Menggugah Sensitifitas Kemanusiaan,
Menguji Solidaritas Keislaman
(Catatan Konferensi Kemanusiaan Internasional Untuk Palestina)
Oleh: Ambo Sakka/Wakil Ketua DPC WI Jakarta
Di tengah-tengah isu pro-kontra pengesahan Undang-undang Pornografi dan panasnya suhu politik Indonesia, dilaksanakan suatu pertemuan internasional yang membahas suatu masalah krusial, persoalan tragedi kemanusiaan, kezhaliman, dan penindasan sesama manusia.
Suatu topik yang sebenarnya tidak asing karena telah lama timbul tenggelam di negeri ini. Pendudukan Israel di Palestina dengan berbagai macam kezhalimannya telah butuh solusi yang konkret, tidak hanya dengan pernyataan pengecaman dan doa keprihatinan yang berderet. Orang-orang yang peduli, termasuk didalamnya Wahdah Islamiyah sebagai organisasi keislaman tentulah tidak pernah menutup mata dan telinga terhadap masalah ini.
Konferensi telah selesai, agenda yang paling penting selanjutnya adalah realisasi hasil konferensi. Ini adalah tanggung jawab semua pihak yang punya solidaritas terhadap Palestina.
Ada 14 butir hasil kesepakatan peserta konferensi yang kemudian disebut sebagai Deklarasi Jakarta. Ada hal yang ganjal dalam naskah deklarasi tersebut! dalam Closing Statement yang memuat 14 butir hasil konferensi yang dibacakan pada acara penutupan tidak satu pun kata yang menyebutkan ISRAEL, sebagai dalang tragedi kemanusiaan disana. Closing Statement tersebut jika diindonesiakan kurang lebih sebagai berikut:
“Atas keramahan tuan rumah Pemerintah Republik Indonesia dengan komite anti penjajahan dan hak asasi manusia PBB dan dengan kebaikan presiden Republik Indonesia, DR. H. Bambang Susilo Yudhoyono, akhirnya Konferensi internasional Kemanusiaan untuk korban penjajahan (Palestina) dengan tema (Hentikan penjajahan …. untuk kehidupan yang lebih baik) terselenggara, sejak 31 Oktober – 2 Nopember 2008 bertepatan dengan 2 – 4 Dzul Qaidah 1429 H di Jakarta dengan dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai negara.
Konferensi ini membahas kondisi bangsa Palestina di bawah penjajahan dilihat dari berbagai aspek kehidupan: kesehatan, ekonomi dan sosial. Dan juga memantau apa yang telah dilakukan penjajah terhadap bangsa Palestina yang telah sampai pada tarap kejahatan perang. Diantaranya:
a. Penindasan terhadap anak-anak dengan berbagai prilaku yang tidak berkeprimanusiaan seperti pembunuhan, kelaparan, penangkapan, dan menghalangi hak-hak mereka untuk mendapatkan pengobatan dan pendidikan. Hal ini bertentangan dengan resolusi PBB no 37, 38, b. Melakukan berbagai tindak penyiksaan dan merampas hak asasi rakyat Palestina, seperti: pembunuhan, penangkapan, isolasi, pengobatan, memecah belah keluarga dan melakukan blockade terhadap penduduk dan mencegah mereka untuk mencari nafkah tanpa mengindahkan resolusi internasional yang dengan jelas memasukkan hal tersebut dalam tindak kejahatan seperti konvensi Jenewa fasal 3, 31, 49, 59 dan resolusi PBB tentang tindakan rasis.
Konferensi ini mengecam seluruh tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama manapun yang mengumumkan solidaritas terhadap bangsa yang terjajah, khususnya bangsa Palestina yang paling menderita.
Berdasarkan diskusi dan sidang-sidang komisi maka konferensi ini merekomendasikan hal-hal berikut:
1. Konferensi ini menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat presiden Republik Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
2. Dan juga menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah, parlemen dan bangsa Indonesia atas keramahan mereka dan kesetiaan mereka membantu bangsa Palestina.
3. Konferensi menegaskan bahwa rakyat palestina berhak untuk mendapat kemerdekaan dan terbebas dari penjajahan adalah sesuai dengan undang-undang internasional, dan mendesak PBB serta semua Negara untuk bekerja keras menghentikan penjajahan dengan segera.
4. konferensi menolak penggalian dan segala bentuk pengrusakan yang terjadi di masjid al-aqsha dan sekitarnya, serta menegaskan bahwa rakyat Palestina berhak untuk memasuki tempat-tempat ibadah dengan bebas.
5. Konferensi menghimbau kepada seluruh media untuk melaksanakan tugasnya dalan meringankan penderitaan rakyat Palestina
6. Berdasarkan rekomendasi dari komisi-komisi dan diskusi-diskusi yang ada, konferensi akan bekerja dan membawanya kepada pihak-pihak yang terkait.
7. Berdasarkan usulan dari menteri luar negeri Indonesia guna menopang program (pengembangan Sumber daya alam dan sumber daya manusia palestina), akan membentuk komisi ad hoc untuk merealissasikannya.
8. Konferensi mendukung program pendirian dewan koordinasi bagi lembaga –lembaga sosial masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang advokasi dan perlindungan untuk rakyat Palestina.
9. Konferensi mendukung adanya forum pengusaha Palestina, dan menghimbau semua pihak untuk mendukung proyek-proyeknya.
10. Konferensi menegaskan pentingnya optimalisasi profesi dalam rangka memperbaiki kondisi kesehatan dan lingkungan bagi rakyat Palestina.
11. Konferensi merekomendasikan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap keluarga Palestina yang membutuhkan dukungan materiil dan moril melalui lembaga-lembaga yang bekerja di sektor ini.
12. Konferensi merekomendasikan untuk berterimakasih kepada pihak-pihak yang berusaha membuka blockade melalui jalur laut dan kepada negara-negara yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan .
13. Peserta konferensi melihat pentingnya konferensi seperti ini diadakan setahun sekali dan hendaklah ditetapkan ketua dan sekjen, dan konferensi berharap Negara Indonesia sebagai tuan rumah, mengingat perannya yang sangat penting dalam membantu rakyat Palestina.
14. Konferensi berterima kasih kepada individu, semua pihak dan lembaga yang telah berperan aktif untuk suksesnya acara ini.
Ketiadaan kata ‘Israel’ mungkin disebabkan karena para peserta telah paham dan tahu ISRAEL sebagai pelaku sudah dimengerti oleh semua orang meskipun tidak disebutkan. Atau mungkin juga ada tendensi lain, yang pasti perumusan redaksi Deklarasi tersebut tidak dirapatkan secara khusus.
Terlepas dari hal tersebut, yang pasti konferensi ini telah berhasil menggugah sensitifitas kemanusiaan dengan paparan realitas terkini keadaan masyarakat Palestina terutama penduduk Gaza yang diblokade oleh Israel.
Cuplikan berita dari media-media lokal di Indonesia telah sering memberikan informasi tentang Palestina, namun uraian persentase oleh puluhan LSM dan aktivis kemanusiaan pada konferensi ini semakin mengungkap tragedi kemanusiaan di sana. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang hancur, kemiskinan, keluarga yang kehilangan anggotanya karena di tangkap atau dibunuh oleh tentara Israel, orang-orang yang cacat seumur hidup, anak-anak yang mesti lompat pagar pembatas israel untuk pergi bersekolah, pelecehan seksual terhadap wanita dan anak-anak, pembabatan pepohonan yang membuat Palestina semakin gersang, perlawanan rakyat Palestina dengan demonstrasi dan lemparan batu dan lain sebagainya.
Banyaknya organisasi kemanusiaan dari berbagai negara di sana menunjukkan besarnya perhatian dunia terhadap masalah Palestina, sehingga rakyat Palestina banyak ‘mengelu-elukan’ mereka sebagai pahlawan, padahal sebagaian dari mereka adalah orang kafir dari Amerika dan Eropa.
Bagaimana dengan solidaritas keislaman kita?
Semua tentu tahu, secara historis, Palestina memiliki arti yang sangat besar bagi ummat islam. Palestina adalah negeri para nabi dan rasul, Rasulullah isra ke Palestina sebelum naik ke langit menerima perintah shalat, Al Aqsa adalah kiblat pertama umat islam, Isa al Masih akan turun dan membunuh Dajjal di sana, serta keistimewaan lain yang disebutkan oleh nash yang shahih (al-Qur’an dan As Sunnah).
Materi-materi yang mununjukkan solidaritas keislaman tidak banyak diungkapkan dalam konferensi ini. Sejauh pengamatan penulis, hanya beberapa presenter yang secara serius mengungkap hal ini, termasuk imam dan mufti Al Aqsa Dr.Ekrimah Saeed dan seorang presenter pada sesi terakhir konferensi.
Fenomena ini kemudian memberikan kesan bahwa masalah di Palestina hanyalah masalah kemanusiaan yang kompleks, bukan masalah agama. Suatu gambaran yang dapat mengurangi loyalitas keislaman. Bukankah Yahudi telah terusir oleh islam dari sana? Bukankah telah jelas perintah memerangi mereka? Bukankah kehadiran Yahudi/Israel disana untuk merebut Al Quds dari tangan kaum muslimin? Penindasan Israel di Palestina mestinya menjadi batu ujian terhadap solidaritas keislaman muslim sedunia.
Seharusnya peristiwa yang dialami oleh masyarakat Palestina membuat muslim sedunia merasa sakit dan terluka karena muslim yang satu dan yang lain adalah sebadan. Bukan saatnya sekarang hanya mencukupkan dengan doa dan ungkapan keprihatinan untuk Palestina. Wallahu a’lam.