Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Manusia sebagai makhluk sosial sejatinya tak luput dari beragam konflik dalam kehidupan. Dan permasalahan atau konflik adalah sesuatu hal yang wajar terjadi yang merupakan konsekuensi dari adanya perilaku interaksi komunikasi antar sesama manusia.
Namun yang menjadi titik perhatian kita adalah bagaimana seseorang menyikapi atau merespon permasalahan yang sedang terjadi tersebut. Karena semua manusia beresiko memiliki permasalahan dan konflik baik itu permasalahan akibat perbuatan sendiri ataupun permasalahan yang diperoleh atas kesalahan orang lain maka Allah Subhanahuwata’ala telah memberikan beragam solusi dalam segala problematika kehidupan agar manusia dapat bertahan dan mampu menjalani hal tersebut yang sejatinya adalah ujian dari-Nya untuk mengetahui siapa diantara kita yang bertaqwa. Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita lihat sebuah ayat yang berkenaan dengan ujian terhdap manusia.
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (Âli ‘Imrân 3 : 186)
Adalah ayat ini turun berhubungan dengan suatu kejadian di pemukiman al-Hârits bin al-Khazraj (Madinah) sebelum terjadinya perang Badar. Kaum Muslimin pada saat itu sedang berkumpul dengan kaum musyrikin dan orang-orang Yahudi. Kemudian datanglah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tempat tersebut dan mengucapkan salam. Di majelis tersebut terdapat ‘Abdullâh bin Ubai bin Salûl, dia berkata, “Janganlah kalian mengotori kami!” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam dan membacakan al-Qur’ân kepada mereka. ‘Abdullâh bin Ubai menyahut, “Wahai lelaki! Apa yang engkau bilang itu bukanlah hal yang bagus. Jika itu adalah sesuatu yang benar, maka jangan engkau ganggu kami dengan perkataan itu! Pergilah kembali ke hewan tungganganmu! Jika ada yang mendatangimu, maka ceritakanlah perkataan itu!”
Tentu saja apa yang dikatakan orang kafir itu sangat menyakitkan hati kaum Muslimin, hingga menyebabkan pertengkaran di majlis tersebut antara mereka dengan orang-orang kafir. Akhirnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menenangkan mereka. Setelah mereka tenang dan tidak bertengkar lagi, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kembali ke tunggangannya kemudian pergi. Setelah itu, Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat ini yang berisi perintah untuk bersabar atas gangguan-gangguan orang-orang kafir.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu,
“Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya” [HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi no. 7482, Ibnu Mâjah no. 4523 (ash-Shahîhah no. 143)]
Dari dalil-dalil diatas kita lihat bahwa siapapun bahkan sejak Nabi Adam ‘Alaihisallam pun kala beliau harus turun dari surga permasalahan sudah ada. Sehingga sebuah kepastianlah kita orang biasa akan menjumpai permasalahan-permasalahan dalam hidup kita. Apabila kita menjalani ujian tersebut dengan penuh keridhaan, maka Allah akan membalas kita dengan pahala sebesar ujian yang kita terima seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” [HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Ash-Shahîhah no. 146)].
“Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”.( Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092)
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menguatkan diri kita dalam menghadapi permasalahan yang sedang menimpa.
- Bersabar atas Ujian yang sedang Allah berikan kepada kita.
Ada banyak firman Allah mengenai cintanya Allah kepada orang-ornag yang bersabar diantaranya :
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. (Ali Imran : 146)
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Az-Zumar : 10)
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :’Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Ar-Ra’d : 23-24)
- Perbanyak Dzikir dan do’a agar Allah memberikan kita kekuatan menjalani ujian tersebut
“…Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’d: 28)
“Barangsiapa yang senantiasa ber-istighfaar, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan jalan keluar terhadap setiap kesulitan yang dihadapinya, ketenangan pada saat keresahan, serta Allah akan memberinya rizki dari jalan yang tidak diduga-duga olehnya.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (II/178) Kitabush Shalat bab al-Istighfaar dan Ibnu Majah dalam Sunannya (II/1254) Kitaabul Aadab bab al-Istighfaar.]
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dan berdzikir kepada Allah, melainkan Malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka dan ketenangan akan menaungi mereka, serta Allah akan menyebut-nyebut (nama-nama) mereka di antara makhluk yang ada di sisi-Nya, yaitu mengakui (di hadapan para Malaikat).” [Shahih Muslim (IV/2074) Kitaabudz Dzikr wad Du’aa wat Taubati wal Istigh-faar bab Fadhlu Ijtimaa’ ‘alaa Tilaawatil Qur-aan wa ‘aladz Dzikr].
- Perbanyak sedekah
Ada banyak sekali manfaat yang kita dapatkan apanila bersedekah. Bukan hanya pahala yang akan kita terima namun bersedekah juga memberikan dampak atau pengaruh positif bagi jiwa maupun raga kita.
“Hindarilah api neraka walaupun dengan bersedekah hanya separuh buah kurma.” (HR. Muslim No. 1689)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan, “Barangsiapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya masjid di surga.” (QS. Ibnu Majah No. 728)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Obatilah orang-orang yang sakit diantara kamu itu dengan bersedekah.” (Hadits shahih yang dihasankan oleh Al-Albani dalam shahihul jami’ dari Abu Umamah dan Al-Hasan)
Dan perlu kita ingat bahwa ujian yang Allah berikan kepada kita tak lain adalah untuk menghapus dosa-dosa kita apa bila kita bersabar menjalaninya.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa “. [HR. at-Tirmidzi no.2398 , an-Nasâ’i di as-Sunan al-Kubrâ no. 7482 dan Ibnu Mâjah no. 4523 (Hadits shahîh. Ash-Shahîhah no. 143)].
Seberat apapun masalah yang kita hadapi pasti akan selalu ada jalan keluar yang disediakan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Tinggal lagi bagaimana cara kita merespon dan menjalani permasalahan tersebut. Jangan sampai ujian-ujian tersebut malah menjadikan kita berburuk sangka atau bahkan menyalahkan Allah yang telah memberikan masalah tersebut hingga membuat kita menjauh dari-nya, Na’udzubillahi mindzaalik.
Sekian yang dapat penulis sampaikan, segala kebenaran yang haq datangnya dari Allah dan segala kesalahan dan keraguan datangnya dari pribadi penulis dan syaithan laknatullah.
Ahmad Daud