maknanya bagi siapa yang menginginkannya agar manusia mendapatkan pelajaran. Dan dzikir yang ada di dalamnya mencakup segala sesuatu yang mengingatkan orang yang mengamalkan tentang apa yang halal dan apa yang dilarang, ketentuan berupa perintah maupun larangan, balasan, peringatan, pelajaran yang bermanfaat dan keyakinan dan berita berita yang benar. Demikian juga yang disebutkan oleh As Sa’dy dalam tafsirnya.

8. Berdakwah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُۥ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (Qs. At-Taubah:6)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَنْ أَتْلُوَا۟ ٱلْقُرْءَانَ ۖ فَمَنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُنذِرِينَ
“Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan”. (Qs. An-Naml: 92)
Allah subhanahu wa taala berfirman:
قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَقَالُوٓا۟ إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا
يَهْدِىٓ إِلَى ٱلرُّشْدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦ ۖ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدًا
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami.” (Qs. Al Jin: 1-2)
Rasulullah shalalllahu alaihi wa sallam bersabda:
بلغوا عني ولو آية وحدثوا عن بنى أسرائيل ولا حرج ومن كذب علي متعمدا فاليتبوأ مقعده من النار
“Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat, dan ceritakanlah dari Bani Isra’il dan itu tidak apa-apa, dan barangsiapa yang berdusta atas namaku maka bersiap siaplah menempati tempatnya di neraka”. (HR. Bukhari)
Demikianlah beberapa niat yang perlu kita hadirkan, ketika berinteraksi dengan kitabullah. Dengannya, kita bisa mengambil banyak manfaat dan keutamaan untuk kehidupan kita, baik didunia maupun di akhirat. Bagi setiap hamba Allah yang bijaksana, yang senantiasa menginginkan dalam kehidupannya, agar setiap amal saleh yang dilakukan sesederhana apa pun, dengannya ia mampu meraih pahala yang banyak dan berlimpah.
Insya Allah, nantikan lanjutan dari tulisan ini, di postingan Artikel Islami berikutnya.
Oleh: Ustaz Hasan Huda, MA (Ketua DPD Wahdah Islamiyah Enrekang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Pelajari Pengelolaan Sampah Dengan Lalat, Wahdah Islamiyah Studi Banding Ke Agro Farm Econesia Cyclevalue

PANGKEP, wahdah.or.id - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah...

Wahdah Islamiyah Kalimantan Tengah Gelar Mukerwil dan Mukerda, Teguhkan Soliditas untuk Dakwah dan Umat

PALANGKA RAYA, wahdah.or.id - Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Wahdah...

Menghadapi Tantangan Dakwah, Wahdah Sulbar Adakan Lokakarya Tuk Tingkatkan Kapasitas dan Komitmen Kader

MAMUJU, wahdah.or.id – Dalam upaya memperkokoh dakwah yang berbasis...

Programkan Gerakan 5T, Mukerwil VII DPW Wahdah Banten Siap Wujudkan Banten yang Maju dan Berkah

BANTEN, wahdah.or.id – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Wahdah Islamiyah...