Rumah tangga yang dibangun sesuai sunnah adalah rumah tangga yang bahagia. Memiliki rumah tangga yang sehat, tenang dan bahagia adalah impian semua orang yang telah berumah tangga. Kehidupan berumah tangga yang seperti itu bisa terwujud jika setiap orang yang telah menikah, dalam menjalani kehidupan rumah tangga mereka, dibangun atas dasar takwa kepada Allah dan mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ia hakikatnya adalah ibadah. Atas dasar ketakwaan itu, akan muncul kehidupan yang sakinah, mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (rasa kasih sayang) dalam rumah tangga itu.

Agama kita tidak hanya mengatur hubungan antara hamba dengan Allah Azza wa Jalla, melainkan juga mengatur hubungan antara sesama manusia, termasuk hubungan dalam berumah tangga. Rumah tangga yang sehat menurut Islam harus memenuhi tiga unsur:

  • Sakinah

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Rum: 21)

Kehidupan yang sakinah dapat terwujud jika sepasang suami istri yang mengarungi kehidupan rumah tangga bisa saling percaya satu sama lain dan tidak saling mencurigai. Olehnya, sikap jujur harus selalu diperlihatkan, serta tidak saling mengintai untuk mencari-cari kesalahan, baik oleh suami ataupun istri.

Kehidupan yang sakinah juga akan terwujud jika sepasang suami istri selalu mengedepankan sikap saling memaafkan, saling memahami, selalu berupaya mengingat kebaikan satu sama lain, serta tidak gegabah untuk cepat-cepat mengakhiri hubungan pernikahan ketika terjadi masalah. Sebab, boleh jadi suatu saat perasaan marah akan hilang dan berganti dengan kerinduan yang mendalam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu saling melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 237)

Seorang ahli hikmah berkata, “Jangan terlalu kuat menutup pintu hingga engkau merusaknya, karena boleh jadi suatu saat engkau hendak membukanya namun pintu itu tidak dapat dibuka lagi.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian kencing pada air yang tergenang yang tidak mengalir, lalu dia mandi di dalamnya.” (HR. Bukhari)

Hadits ini mengajarkan kepada kita untuk berfikir secara matang dan tidak gegabah. Karena boleh jadi sesuatu yang kita cela sebagai keburukan, pada akhirnya kita yang mengambil manfaat dari apa yang telah kita cela itu. Na’udzu billah.

Baca Juga: Prinsip Hidup Bahagia Menurut Islam 

  • Mawaddah

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan dia menjadikan diantaramu rasa cinta” (QS. Ar-Rum: 21)

Menumbuhkan rasa cinta adalah sesuatu yang sangat penting dalam rumah tangga. Sebab jika rasa cinta itu telah hilang, rumah tangga bisa retak bahkan bisa hancur dihempas badai pertengkaran. Oleh karena itu, Islam mensyariatkan adanya prosesi nazhar (melihat pasangan) dan ta’arruf (proses saling mengenal) sebelum adanya pernikahan. Karena hal ini diantara hal yang dapat menumbuhkan rasa cinta itu.

Namun dalam perjalanan rumah tangga itu, rasa cinta antara suami istri bisa saja menipis bahkan hilang jika tidak dijaga. Oleh karena itu islam dengan al-Qur’an dan sunnah-sunnahnya membuat rambu-rambu dan mensyariatkan beberapa amalan yang bisa menjaga cinta agar tetap tumbuh subur dalam rumah tangga.

Diantara rambu-rambu dan amalan-amalan itu adalah:

  1. Hendaknya wanita menutup aurat jika keluar rumah dan berdandan untuk suaminya di dalam rumah. Jika seorang wanita berdandan untuk dilihat oleh orang lain, hal ini bisa memicu terjadinya perselingkuhan.
  2. Seorang wanita harus meminta izin kepada suaminya jika ingin keluar rumah agar  menumbuhkan rasa saling menghargai dan rasa cinta.
  3. Saling memenuhi hak dan kewajiban antara suami istri.
  4. Saling memberi hadiah.
  5. Mandi bersama.
  6. Makan bersama lalu menjilat tangan istri atau tangan suami setelah makan, sebelum tangan dicuci dengan air.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika salah seorang diantara kalian makan, maka janganlah ia mencuci tangannya hingga dia menjilatinya atau menyuruh seseorang untuk menjilatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Rahmah

Kasih sayang adalah perkara yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan rumah tangga. Sepasang suami istri bisa menjaga keberlangsungan rumah tangga mereka hingga berusia manula bukan dipengaruhi karena cinta saja, melainkan adanya sifat rahmah (kasih sayang) sesama mereka. Seorang kakek misalnya, ia tetap dapat menjaga hubungannya dengan istrinya yang telah berusia delapan puluh tahun ke atas, dengan wajah yang keriput, tulang berbungkus kulit dan wajah yang tidak ayu lagi, bukan karena dipengaruhi cinta pada fisik istrinya, melainkan karena sifat rahmah ini yang ada pada dirinya.

Seorang ahli hikmah berkata: “Jika engkau ingin menumbuhkan rasa kasih sayang dengan pasangan hidupmu, maka cobalah untuk mencintai kekurangannya, atau paling tidak, cobalah untuk menerima kekurangannya itu.”

Laki-laki dan wanita diciptakan agar bisa saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan. Karena semua makhluk tidak ada yang sempurna. oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Mereka adalah pakaian untuk kalian dan kalian adalah pakaian untuk mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Imam Ibnu Rajab berkata: “Ketahuilah, bukanlah perbuatan baik kepada seorang wanita ketika engkau menghentikan gangguannya yang mengusik hatimu, akan tetapi perbuatan baik itu adalah ketika engkau mampu bersabar dari perbuatannya yang mengganggu atau menyakitimu, tetap bersikap lemah lembut walau dia bersikap keras dan marah padamu. Hal ini sebagai bentuk keteladanan terhadap Nabi. Sebagaimana dalam “Shahihain” dari hadits Umar bahwasanya para istri-istri Nabi pernah membantah beliau dan menghindari dirinya sehari semalam.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin: 78-79).

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita keluarga yang dibangun atas dasar mencari ridha Allah dan memberi kita taufik untuk mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.[]

Oleh: Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy

Majalah Sedekah Plus Edisi 25 Tahun Ke III

Artikulli paraprakPeradaban Islam Dimulai Dari Keluarga
Artikulli tjetërApakah Kiblat Harus Tepat Menghadap Ka’bah Atau Cukup Mengarah Ke Ka’bah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini