Bahagia, semua manusia pasti menginginkannya. Tapi tidak semua manusia yang mendambakan kebahagiaan benar-benar memperolehnya. Sebab sebagian orang justeru mencari jalan kebahagiaan dengan cara yang salah.
Bagi seorang Muslim jalan kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan penghambaan yang total (‘ubudiyah) kepada Allah. Sebab manusia tercipta untuk beribadah kepada Allah. Dan Allah telah menjadikan jalan kebahagiaan manusia searah dengan tujuan penciptaannya. Oleh karena itu tidak ada kebahagiaan tanpa ketundukan dan kepatuhan kepada Allah. Tidak ada kebahagiaan hakiki melebihi bahagianya orang yang tunduk dan patuh (beribadah) kepada Allah. Sebaliknya tidak ada yang lebih sengsara melebihi sengsaranya orang beribadah kepada selain Allah.
Mengapa?
Mengapa kebahagiaan hanya dapat diraih dengan ibadah (ketundukan dan kepatuhan) kepada Allah? Sebab bahagia itu tempatnya di hati, sementara tabiat hati butuh kepada Dzat yang dipatuhi dan ditunduki. Syaikhul Islam Ibn Taimyah rahihamullah Ta’ala mengatakan bahwa hati secara dzatnya sangat butuh (faqir) kepada Allah dari dua sisi. Dari sisi ibadah serta dari sisi isti’anah (memohon pertolongan) dan tawakkal. Menurut beliau kedua hal ini merupakan kunci kebahagiaan. Beliau melanjutkan,”hati takkan membaik (la yashluhu), takkan beruntung(la yuflih), takkan merasakan nikmat (la ya’um), takkan bahagia (la yasurru), takkan merasakan kelezatan (la yaltadzu), takkan merasakan kebaikan (la yathibbu), takkan merasakkan ketenangan (la yaskunu), dan takkan merasakan ketenteraman kecuali dengan beribadah kepada Rabbnya, mencintainya, dan berinabah (kembali) kepada-Nya”.
Andaikan ada yang memperoleh kebahagiaan dan kelezatan dengan makhluq, ia takkan tenang dan tidak tenteram. Sebab secara manusia secara dzat sangat butuh kepada Rabb (Tuhan pencipta, pemilik, pengatur, dan pemelihara) nya. Sebab Dialah satu-satu-Nya yang hati setiap manuia butuh untuk tunduk,cinta, dan memohon pada-Nya. Dan dengan itulah kebahagiaan, ketengangan, kenikmatan, dan ketenteraman dapat digapai.
Oleh sebab itu tak dapat dipungkiri bahwa manusia yang memiliki peluang terbesar untuk mencapai kebahagiaan adalah manusia yang hatinya menikmati peribadatan dan ketundukan serta penyerasahan diri kepada Allah, Rabb seluruh makhluq. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berkata tentang hal ini, “Sungguh, bila hati telah merasakan nikmatnya ibadah kepada Allah dan ikhlas pasa-Nya, maka tidak ada yang lebih manis, kezat, nikmat, dan nyaman baginya (selain beribadah)”. Wallahu a’lam. (sym).
Sumber: Risalah Al-‘Ubudiyah, Syaikhul Islam Ibn Taimiyah (w.728), Tahqiq Muhammad Zuhair Asy-Syawisy, Al-Maktab al-Islami, Beirut, cet. XVI, 1426, hlm. 10.